Saat kecil dulu, setiap kali main bola di tengah jalan, selalu saja ada motor lewat. Sering kita sebut ada iklan, tentu dengan konotasi negatif. Kita sudah terbiasa menganggap iklan sebagai pengganggu.
Lagi seru-serunya nonton sinetron, musik sudah heboh, konflik sudah sampai puncak, suasana sedang panas, biasanya langsung dipotong iklan. Tentulah kita meradang, panas hati ini. Lantaran itulah, tak sedikit orang membenci iklan, baik di televisi, YouTube, maupun Spotify gratisan Anda.
Untuk itulah iklan yang baik dan berbeda diperlukan. Selain agar iklan itu bisa dinikmati dan selalu dinanti, tentu agar produk mereka makin moncer dan mentereng. Oleh karena itu, banyak perusahaan atau produk yang berlomba membuat iklan mereka menjadi semenarik mungkin.
Saat memasuki bulan Ramadan, iklan-iklan unik dan lain daripada yang lain bermunculan. Ada iklan sirup, permen, minuman bening maupun berwarna, biskuit, sarung, ayam goreng, obat maag, rokok, dan lain sebagainya.
Salah satu iklan yang sering kali membuat saya berdecak kagum setiap menyaksikannya adalah iklan dari perusahaan rokok Djarum pada 2004. Sebuah iklan ikonik dan terdepan pada zamannya. Bahkan, sampai hari ini masih dinikmati, meskipun lewat unggahan netizen di YouTube. Saya menonton iklan ini saat masih SD.
Kala itu, saat Ramadan masih di tahun 1425 hijriah, iklan Djarum ini muncul layaknya petir menyambar. Salah satu kekuatan iklan ini adalah pada alur ceritanya. Di zaman itu, iklan Djarum ini juga punya pengambilan gambar dan tata cahaya yang apik.
Iklan Djarum ini menceritakan tentang musafir yang sedang melakukan perjalanan di bulan puasa. Dengan motor yang penuh barang di bagasinya, pria itu melewati sebuah jalan di daerah pedesaan. Suasana sudah petang, senja yang kala itu belum dipolitisasi anak senja. Saat melewati sebuah kubangan, sebuah mobil menyalip. Naas, ban mobil itu masuk ke kubangan dan air berlumpur menyembur ke arah motor si tokoh utama. Motor, baju, muka, penuh air kubangan. Kemudian ada azan yang berkumandang, orang ini berhenti dan minum dahulu. Ia juga menikmati kurma yang masih ada tangkainya.
Setelah itu, ia berhenti di sebuah tempat. Tepat di mana mobil rombongan yang menyemburkan lumpur itu berhenti. Mereka sedang asyik makan bersama. Agak kebangetan, sih, mereka nggak menawari si tokoh utama. Terlihat raut muka yang masam dari tokoh utama.
Lantas, ia membersihkan diri untuk kemudian salat. Ia meletakkan kurmanya di atas motor. Saat dia salat, para manusia rombongan mobil memakan kurma miliknya sambil berlalu pergi. Saat dilihat, kurma itu hanya tinggal satu biji saja, menggantung di tangkainya. Untung Tupperware itu tak ikut dibawa pergi. Sudah kurma habis, nanti masih harus ngurusin perang dunia di rumahnya. Lalu, si tokoh utama cuma bisa menatap mobil Mercy jadul itu berlalu.
Kemudian ada lanjutan versi Lebaran. Ia bertemu lagi dengan rombongan mobil yang kemarin. Mereka hendak salat Ied bersama di sebuah masjid. Kebetulan, si tokoh utama duduk di samping si nyebelin itu. Jodoh kali. Rupanya karpet di tempat si nyebelin itu kotor dan susah dibersihkan. Maka, ia gunakan sapu tangan sebagai sajadah.
Si tokoh utama ini teringat akan kenakalan orang di sebelahnya. Dasarnya memang iklan Lebaran, hari suci penuh maaf-maafan, si tokoh utama memaafkan orang di sampingnya itu. Ia membentangkan sajadah miliknya sampai menutupi karpet kotor di depan pria nyebelin tadi. Akhirnya, mereka bersalam-salaman. Iklan ini pun selesai.
Selain memang bikinnya niat, bahkan kelihatan banyak memakan biaya, iklan ini punya satu faktor pendukung lain. Soundtrack yang mereka pilih sangat cerdas dan tepat sasaran. Sebuah lagu legendaris dari seorang Ebiet G Ade. “Berita Kepada Kawan” yang mereka gunakan untuk mewarnai iklan itu.
Kebetulan saja, setelah itu banyak terjadi bencana besar di Indonesia, seperti Tsunami di Aceh dan gempa di Jogja. Tak ayal, lagu ini naik lagi. Lantaran sering dijadikan lagu tema televisi di saat ada bencana. Bisa saya bilang, 60% kekuatan iklan ini memang terletak di pemilihan lagu. Menurut saya lho, ya.
Cerita yang sederhana, unsur teknis yang bagus, ditambah soundtrack yang tepat, iklan ini bisa saya tasbihkan sebagai iklan Ramadan terbaik di Indonesia. Memang, setelah itu Djarum membuat banyak iklan lain. Iklan yang sarat hikmah seperti iklan pada 2004 lalu. Sayangnya, belum ada yang bisa menyamai kemagisan iklan tersebut. Bahkan iklan dari produk lain pun belum ada yang bisa menyamai kedalaman rasa dan menciptakan koneksi yang kuat dengan penonton. Iklan Djarum yang satu ini memang tiada tanding.
*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.
Sumber Gambar: Random Account
BACA JUGA Kaleidoskop Iklan 2020: Dari yang Inspiratif Sampai yang Pekok atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.