Sampai saat ini, keluarga saya setidaknya sudah memiliki tiga motor. Mereka adalah Vario Techno 125 yang biasa saya pakai, Honda Revo Fit milik bapak, dan motor Honda Supra X 100 dengan fungsi serbaguna. Yang paling spesial di antara ketiganya, tentu saja, Supra X 100. Sebagai yang paling kawak atau tua, motor yang meluncur pada 2001 itu memiliki sejuta kenangan di keluarga saya.
Motor Honda Supra X 100 dengan warna dominan hitam dan variasi merah-kuning ini sebenarnya masuk generasi kedua. Generasi pertamanya adalah Honda Astrea Supra yang meluncur pada 1997.
Supra X 100 masuk ke pasaran pada awal milenium dan Honda sudah melengkapinya dengan rem cakram di bagian depan. Namun, meski motor yang biasa saya pakai untuk pergi ke sawah ini memberikan tampilan yang lebih modern pada masanya, kalau dipikir-pikir, bentuknya masih lebih cocok untuk “bapak-bapak” daripada kaum muda.
Daftar Isi
Motor Honda Supra X 100, motor pertama keluarga saya
Bapak saya adalah tipe orang yang kalau sudah kepincut dengan satu barang, dia akan setia dengan barang tersebut. Kecuali kalau barangnya sudah rusak, ya. Misalnya, dalam urusan handphone, dia sampai sekarang masih memakai Nokia yang dibeli pada 2010. Bahkan nomor bapak saya masih sama. Ya, meskipun beliau juga membeli Oppo untuk keperluan YouTuban, namun untuk urusan pekerjaan, Nokia masih yang terdepan.
Begitu pula dengan motor. Sependek ingatan saya, motor Honda Supra X 100 merupakan motor pertama keluarga saya dan kami masih memakainya hingga sekarang. Tentu, yang namanya sejarah dan kenangannya itu nggak main-main.
Misalnya, saya masih ingat dulu saat bapak masih jadi sales roti. Sebelum berangkat sekolah, saya membonceng bapak dan ikut mengantarkan roti ke beberapa toko. Terkadang juga kalau ibu kebetulan nggak masak, akhirnya saya memakan roti tersebut buat sarapan.
Kemudian, yang paling terkenang lagi, masih dengan motor Honda Supra X 100 tersebut, adalah saat kami rekreasi ke kolam renang Siwarak, Ungaran, Kabupaten Semarang. Kami boncengan berempat di atas 1 motor. Saya di depan, bapak mengendarai, adik di tengah, ibu di belakang. Jalan Ungaran yang berkelok dan naik-turun membuat kami agak deg-degan waktu itu. Namun, kokohnya Supra X 100 ini untungnya masih membawa nasib baik bagi kami.
Honda, penopang ekonomi keluarga
Seperti yang sudah saya ceritakan di awal, motor Honda Supra X 100 ini merupakan kendaraan yang dulunya dipakai untuk bekerja oleh bapak. Saat menjadi sales roti, motor ini adalah kendaraan yang memiliki manfaat paling banyak. Bayangkan saja kalau nggak ada Supra X, mengayuh sepeda untuk mengantarkan roti ke beberapa toko yang jaraknya lumayan jauh tentu sangat melelahkan.
Begitu pula saat bapak banting stir dari sales roti menjadi pedagang perabotan di pasar. Motor Honda Supra X 100 ini masih setia menemani bapak dalam urusan pekerjaan. Namun sayang, di akhir 2021, motor sejuta kenangan ini sakit-sakitan. Perannya kemudian digantikan oleh Revo Fit yang meluncur pada 2011 yang lalu. Namun, andil Supra X 100 sebagai penopang ekonomi keluarga nggak bisa dilupakan.
Bodi boleh rapuh, tapi Supra X masih memberi manfaat sampai sekarang
Motor Honda Supra X 100 yang keluarga saya ini sebenarnya sudah bolak-balik bengkel. Entah karena nggak bisa di-starter, ada masalah dengan aki, hingga mesin yang mengeluarkan bunyi kasar “kletek-kletek” begitu.
Bodi motornya juga beberapa mulai rapuh. Seperti hilangnya footstep bagian belakang, jok yang sudah nggak bisa menempel erat dengan bodi, hingga kick starter yang sudah kendor.
Namun jangan salah, meski cukup memprihatinkan, tapi manfaat motor ini masih bisa kami rasakan hingga sekarang. Misalnya motor ini merupakan kendaraan utama untuk dinas ke sawah, menggotong kayu untuk keperluan dapur, bahkan kalau malam misalnya saya ingin nyari makanan ke luar atau ngopi bareng teman, saya lebih memilih menggunakan Supra X 100 itu. Gimana, ya, soalnya motor yang punya sejuta kenangan ini nggak neko-neko dan yang paling penting lagi adalah irit!
Maka, saat mengendarai motor ini pun juga saya seakan bernostalgia. Sebab, dulu, saya belajar naik motor ya pakai motor Honda Supra X ini. Saya masih ingat betul tempat latihannya di lapangan dekat kuburan Sayangan, kemudian bapak menunggu dengan melakukan jogging ringan di sebelah lapangan. Namun sayang sekali, lapangan tersebut sekarang sebagiannya sudah menjadi perumahan.
Itulah segelintir kisah keluarga saya bersama motor Honda Supra X 100. Masih banyak kisah yang nggak bisa saya ceritakan satu per satu. Untuk selalu menjaga kenangannya, kami nggak bakal menjualnya, meski ditawar dengan harga tinggi. Kenangan di setiap sudut bodinya yang renta itu tak ternilai.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Motor Honda Revo: Simbol Ngenesnya Umat Manusia