Saya baru selesai menonton sebuah film yang sedang ramai dibicarakan di media sosial. Film ini berjudul 2037. Film asal Korea Selatan ini merupakan salah satu rilisan tahun 2022, tapi kurang populer dibanding pesaing-pesaingnya. Ada banyak blockbuster Korea Selatan yang juga tayang di tahun ini seperti The Witch Part 2, The Other One, dan The Roundup. Dan sayangnya, gaung film 2037 tidak begitu terdengar sebelum warganet Indonesia, khususnya di TikTok, “memviralkan” film drama ini.
Kalau boleh saya bilang, 2037 memang sangat cocok dengan selera kebanyakan penonton Indonesia, khususnya fans film yang “mengandung bawang”. Banyak warganet menyandingkan 2037 dengan film-film populer seperti Miracle in Cell No. 7 (2013) dan Harmony (2010) yang sama-sama bercerita tentang kehidupan di dalam penjara. Keduanya juga film yang sukses bikin penonton banjir air mata. Beberapa warga Twitter bahkan mengatakan kalau 2037 lebih heartbreaking ketimbang dua film Korea di atas. Masa gitu, sih?
Film Korea 2037 bercerita tentang perjalanan hidup Yoon Young (Hong Ye Ji), gadis berusia 19 tahun yang hanya tinggal bersama ibunya yang tuli. Sambil bersiap untuk menjalani tes CPNS, ia menghabiskan waktunya dengan bekerja paruh waktu di sebuah kafe.
Namun, sebuah kejadian tak terduga mengguncang jiwanya. Yoon Young diperkosa oleh bos ibunya. Ingin membela diri, Yoon Young pun memukul laki-laki itu dengan batu hingga meninggal. Ia divonis sebagai pelaku pembunuhan dan harus mendekam di balik jeruji besi. Yoon Young tidak bisa membela diri karena tidak bisa membuktikan bahwa dirinya diperkosa. Dia tampak pasrah menerima putusan hakim.
Setibanya di “kamar barunya”, di sel nomor 12, Yoon Young menjadi yang termuda di sana. Teman satu selnya datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada seorang guru yang divonis hukuman mati karena membunuh satu keluarga untuk balas dendam, seorang pelaku prostitusi ilegal, seorang penipu, dan seorang perempuan temperamental yang dihukum karena tindak kekerasan. Siapa sangka, teman satu sel Yoon Young ternyata sangat peduli padanya. Meskipun di luar sana mereka dicap sebagai seorang kriminal, mereka tetap punya nurani.
Di dalam “gelapnya” jeruji besi, Yoon Young justru menemukan setitik cahaya.
Film Korea 2037 merupakan film kedua dari sutradara Mo Hong Jin (Missing You) dan merupakan debut dari aktris muda Hong Ye Ji yang tampil apik sepanjang film. Hong Ye Ji beradu peran dengan para seniornya seperti Kim Ji Young (Extreme Job), Jeon So Min (Show Windows), Kim Min Hwa, dan senior-senior lainnya. Semua pemeran tampil baik hampir tanpa cacat.
Sejak awal, 2037 memang diniatkan sebagai tearjerker. Hampir semua elemen ceritanya mendukung hal tersebut. Misalnya karakter Yoon Young yang miskin dan punya orang tua tuli, menurut saya hal ini sudah memenuhi syarat untuk menjadi film sedih. Selain itu, treatment yang dilakukan Mo Hong Jin pun berhasil membuat saya berempati pada Yoon Young dan ibunya. Akting Hong Ye Ji dan Kim Ji Young sebagai anak dan ibu juga patut diacungi jempol lantaran terlihat sangat meyakinkan.
Tentu saja hal yang paling menonjol pada film ini adalah elemen dramatisnya. Film ini tahu bahwa tidak perlu terlalu berusaha membuat penonton merasakan kepedihan karakter. Orang-orang yang terlibat dalam film ini tahu takaran yang tepat, sehingga tidak ada adegan yang terlalu dramatis atau yang sering saya sebut sebagai overly dramatic sequence.
Meski begitu, sejujurnya film ini memiliki beberapa kekurangan. Saya berani mengatakan bahwa film ini tidak sebagus Miracle In Cell No. 7 atau bahkan Harmony—meski tingkat “kesedihannya” sama-sama bikin galau seharian. Mo Hong Jin seperti kebingungan mengisi babak kedua film. Babak kedua film terasa kosong, padahal saya mengharapkan interaksi antaranggota sel lebih intens lagi. Semua hal yang terjadi di babak kedua terkesan hambar.
Kekurangan lainnya terletak pada perkembangan karakter yang tidak mulus. Penonton tidak diperlihatkan secara layak bagaimana kepedulian “Si Kasar” terhadap Yoon Young tumbuh. Karakter-karakter pendukung ini ditulis seadanya. Berbeda dengan dua film Korea lainnya, Miracle In Cell No. 7 dan Harmony, yang karakter pendukungnya punya ruang eksplorasi yang cukup luas, sehingga potensi dramanya tidak terbuang sia-sia. Pada akhirnya penonton hanya peduli pada Yoon Young dan ibunya, tidak pada karakter lainnya.
Selain babak kedua film yang kurang “nendang”, bagian ending 2037 juga jadi perdebatan di kalangan penonton. Banyak penonton yang merasa bingung. Open ending memang sering kali bikin gregetan. Meski begitu, bagi saya, endingnya tidak bermasalah sama sekali. Membingungkan? Iya, tapi ini ending yang pas untuk Yoon Young dan ibunya. Silakan nonton untuk tahu apa yang saya maksudkan.
Saya sudah berbicara banyak soal teknis. Tapi, sebenarnya apa sih yang film ini bicarakan?
Film Korea satu ini berusaha membicarakan soal keadilan bagi perempuan. Yoon Young diperkosa, dia membunuh orang yang memperkosa dia dengan maksud membela diri. Namun, yang orang lain dan hukum lihat adalah Yoon Young membunuh orang, bukan Yoon Young diperkosa. Hal ini memang memantik perdebatan yang sulit sekali untuk dijawab. Terlebih, setelah diketahui bahwa Yoon Young hamil, perdebatan melebar ke persoalan “pro life or pro choice”. Keadilan yang dibicarakan menjadi blur karena keadaan semakin dilematis.
Ending 2037 cukup bijak dengan tidak memihak ke pendapat siapa pun, kecuali Yoon Young. Yoon Young tetap melahirkan bayi itu, meski dia tak mau. Yoon Young ingin ingin bayi itu hidup, tapi yang kita lihat di layar, bayi itu diasuh oleh orang lain. Entah ke mana perginya Yoon Young, yang jelas dia tahu apa yang adil bagi dirinya.
Kalau diibaratkan sebuah tempat, 2037 ini tempat yang saya kunjungi karena rindu terhadap tempat serupa di belahan bumi yang lain. Kalau kamu suka Miracle in Cell No. 7 dan Harmony, kamu harus mengunjungi 2037 juga. Pengalaman menontonnya hampir sama, tapi kesan setelahnya berbeda-beda karena masing-masing punya “nilai” tersendiri.
Kamu bisa menyaksikan film Korea 2037 ini di layanan streaming berbayar Rakuten Viki, dan jangan lupa mengaktifkan VPN region Amerika Serikat agar kamu bisa menontonnya menggunakan subtitle.
Penulis: Rizal Nurhadiansyah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 10 Film Semi Korea yang Nggak Cuma Jual Adegan Seks, tapi Ceritanya pun Menarik.