Nggak Cuma Krisis Baca Tulis di Jenjang Menengah, Indonesia Juga Krisis Bahasa Inggris di Jenjang Perguruan Tinggi

SpeakPal dan Fondi, Aplikasi Brilian untuk Belajar Speaking Bahasa Inggris

SpeakPal dan Fondi, Aplikasi Brilian untuk Belajar Speaking Bahasa Inggris (Pixabay.com)

Mahasiswa yang nggak bisa bahasa Inggris sama sekali itu aneh. Kok bisa nggak bisa, itulah yang jadi pertanyaan utama

Belakangan ini sempat heboh soal anak SMP yang nggak bisa baca tulis dengan lancar. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat anak SMP harusnya udah bisa baca dan tulis. Kalau mau diulik, faktor yang memprakarsai hal ini ada banyak, entah faktor eksternal atau internal yang ada di sistem pendidikan kita.

Tapi selain krisis buta huruf di tingkat menengah sebenarnya ada krisis lain yang bikin saya khawatir. Apalagi kalau bukan krisis bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi. Yang mana kalau diulik, hal ini sama mengkhawatirkannya dengan krisis buta huruf di jenjang SMP.

Ketidakseriusan mahasiswa dalam berkuliah jadi salah satu faktor utama

Perlu ditekankan kalau banyak mahasiswa khususnya mahasiswa menengah yang sebenarnya nggak “mencari ilmu” saat kuliah. Biasanya mereka cuma kuliah biar dapet ijazah dan bisa dapet kerja yang bagus. Tujuan begitu sebenarnya nggak masalah.

Tapi yang jadi masalah adalah ketika tujuan itu dicapai dengan cara yang tidak sepantasnya. Tidak sepantasnya gimana? Ya, banyak. Misalnya pakai joki skripsi, presentasi di kelas nggak serius, nggak menganggap pelajaran itu penting, sampai nggak mau berpikir kritis di perkuliahan.

Kalau udah begini siap-siap aja mahasiswa yang harusnya jadi kaum intelek malah jadi kaum bobrok. Belajar nggak serius, pelajaran nggak masuk, nggak bisa mikir, bahkan sampai nggak bisa ngelakuin problem solving sederhana.

Seakan-akan mahasiswa menganggap kalau kuliah cuma ajang main-main. Yang penting nggak ngulang matkul, yang penting nilai nggak merah, dan yang penting bisa lulus aja. Pemikiran semacam ini juga nggak pantas dan nggak seharusnya dimiliki mahasiswa.

Bahasa Inggris akhirnya dianaktirikan oleh mahasiswa

Semua ketidakseriusan itu akhirnya berpengaruh juga ke kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. Karena dianggap sebagai materi sampingan, akhirnya mahasiswa punya mindset kalau bahasa Inggris nggak penting dan nggak bakal kepake saat mendaftar kerja nanti.

Boro-boro membentuk paragraf dalam bahasa Inggris, terkadang melakukan perkenalan diri pun banyak yang nggak bisa. Padahal udah diajarin dari SD, lho. Seharusnya membentuk paragraf bukan hal yang sulit. Apalagi di perkuliahan bahasa Inggris cukup penting.

Sebagai mahasiswa pasti akan berkutat dengan buku dan jurnal ilmiah. Tentunya banyak buku dan jurnal yang menggunakan bahasa Inggris. Kalau mahasiswa nggak bisa berbahasa Inggris mau gimana? Pake Google Translate? Kalau satu kata atau satu kalimat sih nggak masalah, lah kalau satu halaman gimana?

Memang nggak semua mahasiswa begini dan banyak yang lancar berbahasa Inggris. Tapi kelihatannya yang nggak lancar juga cukup banyak. Yang mana kalau terus dibiarin bisa jadi jumlah mahasiswa yang nggak bisa berbahasa Inggris nantinya terus bertambah. Kalau begini ya sangat mengkhawatirkan.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini?

Concern saya jika hal ini terus dibiarkan masa depan negara ini bisa rusak. Bukannya jadi Indonesia Emas 2045 malah jadi Indonesia Cemas 2045. Padahal harusnya mahasiswa sebagai kamu terpelajar jadi agen perubahan yang bisa mengubah masa depan negeri ini.

Bahkan mahasiswa harusnya juga bisa membanggakan Indonesia di kancah internasional. Tapi kalau nggak bisa bahasa Inggris gimana caranya?

Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hal ini. Malah menurut saya ada dua cara yang bisa dilakukan. Cara pertama dengan mengubah mindset mahasiswa dan cara kedua dengan membenahi sistem pembelajaran di universitas itu sendiri,

Pertama dan paling penting tentunya mengubah mindset. Kalian boleh kuliah dengan tujuan mendapat pekerjaan yang layak. Tapi kalian juga nggak boleh buta-buta amat. Tanamkan mindset kalau bahasa itu Inggris penting. Bahkan asal kalian tahu, banyak perusahaan atau tempat kerja yang sangat suka kalau karyawannya pintar berbahasa Inggris. Jadi jangan takut dan jangan malu belajar bahasa Inggris.

Udah mahasiswa nggak bisa bahasa Inggris, nggak malu?

Kedua ya universitas harus membenahi sistem pembelajarannya. Saya bukan pakar pendidikan atau dosen jadi kurang paham soal hal ini. Namun jika bisa universitas harus lebih menekankan bahasa Inggris di dalam kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada. Hal ini dilakukan untuk mendorong penguasaan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa.

Sangat disayangkan kalau mahasiswa yang harusnya jadi kaum terpelajar malah nggak bisa bahasa Inggris, malu-maluin. Ibu saya yang cuma tamatan SD aja bisa bahasa Inggris dan katanya dulu belajar lewat bungkus mi atau bungkus shampoo. Masa kalian mahasiswa modern yang dikasih kemudahan nggak bisa bahasa Inggris?

Mulailah sadar kalau bahasa Inggris itu penting. Mau apa pun tujuan kalian saat berkuliah pelajarilah bahasa Inggris. Nggak usah pinter banget, bisa bikin kalimat atau bisa ngerti percakapan sehari-hari juga udah cukup. Dunia ini berkembang dan kalian bisa aja kerja sama orang luar negeri. Kalau nggak bisa bahasa Inggris apa kalian nggak malu sama gelar sarjana yang kalian punya?

Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kemampuan Bahasa Inggris Jadi Syarat Lulus Kuliah Itu Merepotkan, apalagi untuk Mahasiswa Angkatan Tua

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version