Selama menggunakan Google Maps, kejadian apa yang membuat Anda dongkol dan misuh-misuh? Apakah pernah dilewatkan rute yang tampak cepat tapi ternyata harus lewat makam? Atau, kalau Anda pengendara mobil, apakah pernah dilewatkan ke jalur gang-gang sempit? Kalau semuanya pernah, maka tenang saja, ada yang lebih jancok lagi daripada itu.
Saya juga termasuk korban seperti Anda. Apalagi sejak punya pacar, Google Maps selalu menjadi pegangan sekaligus ancaman saya ketika pacar meminta healing ke tempat-tempat wisata yang belum pernah saya jamah. Soal pengalaman buruk gara-gara Google Maps, saya bisa bercerita banyak. Cuman, saya nggak akan membahas itu. Ada hal yang lebih penting yang harus Anda ketahui.
Anda boleh saja membenci Google Maps, aplikasi itu menurut saya emang rusak. Tetapi, Anda harus tahu, sebenarnya ada juga pihak-pihak yang bikin Maps makin tambah rusak. Dan pihak-pihak itu tak lain dan tak bukan adalah penggunanya sendiri. Kok, bisa?
Daftar Isi
Banyak kontributor yang tidak memperbarui lokasinya sendiri
Pengguna Google Maps yang maksud di sini adalah kontributornya. Lebih tepatnya lagi, kontributor dalam konteks ini adalah orang yang menambahkan lokasinya di Google Maps. Entah orang itu menambahkan lokasi tempat makan, warung kopi, wisata, ataupun usaha jasa, semua itu disebut sebagai kontributor.
Lho, apakah mereka salah? Tentu saja tidak. Di titik tertentu, kontributor cukup mulia karena membantu orang lain untuk menemukan lokasinya. Tapi, di titik yang lain, kontributor itu kadang justru membuat orang lain sengsara. Mereka (entah siapapun pemilik lokasi), kerap menipu orang lain dengan tidak memperbarui lokasinya sendiri.
Saya cukup sering menjadi korbannya. Jadi, status tempatnya di Google Maps itu buka, misalnya jam 09:00-15:00, tapi ternyata setelah sampai pada titik lokasi di jam yang sesuai, ternyata udah tutup. Bahkan kadang itu ada juga yang udah benar-benar tutup total; statusnya buka, tapi udah tutup. Kan, buajingan betul itu namanya.
Google Maps memang bukan satu-satunya sumber info soal jam buka dan tutup. Cuman, kalau memang udah mencantumkan jam buka tutup, terus kenapa lokasi yang ada di Maps itu tidak diperbarui?
Kalau kebetulan ada orang yang ketipu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh sih, tak masalah. Lha kalau orang itu udah kepalang semangat berangkat dengan menempuh jarak yang jauh, gimana? Kan kasihan orang itu.
Jadi, kalau Anda juga menjadi kontributor, dan tempat Anda udah pindah lokasi, tolong banget lokasinya diperbarui. Jam bukanya pun ikut diperbarui sesuai kenyataannya. Caranya gampang, kok. Di YouTube udah banyak tutorialnya. Toh ya, selain mencegah orang lain tidak sampai ketipu, hal itu juga membantu usaha Anda sendiri.
Baca halaman selanjutnya: Banyak kontributor yang memakai jasa reviewer…
Banyak kontributor yang memakai jasa reviewer
Selain itu, ada juga kontributor yang tidak kalah bajingannya. Anda mungkin masih kali pertama mengetahui ini. Jadi, beberapa kontributor Google Maps, itu ada yang menggunakan jasa reviewer. Jasa reviewer ini bisa dibilang sama halnya dengan buzzer capres. Soalnya sama-sama dibayar, sama-sama memberi informasi yang menyesatkan.
Saya tak asal ngomong. Pekan lalu saya menjadi korban dari kontributor semacam itu. Dia tukang reparasi barang elektronik. Di Google Maps, ratingnya itu 4,8. Semua ulasannya pun nyaris sempurna dengan rating rata-rata bintang 4-5 di tiap ulasan.
Sialnya, apa yang ada di Google Maps dengan kenyataan yang ada itu amat jauh berbeda. Barang elektronik saya memang bisa sembuh. Tapi, seminggu kemudian rusak lagi. Apesnya lagi, saat saya menagih garansi yang katanya dua minggu, tukang reparasinya enggan menerima. Katanya, kerusakannya udah berbeda, bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Sebenarnya saya sempat husnuzan awalnya. Tapi, setelah barang elektronik itu saya bawa ke saudara yang juga jadi tukang reparasi, saya dibikin kaget. Ternyata, ada beberapa komponen di barang elektronik saya yang udah tidak lagi asli dari mereknya. Dan ketidakaslian komponen itulah yang membuat kerusakan semakin parah.
Anda mungkin akan bertanya: kenapa kok nggak dari awal dibawa ke saudara? Jawabannya adalah karena saudara saya saat itu masih sakit.
Anda mungkin juga bertanya-tanya lagi: Darimana saya tahu kalau si tukang reparasi tadi memakai jasa reviewer?
Nah, kalau itu memang saya belum bisa memastikan. Tapi kalau kemungkinan sih, iya. Karena sehabis kerusakan barang elektronik itu, saya dikasih tahu sama salah satu teman bahwa dirinya sempat menjadi reviewer Google Maps. Ia mengaku bahwa beberapa lokasi yang ratingnya bagus itu memang kadang manipulatif.
Lagi-lagi awalnya saya juga tak percaya. Tapi, setelah teman saya ngasih tahu akun-akun Instagram jasa reviewer dan website freelance untuk reviewer, baru saya yakin kalau buzzer Google Maps memang benar adanya.
Jangan lagi menaruh kepercayaan lebih pada Google Maps
Terlepas apakah si tukang reparasi tadi beneran pakai reviewer Google Maps apa tidak, saya rasa Anda juga tetap harus berhati-hati. Kalau tak percaya, silakan cek sendiri tentang akun-akun reviewer Google Maps dan website untuk freelance-nya. Ada banyak sekali di sana yang terdaftar.
Saya juga bukan berarti melarang Anda untuk tidak menggunakan Google Maps. Percaya dengan Google Maps boleh, tapi jangan berlebihan. Kalau saran saya, jadikan Google Maps sebagai penunjuk jalan saja meski kadang nggateli. Melihat informasi rating dan ulasan di Google Maps juga tak apa. Cuman, jadikan saja informasi itu sebagai jembatan untuk bertanya ke teman yang pernah merasakan kenyataan sebenarnya.
Dan teruntuk kontributor yang pernah melakukan kedua jenis kejahatan tadi, sungguh segeralah untuk bertobat. Google Maps itu udah rusak. Jangan malah kalian tambah-tambahi kerusakannya. Kalau kalian masih tetap melakukannya, terpaksa saya harus berdoa agar kalian kelak masuk ke dalam neraka paling bawah.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Google Maps Menyesatkan Adalah Fitnah dari Orang-orang yang Nggak Bisa Baca Peta