Galis, Kecamatan Paling Miris di Bangkalan Madura, Korban Ketimpangan Pendidikan

Galis, Kecamatan Paling Miris di Bangkalan Madura, Korban Ketimpangan Pendidikan

Galis, Kecamatan Paling Miris di Bangkalan Madura, Korban Ketimpangan Pendidikan (unsplash.com)

Saya rasa, meski nggak beruntung tinggal di Bangkalan Madura, lebih nggak beruntung lagi jika tinggal di Kecamatan Galis. Bukan maksud saya meremehkan kecamatan ini, justru sebaliknya, saya prihatin dengan kecamatan ini. Kenapa? Jelas karena ketidakbecusan pemerintah Bangkalan Madura dalam menyediakan akses pendidikan bagi masyarakat di kecamatan ini.

Sebetulnya saya sudah berkali-kali mengeluhkan betapa mirisnya pendidikan di kabupaten ini. Mungkin kalian berpikir yang saya anggap miris adalah kualitas pembelajarannya. Bukan, bukan itu. Jauh dari masalah kualitas pembelajaran, yang perlu dipermasalahkan terlebih dahulu adalah “masyarakat harus belajar di mana?” Sebab, tak semua masyarakat di kabupaten ini bisa mudah mengenyam pendidikan.

Nah, Kecamatan Galis adalah salah satu korban dari ketidakmerataan pendidikan di Bangkalan Madura.

Tak ada SMA di Kecamatan Galis Bangkalan Madura

Galis adalah kecamatan dengan penduduk terbanyak kedua di Bangkalan Madura, jumlahnya lebih dari 84 ribu jiwa. Sementara luas wilayahnya berada di posisi ketiga, yakni 120 kilometer persegi. Nah, dengan wilayah seluas itu dan penduduk sebanyak itu, kecamatan ini tidak memiliki sekolah SMA sama sekali.

FYI, ada 10 sekolah jenjang menengah di Kecamatan Galis Bangkalan Madura, yakni 2 SMK dan 8 Madrash Aliyah (MA), dan semuanya swasta. Yang saya permasalahkan adalah memang semua siswa mau milih SMK atau MA. Bagaimana dengan siswa yang ingin sekolah SMA, karena tentu pembelajarannya jauh berbeda dengan SMK dan MA. Kalau seperti itu artinya masyarakat Galis belum merdeka untuk berpendidikan, dong.

Mari saya bandingkan dengan kondisi kecamatan lain. Misalnya, Kokop sebagai kecamatan paling luas di Bangkalan Madura sudah memiliki 18 sekolah jenjang menengah, terdiri dari 4 SMA, 7 SMK, dan 7 MA. Bahkan satu SMA-nya berstatus sekolah negeri. Padahal penduduk Kecamatan Kokop lebih sedikit dari Kecamatan Galis.

Lalu, pusat kabupaten yang penduduknya 89 ribu sudah ada 4 SMA negeri, 3 SMK negeri, dan 1 MA Negeri. Belum yang swasta. Sedangkan, Kecamatan Galis Bangkalan Madura yang jumlah penduduknya 84 ribu tak memiliki satu pun jenjang SMA negeri.

Sudah areanya luas, penduduknya tinggi, tapi pendidikannya tak difasilitasi. Begitu timpang, kan?

Siswa harus mati-matian jika ingin sekolah

Saya akan mengutuk jika ada pejabat yang bilang bahwa di Kecamatan Galis Bangkalan Madura ini partisipasi pendidikan masyarakatnya sedikit. Woy, mau partisipasi gimana Pak/Bu, sekolahnya saja tidak ada. Jelas, ini pemerintahnya saja yang tidak mau berpartisipasi untuk meningkatkan pendidikan.

Jika saya mendengar alasan itu, saya akan jadi orang pertama yang membantahnya. Sebab, teman-teman saya ketika SMA banyak sekali yang malah berasal dari Kecamatan Galis. Mereka harus berangkat pukul 05.30 setiap pagi ketika sekolah. Bukan karena takut macet, tapi karena jarak ke sekolah memang jauh, hingga 35 kilometer. Saat pulang, mereka selalu sampai di rumah mendekati waktu magrib.

Lalu ketika saya survei ke sekolah lain untuk penelitian bulan lalu, di sekolah lain ternyata juga banyak sekali siswa yang berasal dari Kecamatan Galis Bangkalan Madura. Jelas, ini bukan masyarakatnya yang nggak mau berpartisipasi, tapi pemerintahnya.

Salah pemerintah

Saya tekankan, jangan sampai ada satu pun warga Galis Bangkalan Madura yang merasa bersalah. Yang patut kita salahkan tiada lain, the one and only, pemerintah Bangkalan Madura. Sebab, merekalah yang punya segalanya. Pajak kita dikelola mereka, artinya mereka yang punya uang. Kekuasaan juga dipegang mereka, artinya mereka pula yang punya wewenang. Nah, kalau nasib rakyatnya sengsara, ya jelas-jelas nagihnya hanya ke mereka. Gajinya kan dari kita, kdo!

Entahlah, saya bingung dengan kondisi pendidikan di kabupaten ini. Kasihan sekali warga di Kecamatan Galis Bangkalan Madura. Apa iya pendidikan rakyat ada di prioritas paling bawah, atau jangan-jangan malah tak masuk daftar prioritas. Sebab dari dulu, kondisinya ya begini-begini saja. Hadeh, paya onggu tretan!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 6 Masalah di Bangkalan Madura yang Membuat Rakyat Terus Sengsara.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version