Universitas Negeri Malang, biasa disingkat UM Malang, memiliki banyak sekali fakultas bergengsi yang layak untuk dimasuki. Setiap tahun, calon mahasiswa menyerbu fakultas-fakultas yang ada untuk kesempatan meraih ilmu dan hidup yang lebih baik. Salah satu fakultas yang diserbu adalah FIS UM.
Awalnya saya sangat bangga bisa bergabung di fakultas ini, melihat fakultas ini memiliki mahasiswa terbanyak dan juga orang-orangnya yang out of the box seperti saya. Saya merasa punya keluarga baru di fakultas ini. terlebih, bagi saya, FIS UM ini adalah fakultas paling keren. Entah dari interior bangunan, fasilitas, dan kualitas SDM yang ada.
Namun, setelah saya bergabung di salah satu ormawa FIS, saya baru sadar bahwa fakultas ini memiliki problem di bagian birokrasinya. Sebagai anak ormawa, saya begitu jengkel terharap kelakuan orang-orang di fakultas yang bikin pusing karena adaaa aja gebrakannya,
Saya sebagai anak ormawa merasa jengkel dan pusing terhadap kelakuan pihak-pihak fakultas yang ada aja gebrakannya.
Daftar Isi
Ngurus proposal program kerja begitu menjengkelkan
Bagi para anggota ormawa, pasti tahulah betapa krusialnya proposal program kerja. Sebab, tanpa itu, dana nggak akan turun. Sudah jelas apa pentingnya dana untuk kegiatan mahasiswa. Tapi, masalahnya, ngurus proposal proker di FIS UM itu sulit. Ada aja kendalanya, dan kadang bikin mulut menganga.
Misal, waktu menyerahkan proposal ke subbag mahasiswa, pasti akan menemui kendala. Kendala paling sering adalah proposalnya numpuk. Lah, gimana, kalau tau numpuk berarti ya diselesaikan dong?
Selain itu, ngurus persuratan di FIS UM juga ruwet. Misal, kita minta surat apa gitu, dijanjikan 3 hari kerja jadi. Tapi kenyataannya, bisa lebih dari 5 hari kerja. Nah, kalau nggak bisa menjanjikan, mending nggak usah bilang. Atau, perbaiki sistemnya. Yang bikin lama apa coba?
Keuangan tak kunjung cair
Beberapa waktu lalu, seluruh ketua BEM fakultas di UM Malang kumpul dalam forum. Nah, ketua BEM FIS UM nanya, apakah dana proker fakultas lain sudah cair. Banyak yang menjawab sudah, ada yang bilang tanpa kendala.
Nah, saat itulah ketua BEM FIS UM jadi bingung. Kenapa fakultas lain lancar-lancar saja? Kenapa di UM Malang, yang susah cuman FIS?
Efeknya jelas nggak positif. Contoh, ada proker yang bahkan hingga kelar pun, dana masih nggak turun. Untung ditalangi sponsor. Bayangkan kalau tidak ada sponsor, yang malu siapa? Ya sefakultas. Tapi yang disalahin sih jelas siapa.
FIS UM terasa tidak sinkron
Pernah nanya informasi, tapi dilempar-lempar? Di FIS UM, itu pemandangan yang amat biasa.
Tanya soal A ke pihak X. Lalu, pihak X akan berkata pada Anda agar tanya ke Y. Nanti, Y akan menyuruh Anda nanya ke Z. Begitu seterusnya, lingkaran setan tanpa berhenti.
Selain itu, ada tumpang tindih informasi yang bikin birokrasi makin kacau. Contoh seperti ini. Misal, saya meminjam 20 kursi untuk kepentingan acara. Nah, ketika segala perizinan sudah kelar dan akan mengambil barang, tiba-tiba izin batal karena dianggap tidak izin ke pihak yang lebih tinggi. Padahal, seharusnya tak perlu sampai sebegitunya. Hal-hal kayak gini jelas menghambat sebuah ormawa untuk melakukan program kerja.
Ya kalau pinjam barang saja birokrasinya seribet ini, bayangkan untuk yang lain.
FIS UM Malang tetaplah fakultas terbaik di mata saya. Saya akui itu. Tapi, kalau tidak mau hal-hal baik tentang FIS terhapus di ingatan kalian, maka, jangan pernah berurusan sama birokrasi (meski itu jelas nggak mungkin). Atau, nggak usah gabung ormawa, jelas bakal makan ati berurusan sama birokrasi.
Penulis: Moch Fadhil Reiza Putra
Editor: Rizky Prasetya