Pembenci profesional
Kalau ada orang yang kritik upah murah di Jogja, tanyain dulu orang itu KTP-nya Jogja bukan. Kalau iya, saya yakin dia itu mutan atau memang benci perdamaian. Contohnya buanyak banget. Nggak usah saya tulis siapa saja, pasti ada.Â
Gaji di Jogja itu, sekalipun cuman 2 juta sekian, itu cukup membeli apa pun. Listrik? Sepeleee. Ngopi? Yo kecil. Rumah? Lho, guampang.
Cuman kalau rumah, orang Jogja itu narimo ing pandum. Tidak beli karena itu amat erat dengan dunia. Cinta dunia terlalu dalam itu buruk. Nggak Jogja banget. Nggak mencerminkan tindakan Sultan yang ke mana-mana tidak dikawal. Kan itu menunjukkan dia tidak duniawi ya, masak rakyatnya malah cinta dunia banget? Uaneh.
Jadi kalau ada yang bilang lumrah gaji di Jogja kecil, nggak kayak Jakarta karena biaya hidupnya gede, udah bener itu. harga-harga yang ada di menu tempat makan di Jogja itu hanya khusus KTP luar Jogja. Untuk orang Jogja, beda. Semua murahhh.
Terus, kalau semua murah di Jogja, yang mahal apa dong? Oh, tentu saja jawabannya adalah kesadaran.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















