Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Hal yang Luput Diperhatikan dari Banternya Pertumbuhan Kota Mojokerto

Affan Hasby Winurrahman oleh Affan Hasby Winurrahman
28 Juni 2023
A A
Berkunjung ke Buddha Tidur Mojokerto, tapi Tidak Tahu Bejijong Itu Gimana Ceritanya

Tahu Buddha Tidur, tapi Tidak Tahu Bejijong Itu Gimana Ceritanya (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Mojokerto adalah sebuah kota kecil di dekat Surabaya. Perlu saya awali dengan kalimat perkenalan seperti ini, karena masih banyak yang mengira Mojokerto ada di Jawa Tengah. Entah bagaimana ceritanya mereka bisa meleset 300 kilometer saat melihat peta. Ingin saya caci maki dengan mode Suroboyoan, tapi ya sudahlah, bukankah memang kota kecil ini tidak banyak yang tahu?

Padahal, salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto jadi Ibu Kota Nusantara zaman dulu. Tapi itu beda bahasan.

Saat saya masih kecil, sekitar 2000-an, Kota Mojokerto tidak bisa menawarkan banyak hal. Hanya ada alun-alun, pusat belanja dan mainan indoor Sanrio, pusat belanja Bentar, serta KFC. Kehidupan kami sederhana dan tidak bisa neko-neko. Glamornya hidup saat itu masih diukur dari mobil, rumah, sandal Carvil bonus mobil remot kontrol, dan makan di KFC. Tidak ada yang tahu brand-brand luar selain KFC dan Pizza Hut karena saat itu Pizza Hut sering iklan di TV. Semua hanya bersenang-senang ala kadarnya dan tidak ada perlombaan pansos. Percuma bayar mahal kalo nggak ada yang kenal brandnya kan.

Kondisi ini berubah sejak Sunrise Mall dibuka pada 2016. Untuk pertama kali warga Mojokerto bisa menikmati bioskop di dalam kotanya sendiri. Saya masih ingat ketika pertama kali keluar bioskop, saya kira saya lagi di Surabaya. Matahari saat itu menjadi pusat fashion baru di kota, Excelso jadi kafe modern pertama, dan CGV jadi bioskop pertama.

Mojokerto dikepung konsumerisme

Waktu berjalan, tiba-tiba kami dikepung berbagai brand besar. Dari tahun ke tahun, ada saja yang membuka gerai baru. Pizza Hut akhirnya buka di kota setelah sekian tahun hanya mondar mandir di TV. Ace Hardware dan Chatime membuka gerai di jalan yang sama dengan Pizza Hut. Salah satu pasar tumpah direlokasi dipindahkan di dekat Sunrise Mall menjadi pusat UMKM baru, dan ternyata ini menarik perhatian McDonalds untuk membuat gerai di seberangnya.

Setelah itu, brand-brand lain pun makin tidak terbendung berdatangan. Warga pun menyambut dengan sukacita dan bangga. Tapi menurut saya, pertumbuhan ini masih menyisakan hal penting yang belum terjamah di Kota Mojokerto.

Kedatangan brand besar ini sebagian besar adalah industri F&B dan lifestyle. Industri yang menjadi motor utama untuk budaya konsumerisme. Di satu sisi ini adalah pertanda bahwa warga Mojokerto daya belinya mantap. Tapi di sisi lain, ini bisa jadi pertanda warga Mojokerto belum bisa berdaya di tanah kelahirannya.

Pertama, mari kita lihat dari segi pendidikan. Kota Mojokerto yang saya tahu hanya punya Universitas Mayjen Sungkono, tentu pilihan ini sangat terbatas. Arek Mojokerto jika ingin kuliah, pasti tujuannya kalau tidak ke Jogja, Surabaya, Malang, ya Jember. Dari pilihan ini, mereka tidak melihat prospek banyak di kota kelahirannya. Akhirnya, mereka hanya jadi target pasar brand-brand besar saat pulang kampung, ya tidak lain karena mereka sudah merasakan gemerlap kehidupan urban di kota orang. Malahan, sebagian dari mereka bertahan di kota orang karena mencari prospek karir yang lebih cerah. Intinya brand-brand ini mengajak warga Mojokerto untuk tetap konsumtif.

