Beberapa waktu lalu ketika saya mengikuti acara screning dan diskusi film di Temanggung, ada salah satu kawan yang kebetulan dari Temanggung menanyakan tentang fenomena Pulung Gantung di Gunungkidul. Dia bertanya apakah benar sebelum ada kejadian bunuh diri (gantung diri) ada fenomena bola api (pulung gantung) akan jatuh tepat di pekarangan orang yang melakukan bunuh diri?
Jujur saya kaget ada seorang yang notabene masih sangat muda sudah mengetahui mitos tersebut. Dengan sedikit pengetahuan yang saya miliki, saya mencoba menjelaskan kepada kawan saya itu. Pada intinya saya menjelaskan bahwa hingga kini fenomena tersebut masih menjadi pro-kontra di masyarakat. Sebab tidak semua orang pernah melihat pulung gantung yang dipercayai sebagian orang seperti bola api jatuh di pekarangan sebelum terjadinya gantung diri. Kemudian kawan saya menanyakan juga apakah fenomena gantung diri di Gunungkidul menjadi salah satu aib yang harus ditutupi bahkan kalau bisa di hilangkan?
Sampai disini saya terdiam. Kemudian saya balik bertanya, mengapa ada pertanyaan semacam itu? Kemudian dia pun menjelaskan bahwa pernah mengikuti casting sebuah Film berjudul Pulung Gantung yang sedianya akan dikerjakan tahun 2019 lalu oleh salah satu rumah produksi. Akan tetapi hingga kini film tersebut masih terkendala karena masalah perizinan dari pemerintah setempat. Apakah itu benar?
Saya tidak berani menyatakan bahwa informasi tersebut benar atau tidak adanya. Sebab hingga saat ini saya belum mendapatkan informasi tersebut dari sumber lainnya. Akan tetapi, saya tertarik dengan pertanyaan anak muda itu. Apakah memang mitos pulung gantung yang mengakibatkan orang melakukan bunuh diri ini memang sudah seharusnya ditutupi?
Kemudian saya teringat salah satu buku yang ditulis oleh Darmaningtyas. Dalam bukunya yang berjudul Menyingkap Tabir Bunuh Diri… itu, dia mengungkapkan bahwa cerita atau kabar tentang bunuh diri apabila terus di ulang-ulang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri yang akhirnya melahirkan suatu anggapan bahwa bunuh diri itu wajar (terjadi pemakluman) di masyarakat. Apakah hal ini juga termasuk salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sehingga harus menutupi bahkan menghilangkan mitos tersebut?
Apa mungkin sudah seharusnya mulai saat ini kita memangkas mitos pulung gantung atau sedikit menyembunyikan berita-berita terkait bunuh diri? Akan tetapi, mungkinkah di era digital seperti saat ini seseorang mampu membendung arus informasi? Mampukah seorang berdiam diri dan tidak mengutarakan sepatah kata pun saat terjadi hal yang nggrundel di hatinya?
“Udahlah nggak usah ribet. Masalah ini terlalu kompleks, Bro. Biarkan, ada beberapa masalah yang tidak perlu kita selesaikan, cukup kita diamkan saja. Toh nanti akan mengudar dengan dengan sendirinya,” kata seorang kawan pecinta senja.
BACA JUGA Niat Ria Ricis untuk Mengakhiri Hidup atau tulisan Jevi Adhi Nugraha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.