Entah sudah berapa kali saya memprotes Jalan di Lamongan yang bobrok. Saya sudah pernah beberapa kali menuliskannya di Terminal Mojok. Terbaru, seminggu yang lalu, saya mengungkapkan kekesalan saya pada tulisan berjudul Gerakan Warga Menambal Jalan di Lamongan Cerminan Betapa Muak Warga terhadap Pemerintah.Â
Bagaimana warga Lamongan tidak geram? Jalan bobrok Lamongan itu bukan hal baru, sudah jadi persoalan klasik yang sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Jalan rusak bukan hanya soal kenyamanan saat berkendara, tapi juga soal keselamatan. Banyak orang yang sudah jadi korban mendadak jungkir balik karena menghindari lubang.Â
Saking seringnya berjumpa dengan jalan bobrok, saya sering berandai-andai, bagaimana ya kalau seluruh jalanan di Lamongan tiba-tiba menjadi mulus? Saya yakin rasa was-was ketika berkendara akan jauh berkurang. Selain itu, warga Lamongan jadi punya banyak waktu dan energi untuk memikirkan persoalan yang mengarah pada perbaikan kesejahteraan mereka. Pasti banyak hal akan berubah, nah mari kita bahas satu per satu.
#1 Gerakan menambal jalan bersama tidak lagi diperlukan
Rasa-rasanya hidup di Lamongan itu serba Do It Yourself (DIY), terutama yang berkaitan dengan perbaikan jalan. Setiap kali ada jalan yang kelewat bobrok atau lubang besar di jalanan, selalu ada inisiatif swadaya dari warga yang berusaha menambalnya, entah pakai semen, batu bata, atau kadang malah tanah liat seadanya.
Kalau jalanan di Lamongan sudah mulus, gerakan ini akan lenyap atau mungkin malah bergeser ke perbaikan fasilitas publik lain. Itu mungkin saja sebab selama ini jiwa gotong royong sudah terpupuk setelah bertahun-tahun mengurus jalanan Lamongan secara mandiri.
Baca halaman selanjutnya: Masalah lain jadi mendapat perhatian…




















