Hey, Jude!

Hey, Jude Bellingham, Bienvenido!

Hey, Jude Bellingham, Bienvenido! (Akun Instagram Jude Bellingham)

Jude Bellingham menangis di pertandingan terakhir Bundesliga. Impiannya membawa Borussia Dortmund jadi juara Bundesliga harus hancur setelah Dortmund hanya seri melawan Mainz, di pertandingan yang harusnya mereka menangkan. Tak perlu digambarkan seperti apa nestapanya, kalian sudah tahu bagaimana rasanya.

Capaiannya di Dortmund sebenarnya tak buruk. Setidaknya, ia mencecap satu piala. Tapi untuk generational talent macam Bellingham, tentu saja hal itu tak cukup. Pemain sepertinya, harusnya bermandikan trofi, setinggi yang ia bisa.

Maka dari itu, perpindahannya ke Real Madrid, yang baru saja mencapai kata resmi, adalah pilihan yang amat tepat.

Saya tak perlu menulis berapa piala Real Madrid. Sebab, Real Madrid dan piala itu adalah hal yang berpasangan. Musim yang gagal adalah musim tanpa piala tertinggi. Standarnya memang tinggi, kelewat tinggi malah. Kalian bisa bilang ini toxic atau apa, terserah. Tapi, ekspektasi sederhana itu hanya milik pecundang. Di Madrid, yang dikenal hanyalah kata menang.

Dan tak ada tim lain yang lebih tepat untuk menampung sakit hati dan ambisi Jude Bellingham, kecuali Real Madrid.

Keraguan pada Jude Bellingham

Ketika rumor El Real mendekati Bellingham, banyak suara sumbang bertebaran. Jude ingin ke Inggris lah, keluarganya ingin balik ke Inggris lah, pemain Inggris flop di Madrid lah, Jude ingin ke Liverpool lah, dan banyak lagi. Saya sendiri sebenarnya tak begitu peduli dengan rumor. Sejak Mbappe, saya tak mau terlalu berpikir dan berharap. Tapi alasan-alasan tersebut menurut saya terasa aneh untuk didengar.

Begini. Untuk bocah yang sudah merantau ke Jerman, tiba-tiba kembali ke Inggris itu kok rasanya aneh. Apakah itu salah? Jelas tidak, Inggris punya kompetisi kelas dunia. Jelas. Tapi aneh saja. Kalau dia bisa ke Jerman, apa yang menghalangi ia pergi ke negara lain? Dan kenapa juga harus balik ke Inggris?

Lalu, alasan pemain Inggris kebanyakan flop di Madrid. Bukti memang ada. Kecuali McManaman, saya pikir memang tak ada pemain Inggris yang sukses banget di Madrid. Tapi jelas itu bukan hukum pasti. Bisa jadi Jude Bellingham flop, bisa jadi tidak. Kita tahu seberapa besar talenta Hazard ketika pindah ke Madrid. Nyatanya, flop.

Camavinga, meski berbakat, sempat diragukan juga akan sukses di Madrid. Nyatanya, dalam dua musim, ia memenangkan semua piala di Real Madrid. Jadi hukum flop ini sebenarnya tak punya dasar yang begitu kuat.

Lalu kemudian Jude Bellingham ingin ke Liverpool. Aduh.

Mahal? I don’t think so

Banyak yang bilang, harga Jude Bellingham kemahalan. Saya sebenarnya lumayan setuju. Tapi begini, ketika PSG menghancurkan pasar dengan membeli Neymar, semua klub akan mengikuti cara tersebut. Entah menjual pemainnya dengan harga tak masuk akal, dan ada tim yang mau tak mau membeli pemain dengan harga tak masuk akal.

Tapi begini. Bellingham mungkin kemahalan, tapi saya yakin Madrid dan Perez tak gegabah mengeluarkan uang. Saya yakin mereka belajar betul dari pengalaman Hazard. Ada perhitungan yang kita tidak tahu hingga Madrid mau-mau saja membayar 100 juta euro untuk pemain berumur 19 tahun.

Misalkan flop, ya sudah. Uang 100 juta memang besar, tapi bisa dicari lagi. Madrid memang tak disuntik uang minyak, tapi mencari uang besar bukanlah hal yang sulit. Ayolah, tim mana yang masih bisa bobol rekening saat mereka merenovasi stadion? Well, Madrid, it is.

Real Madrid tak pernah ingkar piala

Real Madrid baru saja mengalami musim yang buruk. Amat buruk malah. Gagal melaju ke final Liga Champions dan gagal mempertahankan La Liga adalah aib yang tak bisa diterima. Benar, Madrid meraih tiga piala ciki, Copa del Rey, FIFA World Cup, dan UEFA Super Cup. Tapi apa itu cukup? Tentu tidak. Gagal meraih Champions League dan La Liga ya artinya gagal. Nggak ada kata lumayan, mending, dan syukurlah.

Kebetulan, Jude Bellingham belum lama merasakan pedih hati Bundesliga lepas di depan mata. Bagi saya, ini menjadikan Madrid dan Bellingham punya rasa dan ambisi yang sama untuk musim depan: menang. Mereka berdua adalah match made in Heaven. Ditakdirkan untuk bersama, di waktu yang tepat.

Yang saya yakini adalah, untuk enam musim ke depan, Bellingham akan merasakan bagaimana rasanya menjadi juara. Menjadi pemenang, dan berdiri di puncak dunia bersama tim yang punya tradisi juara.

Selamat datang, Jude Bellingham. Selamat, kau akan memenangkan banyak turnamen, karena Madrid, tak pernah ingkar piala. 

Sumber gambar: Instagram Jude Bellingham

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Beri Karim Benzema Ballon d’Or Sekarang Juga!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version