Waktu kecil saya ingin sekali ada salah satu karakter Pokemon yakni Pikachu kesasar di sawah samping rumah. Lalu saya tangkap pakai Pokeball dan pelihara selayaknya kucing. Saya elus-elus, kasih makan ikan tongkol, dan bersihin beraknya Pikachu. Itu adalah impian paling aneh di masa kecil, tapi sungguh saya harapkan terjadi lagi di masa pandemi seperti sekarang ini.
Alasannya simpel, karakter Pokemon kok ya rasanya nggak njelehi semisal dirawat. Kalau kucing bisa nakal dan berak sembarangan. Sementara karakter Pokemon, semisal nakal, tinggal masukin Pokeball. Nggak bakal cerewet kayak kucing ketika dimasukin kandang. Apalagi di masa swakarantina, ngeloni Snorlax itu maha paripurna.
Nah misal nih ya, berhubung saya tinggal di Jogja, jika karakter Pokemon beneran ada, kira-kira Pokemon apa saja yang bakalan cocok hidup di bumi Jogja? Pertama, ya jelas Pikachu. Kesukaan saya, jhe. Selain gemas dan suaranya ngangeni, Pikachu dengan kekuatan listriknya amat penting di masa pandemi.
Ya, kita sama-sama tahu pemadaman listrik bergilir selama enam jam itu njelehi puol. Lagi kuliah daring atau rapat daring, tiba-tiba mak pet mati listrik. Jelas geger bagi pengguna laptop yang kudu dicolok saklar agar dayanya tetap menyala. Kalau ada Pikachu, setidaknya keamanan masyarakat Jogja bagian pesisir bakalan lega walau dikit.
Misal tiba-tiba listrik mati, tinggal suruh Pikachu keluarin jurus electroweb, thunder shock, dan electro ball. Wes, tinggal pilih. Tapi kasihan PLN, nggak bisa monopoli listrik lagi lantaran ada PLN yang lain alias Pikachu Listrik Nasional.
Kedua, Rapidash. Ini murni karena Jogja representasi kota wisata. Kota yang katanya romantis dan penuh cahaya ketika malam. Nah, pas banget semisal Rapidash beneran ada di Jogja. Saya jamin Alun-alun Kidul bakalan geger. Lha gimana nggak geger, mosok ada kuda yang kuncritnya mengeluarkan api berwarna oranye.
Penampilan yang nyetil dan mbois banget, Rapidash bisalah bawa dokar. Muterin sudut-sudut Jogja yang romantis tapi hanya sekitar Tugu dan Malioboro. Lha iyo yang diurus sama pemerintah kan hanya itu, tok. Namun serius, Rapidash ini cocok banget bawa andong yang biasanya kudanya sudah sepuh dan memprihatinkan.
Rapidash bisa bawa penumpang, muter-muter Alun-alun Utara hingga Selatan, objek foto yang Instagram-able, dan konten romantisasi di TikTok. Namun, setelah selesai nganter muter-muter, penumpangnya Rapidash kemringet alias keringetan. Lha buntutnya mengeluarkan api, opo ya penumpang di belakangnya nggak kobong?
Ketiga, Onix. Nah ini, bisa dibilang kritik sosial. Onix kalau ada di bumi Jogja, mungkin bakalan jadi karakter Pokemon satu-satunya yang bertugas membantu para aktivis. Begini lho, Onix ini adalah “naga batu”, bisa dijadikan sebagai simbol bahwa Jogja kini menjadi setumpuk batu yang berubah menjadi hotel dan mall.
Sebagai aktivis, Onix bisa dipercaya sebagai mediator konsolidasi. Ia nggak kudu banyak omong, cukup hadir dan di tubuhnya tinggal ditempeli, “Nasib Jogja adalah saya, yakni membatu yang alam asrinya mati satu persatu.”
Kurang mbois apalagi si Onix ini? Walaupun keren sekali, tetap saja saran saya agar Onix jangan datang langsung ke tempat kejadian perkara, siapa tahu tubuhnya yang berasal dari batu terkuat bakalan dijadikan pondasi megaproyek berikutnya.
Lho, bukan nggak mungkin, kan? Rumah manusia, saudara satu darah dan penanggungan saja ditindas dan diusir dari tanah kelahirannya, apalagi hanya Onix yang notabene adalah salah satu karakter Pokemon.
Keempat, Blastoise. Kalau ada selebtweet atau akun romantisasi centang biru yang bilang tiap sudut Jogja adalah kenangan, bisiki aja, “Hiliiiiiih kintiiiiii!” tiap sudut Jogja tiap malam ya ketakutan. Mana ada kenangan, lha nek kenangan buruk dikejar mas-mas klitih kurang gawean baru ada dan related.
Kenapa Blastoise? Edan po, nggak ada karakter Pokemon generasi satu yang menurut saya sekeren blio. Cangkang kura-kura, tembakan water cannon di samping kanan dan kiri kayak spion, dan wajah syangar nggak ketulungan adalah bukti sahih karakter Pokemon yang satu ini cocok ada di bumi Jogja yakni penangkal klitih.
Ketika ada mas-mas naik motor laju zig-zag, bawa gear yang diseret di aspal, dan mbengok-mbengok khas orang mabuk, melawan adalah sia-sia. Nggak ada cerita orang goblok bisa dilawan dengan otak. Jalan satu-satunya ya keluarkan Blastoise, lantas keluarkan jurus water gun dan hydro pump.
Nggak hanya itu, mereka juga bakal sadar dari mabuknya karena badan mereka klebes alias kebasahan. Jangan lupa bikin konten TikTok, latar musik suara Adhitya Sofyan, “Ku percaya, selalu ada, hal aeng-aeng di Jogja.”
BACA JUGA Seperti Inilah yang Dilakukan para Pokemon Selama Pandemi dan tulisan Gusti Aditya lainnya.