Baru-baru ini saya disuruh orang tua untuk belajar mengemudi mobil melalui kursus mengemudi. Alasannya cukup visioner, agar nanti saat berkeluarga bakal praktis angkut anak dan istri atau keluarga besar. Ya begitulah kultur Indonesia yang mengunggulkan kolektivitas keluarga.
Selama belajar, beberapa kali saya menemui masalah. Gagal menempatkan mobil sesuai arahan instruktur adalah yang paling sering dialami. Susahnya mengatur kecepatan mobil (kadang terlalu pelan, kadang terlalu cepat) dan pengereman juga gagal total meski nggak sampai tabrakan. Yang paling menonjol, saya selalu gugup dan terkena serangan panik kalo berhadapan dengan jalan raya.
Hingga pada akhirnya, saya dinyatakan belum lulus untuk 1 paket kursus mengendarai mobil. Mulai dari belum lancar hingga emosi saya yang labil banget jadi pemicunya. Untuk saat ini, saya memilih untuk istirahat dulu.
Tapi gara-gara kursus mengendarai mobil, saya jadi paham betul kenapa orang Indonesia lebih memilih motor sebagai daily driver mereka. Bukan info baru, tapi mungkin kalian tak menyadarinya.
Motor jelas lebih praktis
Alasan paling utama adalah sepeda motor lebih praktis. Nggak usah dijelasin, kita tahu lah ya maksudnya gimana. Harusnya sih nggak perlu debat.
Selain itu, motor bisa dibilang lebih aman dari macet. Pengguna motor nggak perlu berpikir terlalu dalam soal ruang gerak untuk menembus kemacetan, sementara mobil pasti stuck. Ini yang jadi alasan kenapa customer transportasi online lebih menggemari ojek ketimbang taksi. Bahkan untuk konvensional pun, ojek pangkalan lebih laris.
Yang lebih krusial, pengaturan kendaraan jauh lebih mudah motor ketimbang mobil. Mengatur sesuatu dengan tangan jauh lebih mudah dirasakan atau diperhitungkan daripada menggunakan kaki.
Baca halaman selanjutnya