Es Teh Adalah Menu Paling Laris dan Paling Cuan di Coffee Shop, Bukan Kopi. Kopi Cuma Jadi Beban!

Es Teh Adalah Menu Paling Laris dan Paling Cuan di Coffee Shop, Bukan Kopi. Kopi Cuma Jadi Beban!

Es Teh Adalah Menu Paling Laris dan Paling Cuan di Coffee Shop, Bukan Kopi. Kopi Cuma Jadi Beban! (Unsplash.com)

Ke coffee shop cuma pesen es teh emang salahnya di mana? Apa karena harganya murah dan dianggap beban? Tunggu dulu, justru margin keuntungan es teh itu gede banget, lho!

Lagi pula ada alasan kenapa pelanggan memilih menu es teh. Meski udah lama pilih menu bolak-balik halaman, tanya-tanya ke barista sampai detail, kalau nggak nemu menu yang menurutnya oke, ya wajar dong pilih yang paling aman. Apa itu? Ya es teh. Di mana-mana rasanya gitu-gitu aja. Kebangetan kalau ada coffee shop yang jualan es teh nggak enak.

Es teh adalah menu best seller di coffee shop

Saat tren kopi susu gula aren melanda, banyak coffee shop yang punya menu itu. Lucunya, semuanya mengeklaim es kopi susu gula aren adalah signature drink. Aneh bener, signature kok sama semua cuma beda nama.

Apa hubungannya tren itu sama es teh? Ya soalnya pas ditanya kenapa es kopi susu gula aren dijadikan signature, alasannya karena menu itu yang laris. Lihat? Sudah sesat pikir sejak awal, kan? Sesat pikirnya double lagi.

Sesat pikir pertama, signature drink itu nggak harus best seller. Justru di signature drink, kita bisa menciptakan menu paling liar dan out of the box. Nggak harus best seller. Tujuannya bukan itu. Tujuannya sebagai identitas dan pembeda dari coffee shop lain. Nggak terlalu laku ya nggak apa-apa. Kalau laku tentu lebih hepi.

Akan tetapi harus dipahami kalau menu best seller dan signature menu itu nggak sama, ya. Ini juga masuk ke sesat pikir kedua. Kalau bilang signature drink itu minuman yang paling laku, woy, ada jajaran es teh yang ketawa.

Faktanya, menu yang paling laris di coffee shop adalah es teh. Cek aja data penjualan kalau ngeyel. Kalau nggak lychee tea ya es teh biasa!

Seumpama ada yang bilang, “Es teh biasa mana bisa dijadiin signature, Bang? Kan rasanya sama semua di mana-mana.” Jawabannya cuma ada dua.

Pertama, masa nggak bisa bikin kreasi teh yang beda dari tempat lain? Kedua, ya emang kenapa kalau rasanya sama? Ungkapan signature drink rasanya harus beda antar coffee shop sudah dipatahkan sejak munculnya es kopi susu gula aren!

Ke coffee shop nggak harus pesen kopi

Nggak harus ngopi di coffee shop, kan? Ada thai tea, ada es cokelat, bahkan air mineral juga ada. Kalau seandainya ke coffee shop wajib ngopi, ngapai juga mereka sediain menu non-coffee? Hapus aja varian non-coffee. Selama diberi pilihan, pelanggan ya bakal milih lah. Entah dia memilih yang nggak ada di coffee shop lain, milih yang paling murah, atau milih nyari ribut karena cuma nongkrong tapi nggak beli!

Karena ada pilihan es teh yang enak, seger, dan murah, yaudah auto jadi primadona. Lagian jangan salah, siapa bilang es teh itu jadi beban di coffee shop? Karena relatif murah, justru berpeluang beli dua kali kalau nongkrong lama, kan? Atau meski cuma beli sekali, sadarilah bahwa minuman satu ini margin keuntungannya sangat gede!