Baca Juga:

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Sebentar, apa hubungannya?

Saya tak mau panjang jelasinnya, tapi ketika brand berdatangan disambut hangat, tapi tak dibarengi pembangunan institusi pendidikan yang mumpuni, tentu saja ironi. Mengajari warga bagaimana menghabiskan uang, tapi tak mengajari warganya menjadi manusia yang utuh.

Kurangnya perencanaan industri

Coba cari tahu Rest Area Gunung Gedangan. Itu adalah proyek mahal Pemkot yang tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Bahkan, mungkin lebih rame Chernobyl daripada rest area itu. Saya acungi jempol Pemkot banyak terobosan, tetapi terobosan ini sepertinya belum sinkron dengan cita-cita saya yang ingin melihat Mojokerto jadi sentra industri, mungkin industri kreatif ya yang cocok.

Mojokerto punya home industri sepatu, itu masih belum maksimal karena gemerlapnya ketutupan brand-brand itu tadi. Kalau mau jadi pusat industri kreatif, Mojokerto harus bisa menarik SDM unggul masuk ke kotanya, atau menumbuhkan orang-orang kreatif itu sendiri. Sayang sekali kalau kota ini hanya dijadikan nostalgia, tempat singgah dan hiburan sementara. Hiburan sementara, sebelum kembali ke kota tempat mereka kuliah dan bekerja.

Mungkin kalian melihat saya sedang salty, bitter, atau tidak bisa menerima kenyataan. Tapi, saya dari lubuk hati terdalam, begitu perhatian terhadap kota ini. Ketika Mojokerto makin mengilap, saya khawatir banyak hal yang harusnya jadi perhatian tak terlihat karena silau yang membutakan.

Dan ketika semua sudah terlambat, kita telanjur buta dan tak tahu harus mau apa.

Penulis: Affan Hasby Winurrahman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Keluh kesah Hidup di Mojokerto

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Juni 2023 oleh

Tags: konsumerismeMojokertopembangunan
Affan Hasby Winurrahman

Affan Hasby Winurrahman

Owner Rumah Makan di Mojokerto, lulusan Magister FISIP. Suka mengamati isu sosial-budaya, bisnis, dan perintilannya. Hobi menulis musik dan main game.

ArtikelTerkait

Alarm Merah untuk Bandungan: Bencana yang Mengintai di Balik Masifnya Pembangunan

Alarm Merah untuk Bandungan: Bencana yang Mengintai di Balik Masifnya Pembangunan

10 Januari 2023
Jogging Track Sungai Brantas Mojokerto Sarang Mesum Pemuda (Unsplash)

Jogging Track Sungai Brantas Mojokerto: Fasilitas Olahraga yang Kini Berubah Jadi Sarang Mesum para Pemuda

22 Maret 2024
Dusun Reco Gresik: Dusun yang Diterlantarkan Pemkab Gresik, padahal Punya Nilai Sejarah Mojok.co

Dusun Reco Gresik: Dusun yang Diterlantarkan Pemkab Gresik, padahal Punya Nilai Sejarah

19 Februari 2024
Toilet Sekolah Harus Bagus dan Bersih, Tidak Bisa Tidak!

Toilet Sekolah Harus Bagus dan Bersih, Tidak Bisa Tidak!

19 November 2023
Rekomendasi Wisata Murah di Mojokerto dengan Vibes kayak di Luar Negeri

Rekomendasi Wisata Murah di Mojokerto dengan Vibes kayak di Luar Negeri

29 Mei 2024
orde baru jokowi soeharto mojok.co

Jokowi dan Memori Orde Baru yang Masih Membekas

17 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.