Indramayu, Kabupaten yang Bisa Saja Setara Jakarta, tapi Malah Memilih Jadi Kabupaten Semenjana

Indramayu , Kabupaten yang Bisa Saja Setara Jakarta, tapi Malah Memilih Jadi Kabupaten Semenjana

Indramayu, Kabupaten yang Bisa Saja Setara Jakarta, tapi Malah Memilih Jadi Kabupaten Semenjana (Shutterstock.com)

Ibarat pemain futsal, Indramayu adalah pemain dengan sepatu paling bagus tapi mainnya paling jelek. Ditemenin cuma gara-gara beliin minum sama bayarin lapangan. Semenyedihkan itu, memang. Padahal, sebenarnya, kota ini punya buanyak potensi. Indramayu seharusnya sudah cukup untuk menjadi daerah setara Jakarta sesuai yang dikatakan Cak Imin dalam janji kampanyenya.

Namun hingga saat ini, kota ini masih menjadi kota yang ala kadarnya. Seakan-akan puas jadi gini-gini aja.

Menurut saya ada beberapa hal yang mungkin dapat menjadi alasan dan pembenaran mengapa hal yang di atas masih terjadi.

SDA Indramayu yang meluap

Indramayu tuh punya sumber daya yang meluap-luap. Dalam sektor pertanian, kota ini masuk jajaran kabupaten penghasil beras terbesar di Indonesia yang mencapai 2,4 ton pada tahun 2023 menurut BPS. Selain itu, masih punya hasil laut dan kilang minyak. Kurang apa dah

Artinya, Indramayu memiliki resource lebih baik dibanding rata-rata daerah lain di Jawa Barat. Agak mengherankan jika daerah lain mampu bersolek lebih indah daripada kami. Lu punya duit, tapi lu nggak punya kuasa.

Infastruktur Indramayu mandek, susah membedakan mana jalan mana sawah

Jika kita melihat kota metropolitan, kita akan menyaksikan gedung-gedung tinggi, mall atau pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan lain sebagainya sebagai tolok ukur kemajuan. Nah, semua itu tidak akan ditemukan di Indramayu.

Jangankan hal-hal seperti mall atau bioskop yang merupakan kebutuhan tersier. Jalan yang berfungsi sebagai sarana penghubung dan kebutuhan dasar sebuah peradaban pun kurang diperhatikan.

Jika kalian ke Indramayu dan melalui area persawahan dan jalan berlubang, jangan terburu-buru mengumpat dan menyalahkan GPS. Percayalah kalian berada di jalur yang benar. Jalanan Indramayu memang mirip sawah: sama-sama berlumpur dan menggenang.

Infrastruktur lainnya juga mengalami nasib serupa. Seperti fasilitas kesehatan, sekolah dan banyak lagi yang harusnya menjadi pondasi utama suatu daerah. Boro-boro setara Jakarta, setara kabupaten maju yang lain aja susah.

Wilayah luas, jangkauan terbatas

Indramayu memiliki luas wilayah yang cukup besar, meskipun bukan yang terluas di Jawa Barat. Sayangnya, pembangunan yang ada kurang merata. Isu pemekaran pernah muncul dan diharapkan menjadi solusi namun hal tersebut tak kunjung terjadi.

Sumber daya manusia yang tak berdaya

Indramayu, bagi saya adalah paradoks. Daerahnya tak miskin, tapi kabupaten ini jadi “juara” dalam kemiskinan. Indramayu menempati urutan pertama tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa Barat. Tak hanya itu, kabupaten ini juga menempati posisi teratas dalam angka putus sekolah dan pernikahan dini.

Treble winner, Bung. MU aja ngeri melihat ini.

Keadaan sosial masyarakat Indramayu memang sudah tercermin dari beberapa capaian yang tidak terlalu baik. SDM sepertinya menjadi persoalan utama yang perlu ditingkatkan, guna mengimbagi potensi sumber daya alam yang besar. Karena jika dikelola dengan benar oleh orang yang juga benar, Jakarta mah lewat.

Hingga kini, saya masih yakin Indramayu bisa setingkat Jakarta. Asalkan, lagi-lagi, semua dikelola dengan baik. Jika tidak ya, mohon maaf, akan gini-gini aja terus. Kaya tapi nggak bisa ngolah, ya rudi, gong!

Penulis: Dicky Saputra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Suka Duka Mahasiswa Asal Indramayu, dari Dianggap Norak Sampai Ngaku dari Cirebon

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version