Bagi saya, tahun ini entah kenapa berjalan begitu cepat. Idul Fitri lewat begitu saja. Dan sekarang, sudah masuk akhir Juni 2022. Bulan depan, di awal Juli 2022, kita sudah akan menyambut Idul Adha 2022. Salah satu hari besar yang saya tunggu. Hari besar yang juga dikenal sebagai hari raya kurban atau Lebaran Haji.
Semua umat muslim akan merayakannya dengan penuh kegembiraan. Selain ramainya manasik haji, satu aktivitas yang ditunggu di Idul Adha 2022 tentu saja kurban. Kalau biasanya kurban kambing atau sapi, di Banten, kurban kerbau yang paling ditunggu. Iya, di Banten memang lebih dekat dengan korban kerbau ketimbang sapi atau kambing.
Kurban kerbau di Banten memang sudah menjadi tradisi. Untuk Idul Adha 2022 ini saya sudah menantikan jumlah kerbau yang akan dikurbankan. Dua daerah yang terkenal dengan ternak kerbau-nya adalah Lebak dan Pandeglang.
Kenapa rakyat Banten memilih kerbau ketimbang sapi untuk menjadi hewan kurban?
Tentu saja, semuanya dilakukan dalam rangka usaha meneladani Nabi Ismail. Kedua, melatih kerelaan diri untuk melepaskan sebagian hak untuk sesama. Ketiga, ada latar belakang sejarah yang akan saya ceritakan di bawah.
Jadi, mungkin masih banyak yang belum tahu kalau kebiasaan menjadikan kerbau sebagai hewan kurban adalah warisan dari zaman kolonial Belanda. Waktu itu, rakyat banten memilih kerbau sebagai hewan kurban untuk menghormati kepercayaan pemeluk agama lain yang memandang sapi sebagai hewan suci.
Supaya kurban bisa dinikmati oleh semua orang bersama warga adat dan pemeluk agama lain, kerbau dipakai untuk menggantikan sapi. Inilah wujud toleransi tertinggi. Berkorban untuk sesama. Sesuai dengan pesan mulia dari aksi kurban itu sendiri. Jadi, di Idul Adha 2022 kali ini kerbau masih akan jadi primadona.
Olahan favorit dari daging kerbau adalah semur daging. Konon, dulu, semur daging salah satu hidangan di meja makan bangsawan Belanda. Rakyat Banten masih menjaga keberadaan resep maupun olahan semur daging tersebut, sekaligus mengembangkannya menjadi olahan yang lebih bervariasi.
Bagi banyak orang, rasa daging kerbau mungkin “terasa aneh”, baik dari sisi rasa maupun aromanya. Namun, rakyat Banten mampu mengolahnya menjadi masakan yang bisa dinikmati oleh segala kalangan. Sebuah keberhasilan menjaga warisan leluhur.
Oya, selain soal aroma, banyak yang kesulitan mengolah daging kerbau karena dianggap terlalu alot, teksturnya keras, dan harganya dianggap terlalu mahal. Namun, di tengah usaha menjaga warisan leluhur, rakyat Banten bisa mengolah daging kerbau menjadi tidak alot dan tetap nikmat ketika disantap. Tahukah kamu kalau daging kerbau itu lebih awet jika dipanaskan berulang kali ketimbang daging sapi? Konon, daging sapi lebih mudah hancur ketika dipanaskan berulang-ulang. Oleh sebab itu, di Idul Adha 2022 ini saya sangat menantikan “momen-momen nikmat” menyantap semur daging kerbau.
Selain dagingnya yang bisa diolah jadi nikmat untuk disantap, bagian-bagian tubuh kerbau bisa dimanfaatkan. Misalnya, kulit kerbau dijadikan bidang pukul bedug berbahan kayu kelapa. Alat musik ini menjadi perangkat utama kesenian “Rampak Bedug” khas Pandeglang. Ada juga yang memanfaatkannya sebagai kulit kendang dan bahan hihid atau kipas untuk perlengkapan tarian Dzikir Saman.
Mengingat berbagai manfaat yang dikandungnya, rakyat Banten sangat berhati-hati ketika melakukan budidaya kerbau. Sebuah usaha yang terbukti membuat dagingnya punya kualitas baik.
Bagi saya pribadi, melihat tradisi yang masih terjaga dengan baik di Banten adalah kabar baik. Makin ke sini, usaha menjaga tradisi semakin sulit dilakukan karena perkembangan zaman.
Oleh sebab itu, menyantap semur daging kerbau di Idul Adha 2022 bakal terasa menyenangkan. Rakyat Banten tidak sekadar menyantap daging kurban, tapi sebuah berkah dari usaha menjaga warisan leluhur dan nilai-nilai agama.
Penulis: Faizal Ardiansyah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kecap Bango, ABC, Sedaap: Mana yang Bikin Olahan Daging Kurban Makin Mantap?