Honda Win, Motor Paling Berjasa dalam Pembangunan Indonesia

Honda Win, Motor Paling Berjasa dalam Pembangunan Indonesia motor lawas

Honda Win (Bakhtiar Rahman/Shutterstock.com)

Banyak motor yang dianggap lekat dengan profesi atau golongan tertentu. Misal, Honda BeAt motor kaum proletar. Yamaha Xmax dianggap motor maticnya orang tajir melintir. Satria F150 dianggap motor ngabers era 2000-an, Honda Scoopy dianggap motornya anak muda klitih gahol. Tapi, menurut saya, tidak ada motor yang bisa menyaingi Honda Win dalam hal representasi.

Honda Win sering dianggap motornya pak camat atau pak lurah, seolah-olah motor ini identik dengan kendaraan dinas pemerintahan daerah. Entah kenapa motor ini yang terpilih, dibanding beberapa motor lainnya yang juga diproduksi pada tahun yang sama. Sedikit informasi, Honda Win diproduksi selama 1984 sampai 2005, terhitung cukup lama untuk sebuah eksistensi motor di Indonesia.

Honda Win yang cenderung memiliki bodi kotak-kotak dan lampu kotak ini, cukup berbeda dengan motor lainnya yang masih memberikan aksen bulat-bulat saat itu. Honda Win ini memiliki beberapa varian yang tidak terlalu banyak, ada varian standard dan semi trail. Tipe standard ini seperti yang kalian pahami dan sering berseliweran di jalan raya.

Honda Win standar menggunakan ban standar ukuran 17 inci dan spakbor depan yang lebih dekat dengan ban. Sedangkan, semi trailnya menggunakan ban depan trail 18 inci dan belakang 17 inci, dan spakbornya pun seperti trail pada umumnya, yang dipasang di segitiga dan lebih tinggi.

Warna yang mengikuti instansi dan kontribusi terhadap dunia pertanian

Warna yang melekat di body Honda Win ini awalnya hanya merah, biru, dan hitam. Tetapi, lambat laun, warna yang melekat di Honda Win ini merepresentasikan warna instansi yang memakai motor tersebut. Seperti warna oranye Kantor Pos, warna hijau punya Dinas Pertanian, dan warna coklat punya Pemprov Jawa Barat.

Gara-gara hal tersebut, beberapa pencinta Honda Win akhirnya pun melakukan restorasi yang menyesuaikan dengan asal instansi motornya, dan harganya menjadi cukup mahal karena dianggap lebih “rare” dan terkesan memiliki sejarahnya. 

Tidak hanya pada instansi, Honda Win juga berkontribusi kepada kehidupan masyarakat umum khususnya di sektor perkebunan dan pertanian, motor yang memiliki ketangguhan dan keiritan yang luar biasa. Diandalkan untuk membawa hasil kebun dan tani yang sampai Overdimensi dan Overload (ODOL) karena punya spesifikasi peredam kejut “Heavy Duty”. Hebatnya lagi, saya yang punya pengalaman membawa Honda Win menghadapi jalanan menanjak curam di daerah Cilongok, Kabupaten Banyumas. Motor ini bisa nanjak dengan santai dan kuat, padahal boncengan lho.

Motor ini memang kendaraan semua medan. Begitu kuat, begitu bertenaga. Tapi ya, jangan dipake kebut-kebutan, top speed-nya agak laen ini motor.

Suku cadang Honda Win yang mudah ditemukan

Meski motor ini usianya sudah tua, tapi bukan berarti motor ini susah dirawat. Justru ini keistimewaannya. Suku cadang motor ini masih amat mudah ditemukan. Apalagi bisa pake suku cadang motor lain, macam Honda Grand dan Supra lama (bukan Toyota Supra, tolong jokes-nya diperbarui). Bengkel-bengkel juga sering sedia suku cadang motor ini.

Maka dari itu, jika kepikiran meminang motor ini, sebenarnya nggak usah takut sama masalah umur motor ini. Sebab, ya perawatannya lumayan mudah plus bisa “diakalin”. Misal nih, takut sama umur mesin motor yang kelewat tua, bisa ganti mesin dengan mesin SND ZS190 yang memiliki 187.2 CC dan 5 percepatan yang sama-sama mesin tidur. Ya walaupun harganya masih sangat mahal, di angka 11 jutaan, tetapi dengan spesifikasi mesin yang segitu dirasa sepadan dengan yang kita dapatkan. Apalagi dengan bobot rangka dan body Honda Win yang ringan. Mungkin rasa-rasanya kita ingin terbang menggunakan mesin ini hahaha. 

Penyakit kambuhan

Tapi, meski mudah dirawat, bukan berarti motor ini nggak punya penyakit kambuhan. Beberapa kasus saya temukan banyak Honda Win yang memiliki suara mesin seperti suara dengung atau tangisan karena gigi primer yang terkikis atau aus. Selain itu, ada penyakit lainnya seperti garpu rasionya yang sering patah, yang bikin ganti giginya jadi keras dan loncat-loncat.

Sebagai penutup, sekali lagi, kalau kalian berminat untuk meminang motor ini, nggak usah ragu-ragu. Saya sudah 12 tahun memakai motor ini, dan pengalaman saya sejauh ini amat positif. Harganya pun murah. Saya beli motor ini pada 2010 seharga 1.5 juta. Sekarang sih naik drastis, di angka 10 jutaan (surat lengkap).

Nggak usah takut kehabisan barang. Banyak banget orang jual Honda Win, dan ngeluh nggak laku. Asumsi saya sih, karena supply dan demand yang kurang seimbang. Jadi nggak perlu takut kesulitan nyari motor ini lah.

Tertarik? Aku sih gas.

Penulis: Rachmat Satya Nurhidayat
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Honda Win 100, Motor Pak Lurah yang Harganya Sekarang Makin Kebangetan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version