Kata Siapa Ijazah S2 Nggak Ada Artinya di Dunia Kerja? 5 Profesi Ini Justru Butuh Ijazah S2 sebagai Tiket Masuk ke Dunia Kerja

Kata Siapa Ijazah S2 Nggak Ada Artinya di Dunia Kerja? 5 Profesi Ini Justru Butuh Ijazah S2 sebagai Tiket Masuk ke Dunia Kerja

Kata Siapa Ijazah S2 Nggak Ada Artinya di Dunia Kerja? 5 Profesi Ini Justru Butuh Ijazah S2 sebagai Tiket Masuk ke Dunia Kerja (unsplash.com)

Sederet profesi berikut membuktikan kalau ijazah S2 merupakan syarat mutlak meminang suatu pekerjaan.

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kualifikasi pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dipertimbangkan perusahaan saat merekrut karyawan. Untuk pekerjaan berjenis entry-level, ijazah S1 mungkin dimaklumi. Namun, untuk posisi lebih tinggi yang menuntut keahlian khusus, jelas lulusan sarjana saja belum memadai.

Meski suara sumbang sering diserukan kepada mereka yang mengambil studi master, nyatanya banyak pekerjaan yang membutuhkan lulusan S2. Bukan adu keren, mereka yang mampu menyelesaikan pendidikan lanjut ini dinilai memiliki kompetensi lebih mumpuni. Setidaknya, sederet profesi berikut membuktikan bahwa ijazah S2 merupakan syarat mutlak meminang suatu pekerjaan.

#1 Jadi dosen bukan sekadar pintar, tapi juga wajib punya pemikiran kritis

Hampir seluruh universitas mengajukan syarat minimum lulus S2 sebagai tiket menjadi dosen. Ijazah S2 yang diperoleh merupakan validasi atas kemampuan individu tersebut dalam menyelami suatu disiplin ilmu. Harapannya, pengetahuan tersebut dapat ditularkan kepada para mahasiswa yang menjadi tombak masa depan bangsa.

Sebab, pandai secara akademik saja bukan jaminan seseorang pantas mengajar. Dengan menekuni studi lanjut, seseorang digembleng guna berpikir kritis dalam menaksir suatu kasus. Selain itu, mereka didorong untuk mampu mengutarakan pemikirannya di hadapan banyak orang dengan berbagai tugas presentasi. Kepiawaian public speaking dan critical thinking inilah yang mendukung seseorang menjalani perannya sebagai dosen.

#2 Peneliti ilmiah yang mengantongi ijazah S2 punya tanggung jawab besar kepada masyarakat

Meski sama-sama berkecimpung di dunia akademik, peneliti ilmiah mempunyai tugas lain yang berbeda dengan dosen. Lazimnya, mereka hanya fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan tanpa diberi beban mengajar. Seringnya, para peneliti tergabung dalam tim riset guna menjalankan eksperimen, menganalisis data, dan mempublikasikan hasilnya.

Oleh karenanya tidak semua orang sanggup memikul tanggung jawab ini. Sebab, inovasi yang mungkin hendak didistribusikan kepada masyarakat umum harus melalui telaah teori yang komprehensif serta metodologi yang tepat. Kapabilitas semacam ini biasanya didapatkan oleh mereka yang telah menempuh studi S2.

Baca halaman selanjutnya: Konsultan perusahaan… 

#3 Konsultan perusahaan yang mengantongi ijazah S2 harus paham strategi dan eksekusi, nggak melulu teori

Dalam memecahkan suatu masalah bisnis, terkadang perusahaan menggunakan jasa konsultan lepas yang dianggap tidak menyembunyikan konflik kepentingan dan bersifat lebih netral. Tidak jarang, para penyabet gelar MBA (Master of Business Administration) mendapat kesempatan untuk merumuskan suatu solusi bagi sebuah organisasi. Hal ini wajar mengingat lulusan MBA sudah sangat familier dengan berbagai studi kasus perusahaan tulen beserta mengikuti sejumlah kejuaraan kewirausahaan.

Tidak selalu perkara laba, para konsultan turut pula memikirkan peningkatan efisiensi aktivitas operasional dan rencana ekspansi. Artinya, mereka kudu mengerti cara eksekusi strategi, bukan hanya tulisan di atas kertas. Kemampuan mencari benang merah permasalahan dan mengambil suatu keputusan tersebut yang banyak diterapkan dalam pembelajaran di kuliah S2.

#4 Nggak cuma dengerin curhat, psikolog juga tahu cara merawat

Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental mengalami perkembangan dalam beberapa tahun belakang. Makanya profesi di bidang ini semakin banyak diminati. Untuk mendapatkan lisensi menangani orang dalam cengkeraman depresi seperti psikolog, seseorang wajib menyelesaikan studi S2 terlebih dulu.

Soalnya, menjadi psikolog tidak sebatas mendengar keluh kesah dari pasien. Sebaliknya, psikolog wajib menguasai teknik intervensi guna mendeteksi gejala berikut penanganan masalah kejiwaan. Di samping psikolog, pekerjaan setara lain di bidang yang sama dan menuntut ijazah S2 adalah terapis dan konselor.

#5 Selain luwes berargumentasi, sebaiknya pengacara juga melakukan spesialisasi

Meskipun di Indonesia seorang pengacara tidak diwajibkan mengantongi gelar Magister Hukum, mengambil studi lanjut S2 dapat memberikan keuntungan tambahan. Saat ini, kasus yang bermunculan semakin ajaib. Menjalani jenjang magister membuka jalan bagi pengacara untuk tidak hanya lancar berargumentasi, tetapi juga menajamkan intuisi mencari celah suatu masalah.

Di samping itu, modal ijazah S2 di bidang ini berguna membangun kredibilitas sehingga tawaran merajut jejaring profesional semakin luas. Pun, seorang pengacara lulusan S2 berkesempatan melakukan spesialisasi jasa seperti hukum bisnis, hukum lingkungan, bahkan hukum internasional. Artinya, kompetisi menangani suatu kasus khusus tidak sesengit ketimbang membereskan kasus yang lebih umum.

Bagi sebagian orang, menempuh studi S2 bukan tentang gengsi atau lantaran kalah saing di bursa tenaga kerja. Justru, di sektor tertentu, mengantongi ijazah S2 menyatakan keunggulan kompetitif individu. Minimal, mereka yang memilih menjalani studi lanjut telah menunjukkan komitmen untuk mengambil peran serta tanggung jawab yang lebih signifikan di bidang yang digeluti.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 10 Pekerjaan Menjanjikan di Internet yang Bisa Kamu Coba Sekarang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version