Gagal SNMPTN Bukan Akhir Dunia. Saya “Membalas” Kegagalan Itu Lewat Jalur SBMPTN dan Sukses Lulus Sebagai Mahasiswa Berprestasi

Kisah Saya Gagal SNMPTN, tapi Sukses via Jalur SBMPTN (Unsplash)

Kisah Saya Gagal SNMPTN, tapi Sukses via Jalur SBMPTN (Unsplash)

Gagal SNMPTN dan tidak masuk PTN bukan berarti duniamu hancur. Barangkali itu adalah kalimat yang hampir empat tahun lalu saya lontarkan kepada diri sendiri. Saat itu, salah satu kampus negeri di Surabaya menolak saya yang mendaftar lewat jalur SNMPTN. Perasaan hancur dan pesimis terhadap kemampuan diri langsung muncul. Meski kemudian saya berhasil via jalur SBMPTN.

Saya beruntung memiliki keluarga yang suportif dan selalu menguatkan. Berkali-kali, kakak menanyakan keadaan saya. Saya baik-baik saja secara fisik, tetapi perasaan tidak pernah bisa dibohongi. Saya hancur. Lebih-lebih karena ekspektasi keluarga, terutama orang tua yang ada di pundak saya.

Untuk sembuh dari rasa kecewa dan sakit akibat penolakan SNMPTN itu membutuhkan waktu yang singkat. Waktu dan kenyataan menghajar saya sampai babak belur. Berminggu-minggu saya mencoba berdamai dengan kenyataan dan diri sendiri.

Awalnya saya sampai tidak nafsu makan. Bermain bersama teman terasa menyebalkan. Saya tidak berhenti meratapi kegagalan. Hingga akhirnya, datang seseorang yang dengan berani menguatkan saya. Ya, meski sekarang pergi lagi. Tapi tidak apa, namanya juga kehidupan, datang dan pergi sesuatu yang wajar, kan?

Mencoba menerima kenyataan atas kegagalan SNMPTN

Saya mencoba menerima kenyataan bahwa saya harus mengubur mimpi-mimpi itu dan memulai semua dengan kembali berani. Meskipun, saya harus mengubur segala ekspektasi. Tapi ya sudah, semua sudah terjadi.

Saya masih ingat betul, saat seorang teman bertanya, apakah saya mau menggunakan kesempatan untuk mendaftar masuk PTN lagi dengan jalur SBMPTN? Jawaban saya saat itu masih abu-abu. Masih ada trauma mendalam akan warna merah pada dinding ponsel yang menunjukkan hasil SNMPTN.

Namun, saya tidak tahu, ada sebuah kekuatan yang menarik saya untuk berani mendaftar lagi. Saya ingat betul, waktu itu tengah bersepeda di seberang kecamatan bersama teman. Tiba-tiba hati saya tertambat pada pengumuman pendaftaran SBMPTN yang tengah menghitung detik-detik terakhirnya.

Saya merasakan betul, bagaimana sebuah kekuatan menarik saya untuk cepat-cepat mendaftar sebelum terlambat. Tanpa berpikir panjang, waktu tengah asyik bermain, saya memutuskan pulang lebih cepat. Saya langsung mengutarakan niat itu kepada ayah dan ibu.

Ayah menanyakan keyakinan saya lagi. “Benar, Nak, kamu siap mendaftar jalur SBMPTN?”. Ibu memberi banyak pertimbangan perihal kehidupan saya kelak di perantauan.

Namun, tekad saya sudah bulat. Saya mencoba meyakinkan ayah dan ibu. Akhirnya, semua sepakat dan saya melengkapi berkas-berkas pendaftaran SBMPTN dengan begitu antusias.

Pengumuman

Setelah mendaftarkan diri dengan begitu banyak pertimbangan, akhirnya nama saya ada di papan pengumuman. Hari itu, tanggal 14 Agustus 2020, jantung saya berdebar kencang.

Sesekali saya mengalihkan perhatian kepada kesibukan-kesibukan lain. Saat itu, saya berjualan aksesori hape. Saya juga sengaja menerima COD dengan harapan agar lupa waktu saat pengumuman. Semua karena saya nggak mau lagi merasa sakit hati dan kecewa karena dulu gagal via SNMPTN. 

Sesampainya di rumah, waktu menunjukan pukul 15:00 WIB. Mau tidak mau, siap ataupun tidak siap, saya harus membuka pengumuman itu. Saya membuka dengan begitu gemetar, menyaksikan huruf demi huruf di keyboard. Temari itu sedikit-sedikit mulai mengambil start untuk memulai mengetik nomor peserta ujian.

Dan akhirnya….

“Selamat Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN tahun 2020.”

Perasaan campur aduk, senang, bingung, dan takut datang bersamaan. Saya masih ingat betul, saat itu saya dan keluarga bersujud syukur, menyaksikan layar hijau, tidak lagi merah.

Waktu perkuliahan hingga menjadi mahasiswa berprestasi

Setelah diterima, tentu saya harus mengurus pendaftaran ulang sebagai mahasiswa baru. Syukur, saya nggak perlu memikirkan biaya karena mendapatkan beasiswa KIP Kuliah. Setelah banyak lika-liku dan banyak berkas-berkas yang saya harus lengkapi, akhirnya pendaftaran selesai.

Usai sudah. Saya sah menjadi mahasiswa baru Universitas Trunojoyo Madura via jalur SBMPTN. Mahasiswa angkatan 2020 yang katanya angkatan Corona itu. Tentu saja ini menjadi momen menggembirakan.

Layaknya mahasiswa pada umumnya, saya dengan semestinya. Namun, bedanya perkuliahan saat itu harus saya jalani secara online. Saya selalu menaati aturan kelas, mematuhi setiap tugas yang diberikan dosen dan menjalankan perkuliahan dengan sebaik mungkin.

Saya percaya, bahwa tidak akan ada hasil yang menghianati usaha. Perjuangan dan kegagalan SNMPTN yang menghantui berbuah manis ketika memberanikan diri mendaftar via SBMPTN. Pada 2023 lalu, saya menjuarai kompetisi mahasiswa berprestasi dan mendapatkan juara 1 tingkat universitas. 

Sidang skripsi

Hingga akhirnya pada 2024, tepatnya 8 Mei, saya selesai melaksanakan sidang skripsi setelah menjalani perkuliahan 8 semester. Saya bersyukur dengan berkali-kali mengucapkan syukur.

Tulisan ini saya buat beriringan dengan pengumuman SNBT 2024. Tulisan ini berisi cerita perjuangan saya, dari ditolak, menjadi mahasiswa berprestasi hingga selesai kuliah tepat pada waktunya. 

Buat kamu yang hari ini sedang menghadapi pahit dan getirnya penolakan, hei, mimpimu belum terkubur. Duniamu tidak hancur. Raih kesempatan-kesempatan lain. Masih banyak!

Penulis: Sugiati

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Panduan Memilih Kampus Swasta yang Tepat buat Kamu yang Nggak Lolos UTBK SBMPTN

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version