Harga BBM Naik, Dana Pensiun Diubah, Istri Ferdi Sambo Tak Ditahan tapi Rakyat yang Kudu Memahami

Harga BBM Naik, Dana Pensiun Diubah, Istri Ferdi Sambo Tak Ditahan tapi Rakyat yang Kudu Memahami (Unsplash.com)

Harga BBM Naik, Dana Pensiun Diubah, Istri Ferdi Sambo Tak Ditahan tapi Rakyat yang Kudu Memahami (Unsplash.com)

Sekjen PDIP, Hasto, bilang kalau partainya tetap pro sama wong cilik. Namun, di sisi lain, Hasto juga menegaskan kalau pemerintah itu sedang kesulitan sehingga wajar kalau harga BBM naik. Mau soal BBM, dana pensiun PNS, sampai kisruh istri Ferdi Sambo, pokoknya rakyat yang kudu memahami.

Aneh sekali ketika nasib ribuan rakyat diadu dengan “nasib pemerintah”. Seakan-akan rakyat yang selalu menggendong dan harus ikhlas menjadi korban. Eh, bukankah memang selalu gitu, ya?

Kok bisa ya, seorang politikus yang pastinya pandai dan smart sundul langit, mengadu nasib rakyat dengan pemerintah? Padahal, sudah banyak ahli yang mengatakan kalau harga BBM naik, jumlah penduduk miskin akan bertambah. Nasib malang rakyat seperti mau diadu sama nasib pemerintah? Prioritas pemerintah itu mau dibawa ke mana?  

Nah, bicara prioritas, nasib rakyat kecil memang bukan yang terdepan. Misalnya di kisruh dana pensiun PNS tempo hari. Kalau pensiunan PNS yang sudah bekerja bertahun-tahun itu dianggap beban, bagaimana dengan anggota DPR? Tahukah kamu, anggota DPR yang cuma menjabat 5 tahun saja sudah dapat jaminan pensiun seumur hidup.

Mau adu nasib? Iya, memang, jumlah PNS itu lebih banyak ketimbang anggota DPR. Namun, coba hitung ada berapa ratus ribu PNS yang pensiun di golongan rendah? Sekaya apa sih mereka jika dibandingkan dengan pensiunan anggota DPR? Kenapa gaji dan tunjangan anggota DPR tidak dihilangkan saja? Kan bisa juga status mereka diubah jadi “pengabdian” seperti bapak dan ibu guru PNS yang pensiun dengan gaji Rp3 juta saja. Itu baru adu nasib.

Masalah prioritas, di depan hukum, nasib rakyat ternyata juga diadu. Iya, kenaikan harga BBM sudah, masalah dana pensiun sudah, nggak lengkap kalau nggak ngomongin soal hukum.

Istri Ferdi Sambo, Putri Candrawati, tidak ditahan karena alasan kemanusiaan. Dan somehow, kok saya nggak kaget. Istimewanya, sampai dibela Kak Seto, lho. Enak betul ya nasib istri Ferdi Sambo. Yang kayak gini mau adu nasib sama rakyat? 

Satu hari yang lalu, Kompas menayangkan artikel dengan judul seperti ini: “Kisah-kisah Para Ibu yang Dipenjara Bersama Balitanya” Silakan dibaca perlahan-lahan dan mari sama-sama bertanya, “Kak Seto ke mana ya?” Apakah Ferdi Sambo bisa membantu mencarikan?

Lucu sekali, bukan? Pemerintah dan orang besar yang bertingkah, rakyat kecil yang harus selalu memahami semuanya. Lagian, mau bersuara kayak apa, kita sama-sama tahu kalau suara rakyat suara Tuhan itu omong kosong di Indonesia. Yang betul itu, suara rakyat suara yang perlu dibeli demi jabatan 5 tahun sekali.

Coba saja kita lihat tahun depan, 2023, di mana sudah bisa disebut sebagai tahun politik. Kita bisa melihat kaum hipokrit berlomba-lomba mengemis suara ke rakyat yang kelak akan mereka kibuli. Kalau butuh saja, rakyat akan dielus-elus, disayang-sayang. Namun, kalau udah dapat suaranya, nasib rakyat diadu sama orang besar. 

Rakyat kok dibanding-bandingke, yo jelas kalah….

Harga BBM naik, makin banyak rakyat miskin dan kita harus maklum. Padahal, misalnya, bisa itu proyek IKN dihentikan dulu. Dana pensiun jadi beban, PNS golongan kecil yang akan menderita tapi ya bodo amat namanya beban ya sebaiknya diam saja. Istri Ferdi Sambo tidak ditahan karena punya anak bayi ya para ibu ikhlas saja kalian yang nggak punya power dan privilege.

Rakyat di Indonesia itu tak lebih dari sapi perah. Diperah ketika mereka ingin menikmati susu segar, lalu disingkirkan setelah perut kenyang dan birahi kehidupan terpuaskan. Rakyat kecil menderita dan jealous dengan nikmatnya fasilitas orang besar itu sudah setelan alam. Nggak boleh protes, kalian harus puas nasibnya diadu dan tidak didengar.

Harga BBM akan segera naik, sistem dana pensiun akan diubah, dan istri Ferdi Sambo akan selalu jadi gambaran kenyataan bahwa rakyat tak ubahnya semut lemah di depan hukum Indonesia. Itulah kenyataannya, dear Hasto Sekjen PDIP. 

Sudah, bilang saja kalau pemerintah itu bodo amat sama nasib rakyat kecil. Nggak perlu pakai kalimat-kalimat berbunga dan bergincu seperti itu. Meski dibalut dengan indah, kalimat dari penguasa itu akan selalu bau bangkai.

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno.

BACA JUGA Dana Pensiun dan Mulut Manis Sri Mulyani Si Sales Bank Dunia: Urusan Rakyat Selalu Belakangan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version