Beberapa waktu Terminal Mojok mengangkat tulisan berjudul 5 Alasan Freelance Lebih Menguntungkan untuk Mencari Uang di Tahun 2025. Tulisan itu menyadarkan saya kalau pekerjaan lepas atau freelance benar-benar semakin diminati saat ini. Besarnya minat menjadi pekerja freelance juga terlihat pada menjamurnya website dan platform freelancer. Termasuk, konten-konten tips dan trik soal menjadi freelancer.
Ada banyak alasan bekerja freelance semakin diminati. Sulitnya mencari pekerjaan di sektor formal menjadi salah satunya. Alasan lain, semakin banyak orang mencari side hustle hingga tuntutan yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bekerja full time. Khusus untuk alasan terakhir, saya sendiri mengalaminya.
Kondisi itulah yang membuat saya sudah menjajal berbagai macam pekerjaan freelance. Beberapa pekerjaan yang pernah saya coba antara lain jadi tester psikotes, tentor lembaga bimbingan belajar, asisten peneliti, project manager, dan penulis lepas. Bisa dibilang, saya cukup berpengalaman tentang dunia pekerja lepas ini. Saya jadi tahu, pekerjaan lepas bukanlah hal yang mudah dan sangat tidak cocok untuk orang-orang dengan tipe seperti di bawah ini:
Daftar Isi
#1 Freelance tidak untuk orang yang tidak punya target
Saya rasa freelancer wajib punya ambisi yang kuat untuk mencari cuan. Apalagi kalau kalian ingin menjadikan pekerjaan lepas ini sebagai penghasilan utama. Minimal, kalian harus punya target penghasilan yang harus didapat dalam sebulan. Target ini akan mendorong kalian lebih aktif menjemput bola dan menggali semua peluang yang ada.
Selain itu, pekerja juga harus kreatif dan pintar mencari peluang. Semakin kesini semakin banyak jenis pekerjaan freelance yang bisa ditawarkan dan banyak dicari orang. Bahkan, tidak sedikit yang cenderung nyeleneh. Ada yang menawarkan diri jadi tukang hapus background foto hingga jadi tukang balas chat. Semua ini bisa dilakukan berkat hadirnya platform seperti Fiverr dan Upwork.
Bagi orang yang hidup santai alias go with the flow hampir bisa dipastikan penghasilannya bakal pas-pasan. Bahkan, mendapatkan penghasilan saja sudah syukur banget. Apalagi kalau pekerjaan itu sifatnya penawaran harian dengan sistem siapa cepat dia dapat. Mana betah kalau harus selalu standby menunggu info tawaran project terus war dengan freelancer lain?
#2 Tidak bisa mengatur jadwal kerja dengan baik
Salah satu kelebihan bekerja freelance jelas adalah waktu yang fleksibel dan dapat mengatur waktu sesuka hati. Bebas mau kerja berapa jam dalam sehari asalkan kerjaan beres dan klien puas. Namun, untuk orang yang mengatur waktu dan membagi jadwal saja masih kesulitan, jangan pernah coba-coba kerja freelance.
Saya beri contoh kasus ya. Kalian sudah membulatkan tekad menjadikan pekerjaan freelance sebagai sumber pendapatan utama. Kalian juga sudah punya modal ambisi dan target pendapatan bulanan. Tetapi sehari-hari hanya fokus mengejar target dan asal menerima setiap tawaran project masuk tanpa pikir panjang. Ujung-ujungnya, nanti malah jadi kelabakan dengan deadline kerjaan menumpuk. Bayangan kerja fleksibel dan santai tidak akan pernah terwujud.
Kasus lain, misalnya menjadikan freelance sebagai pemasukan tambahan dengan kondisi sudah punya pekerjaan full time atau part time. Nekat menerima banyak freelance dengan harapan bisa curi-curi waktu di jam kerja kantor padahal sudah tau kerjaan kantor sedang banyak-banyaknya. Akhirnya, keduanya dikerjakan asal beres tanpa memikirkan kualitas serta kepuasan bos di kantor dan klien yang memberi tawaran freelance.
#3 Hobi rebahan di rumah dan gampang terdistraksi
Kerja freelance banyak yang membebaskan pekerjanya untuk bekerja dari mana saja, termasuk dari rumah. Buat kaum yang mudah tergoda rebahan setiap lihat kasur, saya sarankan untuk jangan buru-buru mengambil pekerjaan semacam ini. Apalagi pekerjaan semacam ini tidak ada bos atau atasan yang langsung mengawasi. pekerjaan bisa jadi tidak kunjung selesai karena terlalu banyak mengambil waktu istirahat. Minimal tingkatkan dulu disiplin diri kalau mau bekerja dari rumah.
Sebenarnya bisa saja menyiasati masalah ini dengan menjauhkan diri dari kasur dan bekerja dari kafe atau coworking space. Hanya saja, cara ini tidak akan berhasil buat orang yang sudah hobinya rebahan, gampang terdistraksi pula. Sekali saja ada notifikasi pesan masuk, fokus kerjanya langsung buyar kemana-mana. Sibuk membalas pesan yang sebenarnya nggak penting-penting amat untuk segera dibalas. Lalu ujung-ujungnya malah lanjut scrolling TikTok.
Orang-orang seperti ini berarti sumber motivasi kerjanya bersifat eksternal. Wajib hukumnya bekerja dikelilingi oleh sesama rekan kerja di lingkungan dan suasana kerja formal. Minimal ada perasaan malu kalau kerja nggak becus karena melihat rekan kerja lain bekerja dengan giat.
Intinya, tidak semua orang cocok bekerja secara freelance. Dibutuhkan ambisi yang besar, manajemen waktu yang baik, dan disiplin diri yang tinggi. Jadi jangan buru-buru termakan omongan kerja freelance itu serba santai tapi bayarannya banyak. Lebih baik nganggur dulu daripada ujung-ujungnya pusing dan kena mental.
Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Sisi Gelap Kerja Freelance dari Situs Penyedia Pekerjaan Lepas
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.