Jasa es teh yang kerap dilupakan

Meski es teh itu harganya relatif murah, tapi mengambil keuntungan dari menu satu ini banyak, lho. Bahan-bahan utama minuman ini apa, sih? Cuma es dan teh, kan? Es berapa, sih? Teh berapa, sih? Gula cair berapa, sih? Modalnya murah semua, dijual hampir 20 ribu. Gimana nggak cuan? Tapi kok sering dianggap beban?

Semahal-mahalnya teh Dilmah, per tea bag-nya harganya berapa, sih? Tiga ribuan, kan? Dijualnya belasan ribu. Udah cuan berkali lipat, dong! Habis gitu jadi menu paling laris! Lucu aja namanya coffee shop, tapi menu yang paling banyak cuannya dan jadi best seller malah es teh, terus kalau ada yang pesen minuman satu ini malah disepelekan.

Mungkin kalian bertanya-tanya, emangnya ada yang nyepelein? Siapa yang nyepelein? Yaelah, masa nggak pernah denger komentar negatif di sana sini soal ke coffee shop cuma pesen es teh tapi nongkrongnya delapan jam? Nah, ini juga. Harusnya bukan tehnya yang salah, tapi nongkrong delapan jamnya itu yang harus diperhatikan.

Nongkrong delapan jam, misal pesen menu yang paling mahal dan cuma sekali, harusnya tetep nggak oke, kan? Kok yang dipandang negatif cuma es teh?

Padahal minuman ini udah berjasa besar dengan margin keuntungannya yang gede, lho. Bandingkan dengan kopi susu rasa-rasa, yang sirupnya sendiri aja udah mahal. Belum modal kopinya, susunya, mesin espresonya, dll. Udah margin keuntungannya relatif kecil, jarang laku pula.

Menu kopi adalah yang paling beban di coffee shop

Kalau es teh adalah yang berjasa mendatangkan cuan dengan margin gede, justru menu kopi bisa dibilang sebaliknya. Jadi beban. Cuma eksklusif aja kelihatannya, aslinya mah nggak ada juga nggak apa-apa.

Meski sebenernya, kalau cuma dihitung dari HPP bahan-bahan, menu kopi sih masin aman. Tapi kan ada beban mesin espresso. Ini nih yang bikin menu kopi jadi beban. Ironis emang. Beli mesin espresso mahal-mahal, tapi malah jarang yang beli kopi. Mesinnya jarang kepake, cuma jadi pajangan biar kayak coffee shop. Mana watt-nya gede banget!

Mungkin karena alasan ini juga es teh disebelin. Margin untungnya emang gede, tapi tetep kurang gede karena harus menggendong beban menu-menu yang lain.

Ya ngeri aja, es teh yang bikinnya nggak pakai mesin mahal, malah harus ngejar balik modal satu coffee shop. Kalau saya yang jadi es tehnya sih ogah. Mending resign dari menu coffee shop, deh. Udah kerja paling keras, menghasilkan cuan banyak, tapi nggak pernah diapresiasi. Solo player menghidupkan coffee shop. Nggak sekalian aja diganti jadi tea shop? Biar nggak usah ada menu kopi yang beban-beban itu!

Menyingkirkan beban coffee shop bisa menyingkirkan pelanggan juga. Lho, kok bisa?

Sekarang kalau tau es teh itu cuannya gede, tapi nggak berasa sama sekali karena ada beban di menu lain, kenapa nggak dihilangkan aja tuh beban? Kan nggak perlu lagi pakai mesin espresso. Lebih hemat listrik pula.

Tapi celakanya, menyingkirkan mesin espresso juga bukan solusi tepat. Apalagi kalau tempat coffee shop-nya oke banget. Mana bisa disebut coffee shop kalau nggak ada mesin espresso? Pelanggan datang karena itu adalah coffee shop, kan?

Meski cuma beli es teh, yang penting harus coffee shop. Misalnya nggak ada mesin espresso atau varian kopi biar beban berkurang, sehingga jualan es teh bisa untung gede, ya pelanggan cabut. Bukan coffee shop! Kan yang penting harus coffee shop!

Penulis: Riyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Es Teh Jumbo, Bisnis yang Cuannya Manis, Semanis Rasanya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version