Dalam beberapa waktu mendatang, kampus di seluruh Indonesia akan kedatangan mahasiswa baru dari berbagai kalangan dan latar belakang. Tentu sebagai mahasiswa baru, mayoritas dari mereka punya ekspektasi dan ambisi mengenai dunia perkuliahan. Mereka akan dihadapkan dengan metode pendidikan yang berbeda jauh daripada saat di sekolah, terutama mengenai aspek penilaian yang sudah menggunakan sistem Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Indeks yang dihitung dari skala 1.00 – 4.00 inilah yang menjadi gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan seorang mahasiswa dari tiap semester.
Tapi, perlu diketahui, IPK yang menjadi indikator nilai tidak perlu jadi momok mematikan bagi para kalian mahasiswa baru. Jangan menyiksa atau memaksakan diri harus mendapatkan IPK 3,9 atau bahkan 4 sebagai target di awal perkuliahan. Karena percayalah, tantangan awal perkuliahan bukan hanya datang dari IPK, tapi secara keseluruhan dari kehidupan perkuliahan itu sendiri.
Tantangan seperti lingkungan perkuliahan yang berbeda, pertemanan, kehidupan perantau, manajemen waktu, karakter dosen, hingga kegiatan non akademik lainnya adalah aspek di mana seorang mahasiswa dituntut untuk beradaptasi. Jika terlalu memaksakan diri, bisa jadi pikiran stress dan hati pun tenang. Pada akhirnya, kalian malah melalui awal semester dengan penuh ketidaknyamanan.
Nah karena faktor-faktor di atas, penting bagi seorang mahasiswa untuk tahu limit IPK paling realistis yang bisa ditargetkan di awal semester. Tujuannya supaya bisa tetap kuliah dengan nyaman dan tidak ovt dengan hasil IPK-nya.
IPK realistis itu berapa?
Kemudian, berapa IPK yang paling realistis? Bagi saya sendiri, IPK paling realistis itu berada di rentang 3.20-3.50 di semester pertama. Angka tersebut termasuk realistis bagi seorang mahasiswa baru. Biasanya bisa diperoleh dengan kombinasi nilai A atau B di beberapa mata kuliah. Paling nggak, itu menunjukan seorang mahasiswa mengikuti dan memahami dasar-dasar dari sebuah mata kuliah.
Menargetkan seluruh mata kuliah mendapat A sama aja memaksa motor kamu gas penuh dengan tujuan yang jauh, tapi tidak tahu berapa liter bensin yang dibutuhkan. Jadi nggak targetkan berdasarkan kapasitas diri. Awal perkuliahan biasanya diisi dengan mata kuliah umum yang belum terlalu spesifik. Tapi tetap menjadi pondasi untuk memahami mata kuliah di semester berikutnya.
Simulasi perhitungan IPK
Sekarang saya kasih simulasi perhitungannya. Misalnya dalam perkuliahan semester pertama seorang mahasiswa diwajibkan mengikuti 5 mata kuliah dengan masing-masing mata kuliahnya adalah 3 sks. Berarti total SKS-nya adalah 5 mata kuliah x 3 SKS/mata kuliah = 15 SKS.
Kalau minimal IPK ditargetkan adalah 3.40, jika total SKS-nya 15, maka seorang mahasiswa harus mengumpulkan total bobot nilai sekitar 15 SKS x 3.40 = 51 (total bobot nilai).
Â
| Mata Kuliah | SKS | Nilai Huruf | Bobot Nilai (x SKS) untuk konversi IPK |
| MK A | 3 | A | 4.0×3=12.0 |
| MK B | 3 | B+ | 3.5×3=10.5 |
| MK C | 3 | B | 3.0×3=9.0 |
| MK D | 3 | B | 3.0×3=9.0 |
| MK E | 3 | B+ | 3.5×3=10.5 |
| Total nilai untuk konversi IPK | 15 | 51 |
Â
Dengan perhitungan IPK secara sederhananya seperti ini:
IPK = total bobot nilai/total SKS = 48/15 = 3.40.
Nah kombinasi nilai di atas tentu punya pemaknaan masing-masing. Nilai A artinya mahasiswa sudah mengetahui dengan detail dan menguasai secara teori dan empiris dari mata kuliah tersebut. Usahakan dapatkan nilai ini untuk mata kuliah yang benar-benar jadi dasar bagi mata kuliah lanjut. Misalnya kalau saya sendiri S1-nya jurusan perbankan syariah, maka di semester pertama mata kuliah pengantar ekonomi syariah harus saya kuasai, karena setelahnya akan berkaitan dengan mata kuliah lanjutan seperti produk keuangan syariah atau fiqih muamalah.
Kemudian nilai B+ atau B biasa artinya pada tingkatan yang amanlah. Artinya tidak jelek-jelek banget apalagi minder dengan raihan mahasiswa lainnya. Nilai seperti ini bisa ditempatkan untuk mata kuliah umum yang ada di awal perkuliahan. Biasanya mata kuliah wajib di kampus tersebut.
Sebetulnya, mendapat nilai C+ pun nggak masalah asalkan secara IPK bisa mencapai target IPK realistis yang saya sebutkan di atas. Tujuannya supaya di semester selanjutnya bisa mengambil lebih dari SKS paket yang ada di semester pertama, seperti 22 SKS atau bahkan 24 SKS.
Asal, jangan dapat D. Jangan. IPK kalian nanti terjun bebas.
Kelola stres
Dengan fokus pada nilai IPK tersebut, maka kehidupan seorang mahasiswa punya celah untuk tidak hanya fokus secara mikro di mata kuliah tapi di dunia perkuliahan secara umum, mulai dari sistem perkuliahan, menemukan metode belajar yang paling efektif untuk diri sendiri, dan membangun kebiasaan baik (disiplin, manajemen waktu). Nggak lupa juga mengenai kehidupan sosial dan organisasi yang juga jadi pondasi awal untuk menemukan lingkungan yang cocok dalam mengeksplor diri.
Kemudian selanjutnya, seorang mahasiswa juga bisa lebih mampu mengelola stress dan terhindar dari burnout. Hal itu karena nggak ngoyo untuk ngejar nilai 4 dengan mengorbankan waktu nongkrong dan berorganisasi.
Dengan IPK di rentang ini, mahasiswa juga biasanya telah menguasai dasar-dasar yang diperlukan untuk melanjutkan ke mata kuliah yang lebih kompleks di semester berikutnya, tanpa “bolong” pemahaman signifikan.
Proses mengevaluasi diri juga bisa dilakukan. Hal itu karena seorang mahasiswa tidak mengejar kesempurnaan dan nilai yang bombastis. Jadi ada ruang untuk mengevaluasi dan belajar kembali menata strategi.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















