Jika membahas tentang investasi, rasanya belakangan ini istilah tersebut marak dibicarakan semua orang. Berbagai kalangan menjelma menjadi investor dadakan yang memberikan petuah terkait investasi, apalagi dibarengi dengan boomingnya drama Korea Start Up beberapa waktu yang lalu. Menurut BEI jumlah investor di Indonesia meningkat hingga 41% dibandingkan dengan akhir 2019 kemarin. Hal ini tentu membawa angin segar bagi pasar modal di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah investor tentu berpengaruh pula pada kondisi perekonomian di Indonesia terutama dalam jangka panjang.
Berbagai pilihan investasi rasanya cukup menarik dan menawarkan aneka imbal hasil yang menggiurkan para investor. Berbondong-bondong orang membeli lembaran saham, unit dalam reksadana, tak sedikit pula yang membeli emas sebagai bentuk investasi mereka. Didukung pula dengan kemudahan pembelian melalui aplikasi yang dapat diakses di ponsel.
Saya sebagai generasi milenial yang memikirkan tentang rencana masa depan, tentu ingin ikut merasakan euforia dalam berinvestasi. Saya memulai banyak riset untuk mencari instrumen investasi apa yang cocok untuk saya miliki. Setelah menonton beberapa video di YouTube, bertanya pada beberapa orang yang telah terjun sebagai investor, dan membaca berbagai informasi. Akhirnya saya memutuskan untuk berinvestasi di reksadana.
Alasan saya memilih investasi reksadana adalah karena saya orang yang tidak mau ribet. Tujuan saya hanya menabung untuk masa depan dan tidak mau bersusah payah menganalisis saham satuan di bursa saham karena saya merasa tidak kompeten di bidang itu. Alasan lain adalah saya tidak mau hanya menabung di bank karena tentu akan terpotong biaya admin bulanan yang jauh lebih besar dibanding bunga yang diberikan oleh pihak bank. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang pemasukannya belum pasti, akhirnya saya mantap untuk berinvestasi di reksadana melalui salah satu aplikasi Agen Penjual Reksadana (APERD) yang bisa didownload di ponsel.
Reksadana sepertinya memang pilihan yang cocok untuk saya karena sistem investasinya seperti saat melakukan pembelian di e-commerce dengan nominal tertentu, kemudian saya akan mendapatkan unit dengan nilai sejumlah yang saya beli. Setelah itu, biarkan unit tersebut dikelola manajemen investasi untuk kemudian saya bisa nikmati hasilnya saat tujuan saya tercapai. Tidak perlu pusing memikirkan kapan harus take profit, cut loss, atau istilah-istilah dalam trading yang membuat saya pening. Sebab, saya penganut sistem nabung rutin tanpa melihat kenaikan atau penurunan nilai unit reksadana saya. Istilah kerennya adalah dollar cost averaging (DCA).
Di dalam reksadana terdapat berbagai pilihan reksadana, namun secara garis besar terdapat tiga jenis yaitu, Reksadana Pasar Uang (RDPU), Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT), dan Reksadana Saham (RDS). Perbedaan ketiganya adalah instrumen di mana uang investor akan dibelanjakan. Jika memilih RDPU tentu uang investor diinvestasikan dalam pasar uang, RDPT pada obligasi, dan RDS pada saham.
Berbeda dengan saham satuan, reksadana ini sepenuhnya dikelola oleh manajer investasi. Mereka yang meracik dan memilih emiten-emiten mana saja yang cocok untuk tempat menaruh investasi. Rata-rata tiap bulan manajer investasi mengubah pola dan racikan untuk top holding mereka untuk optimalisasi keuntungan. Sehingga saya sebagai investor reksadana tinggal terima jadi saja, tanpa memikirkan apakah perusahaan tersebut memiliki fundamental yang bagus atau tidak karena itu urusan manajer investasi. Saya hanya perlu memilih manajer investasi yang memiliki reputasi dan track record yang bagus untuk mengelola dana saya.
Dengan kemudahan investasi di reksadana, saya tidak menganjurkan kalian yang memiliki mindset trading untuk berinvestasi di reksadana. Investasi reksadana itu butuh kesabaran, karena proses untuk transaksinya saja tidak bisa cepat. Nilai dari unit yang dibeli juga tidak dapat diketahui secara real time, sebab masing-masing manajer investasi memiliki waktu yang berbeda untuk meng-updatenya.
Selain hal tersebut, investasi reksadana juga tidak cocok jika kalian suka berspekulasi terhadap pasar. Kalian tidak bisa mengira-ngira apakah hari ini unit yang kalian miliki akan untung besar atau justru rugi besar, karena semuanya dikelola oleh manajer investasi dan hanya akan diupdate sekali sehari dalam hari bursa. Jadi kalian tidak bisa memantau setiap waktu seperti saat kalian melihat grafik saham yang berubah tiap jam.
Maka akan sia-sia jika kalian masih saja menggunakan mindset trading yang ingin cuan instan dari reksadana, karena saya rasa investasi ini memang sengaja dibuat untuk investor pemula yang malas analisis risiko pasar yang ndakik-ndakik dan hanya ingin nabung rutin tanpa melihat indeks saham sedang naik atau turun. Reksadana adalah tempat orang-orang menabung uangnya untuk mendapat passive income hingga tujuan investasinya tercapai tanpa khawatir uangnya habis termakan bea admin bank tiap bulan.
BACA JUGA Please, Nggak Usah Latah Pamer Keuntungan Investasi Saham di Medsos atau tulisan Sri Pramiraswari Hayuning Ishtara lainnya.