Hal-hal Sepele yang Membedakan Antara Hubungan Pertemanan dan Persahabatan

persahabatan

persahabatan

Secara sepintas hubungan antara pertemanan dan persahabatan itu memiliki makna yang hampir serupa, tapi jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya keduanya memiliki berbeda yang cukup signifikan. Arti kata pertemanan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perihal berteman. Sedangkan menurut band Sindentosca, persahabatan itu bagai kepompong— mengubah ulat menjadi kupu-kupu.

Banyak orang mungkin merasa dirinya memiliki banyak sekali teman dalam hidupnya. Tapi banyaknya teman bukan jaminan, bahwa ia memiliki banyak sahabat juga. Semesta seolah menyeleksi teman-teman di hidup kita dan hanya menghadirkan beberapa orang untuk layak dikatakan sebagai seorang sahabat. Menurut pengamatan saya, seorang teman dekat bisa dikatakan sebagai seorang sahabat itu jika sudah melalui tahapan-tahapan di bawah ini.

  1. Persahabatan itu tak mengenal kata jaim

Teman: “Besok nonton film yuk!”

Me       : “Aduh, maaf, besok aku ada acara nih!”

 

Sahabat: “Besok nonton yuk!”

Me         : “Anjir, gue lagi bokek gak punya duit.”

Sahabat: “Heleh, tenang aja. Kali ini gue yang bayarin.”

 

Kalau kalian masih malu-malu atau jaim untuk berkata terus terang dengan keadaan yang kalian alami, berarti hubungan kalian masih dalam tingkatan pertemanan semata. Karena bagi sebuah persahabatan, urat malu kita itu seolah sudah putus. Ngapain harus bohong dan pura-pura sok sibuk, toh sahabat baik kita itu sudah tahu kekurangan kita. Sudah tahu kita ini cuma sobat misqueen, tapi yang namanya sahabat mah gak bakalan ninggalin kita meski kita gak punya duit.

Secara sederhananya, kalau mau nyari teman buat seneng-seneng mah banyak dan mudah sekali. Tapi yang mau tetap disandingmu meski kita kere, nah itulah persahabatan sejati.

 

  1. Sahabat sejati itu tukang bully paling detail dan paling kejam

Teman: “Ih, tulisanmu bagus sekali sih. Pengen deh belajar nulis kayak kamu.”

Sahabat: “Tulisan apaan ini? Udah alurnya bingungin, inti ceritanya gak jelas, dan EYD-nya amburadul. Kamu ini mau menghibur orang dengan tulisanmu atau mau bikin kepala orang pusing sih dengan membaca tulisanmu? Makanya kalau mau jadi penulis itu banyak baca buku gak cuma baca chat WA dari mantan aja!”

 

Kebanyakan teman biasanya suka sekali memuji kita, berkata manis, dan sangat mengapresiasi pekerjaan kita. Namun beda halnya dengan sahabat, mereka itu pembully kelas kakap. Mereka jarang berkata manis, namun mengungkapkan segala yang ada di hati atau pikirannya tanpa ada rasa takut kawannya itu akan sakit hati dengan perkatannya. Hal bagus kadang dikatakan jelek dan hal jelek tentu saja bakalan lebih dijelek-jelekin lagi.

Kita sangat percaya dengan sahabat, semua sisi buruk kita ia tahu dan apa pun kejelekan kita pasti kita ceritakan secara detail. Walaupun pada akhirnya kekurangan kita itu suka dijadikan bahan becandaan atau bahan untuk mem-bully kita di masa depan. Tapi kok ya gak kapok gitu cerita terus sama mereka.

Semua hal itu bukan karena sahabat kita benci atau ingin kita terpuruk sih sebenarnya, justru mereka ingin yang terbaik untuk kita. Agar kita selalu memperbaiki pekerjaan kita dan tidak berpuas diri atau malah besar kepala.

Bukannya lebih baik mereka yang suka berkata jujur tapi pedas di hadapan kita, ketimbang mereka yang suka berkata manis di hadapan kita tapi di belakang berkata yang pahit-pahit tentang kita. Banyakkan spesies seperti ini? Suka muji di depan, tapi ghibahin aib di belakang. Hmm~

 

  1. Sahabat itu tak perlu izin dan konfirmasi

Teman : “Eh, ada di rumah nggak? Aku main ke rumah kamu yah!”

Sahabat: Tiba-tiba *Klingg….udah ongkang-ongkang di kamar kita

 

Para teman itu biasanya sungkan untuk langsung datang ke rumah. Mereka mungkin takut mengganggu kita. Sedangkan sahabat itu kerjaannya justru mengganggu hidup kita. Mereka  tak membutuhkan izin atau konfirmasi keberadaan kita. Kalau mau main yah udah main saja.

Kebanyakan dari sahabat itu kadang sudah menggap rumah sahabatnya itu seperti rumahnya sendiri, kamar sahabatnya seperti kamarnya sendiri, barang sahabatnya seperti barangnya sendiri, bahkan keluarga sahabatnya sudah seperti keluarganya sendiri. Asal pacar sahabatnya jangan dianggap seperti pacar sendiri aja. Ehe

 

 

  1. Sahabat Itu kolektor terbaik foto jelek kita

Teman: Posting foto kece-kece di medsos bareng kita

Sahabat: Posting foto kita pas mulutnya mangap saat tidur

 

Sahabat itu gak pernah tertarik dengan foto-foto keren kita. Mereka itu justru sibuk mengoleksi foto-foto jadul atau foto-foto konyol kita. Alasan mereka mengumpulkan foto memalukan kita itu jelas, yaitu untuk menertawakan kita atau bahan amunisi untuk mengolok-olok kita. Penjahat emanglah sahabat itu.

 

  1. Sahabat Itu orang yang tak sungkan untuk kita mintai tolong

Sahabat itu adalah orang yang selalu hadir tanpa banyak alasan ini itu. Mereka selalu ada waktu untuk kita. Mendengarkan curhatan kita meski akhirnya kita diomeli, mengantarkan kita belanja berjam-jam, dan mau menemani kita saat sedang sakit.

Mereka bukan orang yang datang hanya saat kita sedang jaya, tapi mereka yang selalu ada di setiap saat kondisi kita.

 

Jika kalian memiliki hubungan persahabatan yang sudah sedekat ini, maka pertahankanlah. Karena mencari orang yang mau mengerti, menerima, serta memahami kita dalam berbagai kondisi hidup kita itu tak mudah. Suka duka atau apa pun bisa kita bagi pada sahabat. Namun tetap ingat, ada dua hal di dunia ini yang tak bisa kita bagi kepada sahabat kita, pertama kekasih dan kedua sikat gigi. (*)

BACA JUGA Menjadikan Orang Hilang Sebagai Strategi Marketing: Kreativitas yang Kebablasan atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version