Beginilah Gresik, daerah yang masih bingung akan dirinya sendiri, tapi seakan tidak punya masalah dengan hal itu
Di Jawa Timur, setiap daerah seakan memiliki satu keyword tersendiri yang secara spontan mendefinisikan kotanya masing-masing. Entah sejak kapan dan siapa yang memulai, nyatanya memang begitu adanya.
Misalnya, Malang atau Batu sebagai kota wisata. Valid, sudah dipastikan nggak akan ada yang membantah soal fakta satu ini. Di lain sisi, Surabaya kukuh sebagai daerah metropolitan Jatim. Spesialisasi urban, dengan segala pernak-pernik perkotaan di dalamnya.
Namun, deskripsi paten seperti itu memang nggak bisa dipukul rata dimiliki seluruh daerah. Salah satunya, Gresik. Kabupaten di samping Kota Surabaya ini dipikir pikir kok ya super tanggung. Krisis identitas. Dibilang desa kok kayaknya terlalu maju, tapi dibilang kota juga nggak. Duh.
Hampir tidak memiliki destinasi wisata
Persis kemarin siang, di tengah cuaca Gresik yang terik nggak tapi mendung juga nggak, saya bercengkerama sebentar dengan keluarga kecil asal Surabaya yang tengah plesir ke Kota Pudak. Menikmati long weekend di penghujung bulan Januari, mereka memang tengah membunuh waktu tanpa agenda yang direncanakan. Pokoknya jalan-jalan, deh. Tapi keluar dari Kota Pahlawan.
Mereka tidak memilih ke Malang karena pasti ramai, jalanan macet. Sudah pasti membludak. Berhubung vacation iseng aja, jadi ya ngasal. Pilihannya kalo nggak ke Pasuruan ya Gresik, ujarnya.
Berhubung santai dan nggak punya tujuan, mereka memutuskan googling lokasi kedai kopi dan bakery, tempat kami bercengkrama. Dari situ, mereka menanyakan rekomendasi destinasi kota Gresik yang patut dikunjungi.
Nah, sampailah saya di persinggungan imaji. Lah, iya ya. Gresik nih memang nggak punya destinasi wisata yang kayak visitable banget gitu. Yang memang paten untuk dikunjungi. Akhirnya, saya hanya bisa menyebutkan beberapa destinasi yang memungkinkan. Sebut saja, dua mall Kota Pudak yakni Gressmall dan Icon Mall. Serta, kawasan kafe baru di Putri Cempo, Giri Asri.
Yak, betul, Gresik memang kurang tempat wisata. Dibilang nggak punya pun nggak berlebihan juga.
Sebagian besar wilayahnya diisi oleh area industri
Sebenarnya, Gresik itu punya tempat ikonik, cuman untuk dibilang tempat wisata ya agak gimana gitu. Betul, yang saya maksud adalah destinasi umum seperti Makam Sunan Giri. Kalau nggak, ya paling Makam Maulana Malik Ibrahim. Selain itu, Kota Pudak seakan hanya diisi oleh wilayah industri dan pemukiman warga.
Pantai di Bawean pengecualian, ya. Yang tengah saya bahas kali ini ialah jantung kota Gresik, hehehe.
Dari ujung ke ujung, Gresik dikelilingi oleh pabrik industri. Mulai dari produksi makanan, pupuk, alas kaki, dan segala macam produksi kawasan industri.
Hal serupa diungkapkan oleh keluarga yang saya temui kemarin siang. Katanya, hal pertama yang mereka lihat setelah keluar dari exit tol adalah pabrik tinggi. Kemudian, kembali berpapasan dengan gedung pabrik berlogo kerbau emas. Maksudnya adalah kawasan Petrokimia Gresik. Bahkan ketika menemukan kafe estetik dengan beanbag warna warni, mereka baru menyadari bahwa gedung tinggi di balik danau kecil tersebut adalah pabrik.
Baca halaman selanjutnya
Terlalu kota untuk disebut desa, terlalu desa untuk disebut kota