Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Grup WhatsApp Keluarga Lebih Banyak Nyusahinnya, Mending Nggak Usah Punya, deh

Harvest Walukow oleh Harvest Walukow
11 Februari 2021
A A
Nggak Punya Grup WhatsApp Keluarga Bukan Berarti Nggak 'Happy Family' Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan spesial ini dialamatkan untuk kawan saya yang tadi pagi bikin status WhatsApp, “Nggak punya grup WA keluarga. Broken home.” Nggak lupa juga dia menyertakan emoji bentuk hati yang retak.

Gini loh, Wan~

Saya nggak punya grup WhatsApp keluarga, beberapa anggota keluarga saya pun nggak ada yang punya niatan untuk bikin. Sebagai orang yang kayaknya paling melek teknologi di antara seluruh anggota keluarga—keluarga inti maupun keluarga besar—saya juga nggak pernah merasa punya tanggung jawab untuk bikin grup WA keluarga, apalagi yang nama grupnya “Happy Family”. Dih!

Kalau nggak bikin grup WA bukan berarti keluarga saya kurang happy dan harmonis, dong. Nggak punya grup WA keluarga juga bukan berarti bahwa komunikasi keluarga nggak jalan. Lagi pula dari sekian banyak bentuk komunikasi, kenapa harus lewat chatting grup WA, sih? Ada loh komunikasi dengan cara menggonggong kayak anjing atau bersiul kayak lumba-lumba. Mau yang lebih ekstrem? Pakai sandi morse.

Oh ya, yang sering saya dengar dari orang-orang, justru grup WA keluarga adalah ladang tempat munculnya benih-benih perpecahan. Kayaknya ini sudah jadi rahasia umum, keluh kesah tentang hal ini tentu sering didengar di mana-mana. Saya sendiri mengetahui adanya konflik dalam grup WA keluarga dari curhatan beberapa teman, dan sebagian dari yang dibagikan lewat medsos.

Kaesang Pangarep, anak dari orang nomor satu di Indonesia itu, pernah mengaku di Twitter kalau dia ditendang dari grup WA keluarga cuma gara-gara joget ubur-ubur. Nah loh, konflik ini bahkan berani-beraninya menyentuh keluarga ubur-ubur, eh, Presiden!

Sejauh ini saya bisa berkesimpulan bahwa grup WA keluarga lebih banyak nyusahinnya. Dan sebaliknya, kalau nggak punya, justru memberikan kita beberapa manfaat, seperti yang saya temukan di bawah ini (hasil bertapa tujuh hari tujuh malam di gorong-gorong, tolong dihargai).

#1 Terhindar dari mara bahaya hoaks dan tanggung jawab untuk meluruskannya

Persetan dengan ajakan “Ayo jadi Agen Literasi Digital!” Dalam grup WhatsApp keluarga, kita akan diperhadapkan dengan situasi dan konflik yang jauh lebih rumit, sampai-sampai slogan tadi sangat sulit untuk dijalankan. Ini contoh reka adegan yang sering terjadi:

Baca Juga:

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Saatnya Berhenti Menyuruh Orang Lain untuk Tambah Anak, Donatur Juga Bukan, tapi Ngaturnya Kelewatan!

Pesan WhatsApp dari Om Agus: “…sebarkan pesan ini atau seluruh anggota keluarga Anda akan mati!”

Andi, si anak muda: “Itu berita palsu, Om. Sebaiknya saring sebelum sharing, ya.”

Om Agus: “Hei, Andi! Kamu jangan sok tahu, kamu kan masih sekolah.”

[Andi removed by Om Agus]

Orang-orang seperti Andi jumlahnya banyak. Orang-orang tua seperti Om Agus juga jumlahnya nggak sedikit. Kejadian antara keduanya mengingatkan kita bahwa sesungguhnya grup WhatsApp keluarga itu sumber masalah, pertengkaran keluarga semacam ini nggak mungkin terjadi tanpanya.

Hah? Hoaks grup WA keluarga? Apa itu? Maaf saya nggak relate.

#2 Sehat secara mental

Hoaks, berita nggak penting, hingga perdebatan soal isu agama, semuanya akan sangat mudah dijumpai di grup WhatsApp keluarga. Hal-hal tersebut jelas menimbulkan perasaan tidak nyaman dan, menurut sebuah penelitian, menjadi salah satu faktor yang membuat tingkat stres meningkat.

Di tengah pasang surut informasi pada era yang bajingan ini, kesehatan mental seharusnya bukan lagi isu yang bisa seenaknya kita sepelekan. Ada ungkapan Latin “men sana in corpore sano” Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang kuat. Dalam kasus per-WhatsApp-an duniawi bisa kita utak-atik; dalam grup WhatsApp keluarga yang isinya hoaks, ada jiwa yang mulai tidak waras.

#3 Nggak perlu pusing mikir caranya leave grup

Di saat grup WhatsApp keluarga mulai terasa meresahkan dan memutuskan untuk leave, kita akan terjebak dalam situasi yang bikin keringat dingin semacam ini. Mau keluar dari grup tapi nggak enak sama keluarga, tapi kalau bertahan lama-lama di sini bisa-bisa makin gila.

Beda cerita kalau kamu pemegang saham mayoritas perusahaan WhatsApp. Nah, bebas deh mau ngapain saja. Bisa kudeta admin dan delete grup. Sedangkan Andi yang sakit hati bisa banned Om Agus~

BACA JUGA Tips Jitu agar Tidak Di-kick dari Grup WhatsApp Kantor dan tulisan Harvest Walukow lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Februari 2021 oleh

Tags: grup whatsappKeluarga
Harvest Walukow

Harvest Walukow

Suka menyeberangkan orang tua.

ArtikelTerkait

6 Hal yang Bikin Tinggal di Basecamp Ormawa Itu Menyenangkan

Ormawa Itu Memang Bukan Keluarga, Ngapain Ngebet Dibikin kayak Keluarga sih?

18 Desember 2022
Anehnya Orang-Orang di Grup WhatsApp yang Nggak Mau Nampilin Nama Aslinya Sendiri terminal mojok.co

Anehnya Orang-Orang di Grup WhatsApp yang Nggak Mau Nampilin Nama Aslinya Sendiri

5 April 2020
mahasiswa tua grup whatsapp MOJOK.CO

Mengintip Grup WhatsApp Mahasiswa Tua: Ajang Pamer dan Berbagi Kesedihan karena Surat DO

11 Juli 2020
Beban Ganda Jadi Anak Pertama dan Cucu Pertama di Keluarga terminal mojok.co

Beban Ganda Jadi Anak Pertama dan Cucu Pertama di Keluarga

25 Desember 2020
anak bungsu

Nasib Menjadi Anak Bungsu: Dari Disayang Sampai Dengan Menjadi Pesuruh

26 Juni 2019
Sebagai Anak Tengah, Saya Muak pada Glorifikasi Sulung dan Bungsu terminal mojok.co

Sebagai Anak Tengah, Saya Muak pada Glorifikasi Sulung dan Bungsu

19 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.