Es Kapal Api, Cara Terbaik Menikmati Kopi Kapal Api

Es Kapal Api, Cara Terbaik Menikmati Kopi Kapal Api terminal mojok

Sesungguhnya, dulu saya bukan orang yang gemar ngopi, apalagi kopi saset. Saya sendiri justru lebih sering menikmati es teh sebagai minuman pendamping rokok, mengerjakan tugas, dan kegiatan selo lainnya. Ditambah tinggal di Solo, rasanya sia-sia kalau tidak menikmati es teh manis yang terkenal segernya itu. Apalagi menikmatinya di siang hari. Ger, Jon!

Namun, akhir-akhir ini kondisi tubuh saya gampang ngantuk, sehingga akhirnya mengubah gaya hidup saya. Rasanya saya butuh doping berupa kafein kopi. Jadilah saya kini, yang dulunya doyan wedangan, kini jadi doyan ngopi. Perubahan yang tidak langsung bisa diterima tubuh saya sepenuhnya kendati kafein cukup bikin saya melek sambil menyimak tayangan PutCast.

Begini masalahnya, saya dulu terbiasa menikmati es teh di siang hari dengan sensasi es yang plong di tenggorokan. Lantas, beralih ke kopi Kapal Api yang diseduh hangat. Sebagian besar tubuh sih menerima, namun tidak dengan tenggorokan.

Terlintas di pikiran saya untuk memadukan es dengan kopi Kapal Api. Ide ini juga dilatarbelakangi beberapa hal lain seperti kebiasaan saya menikmati kopi di kedai, yaitu menikmati V60 dengan es atau yang disebut dengan V60 Japanese. Begitu halnya dengan Americano yang sering saya nikmati dengan es batu. V60 dan Americano saja bisa dinikmati pakai es batu, masa kopi Kapal Api tidak?

Dan hasilnya luar biasa. Minum Kapal Api dengan es adalah salah satu cara terbaik menikmati kopi ini. Meleknya dapat, segarnya juga. Walau sebagian orang masih sinis dengan inovasi ini. Bahkan tak jarang saya dianggap aneh. Seperti teman saya yang bertanya-tanya, “Kok bisa?”, begitu pula para penjual di warung kopi tiap kali mendapat pesanan es kopi Kapal Api dari saya. Kebanyakan dari para penjual ini menayakan kembali pesanan saya, benar atau tidak.

Lho, saya serius padahal. Dan saya tegaskan sekali lagi, ini adalah cara terbaik menikmati Kapal Api!

Mencoba memahami keheranan tersebut, saya bicara pada diri sendiri, berkontemplasi walau lebih nampak seperti orang bengong. Agak lama saya menemukan sedikit jawaban. Mungkin orang menganggap variasi ini aneh lantaran pada dasarnya kopi Kapal Api diseduh ala-ala kopi tubruk yang meninggalkan ampas di gelasnya. Yah, sejatinya sih gilingan bijinya sehalus “bakal” espresso.

Dan setahu saya, di kedai kopi pun belum ada menu es kopi tubruk. Kendati saudara sewarnanya seperti V60 dan Americano sudah populer dinikmati dengan es batu, mungkin memang aneh menikmati kopi berampas dengan es. Tapi yakinlah, Lur, ini juga segar!

Bosan bertanya pada diri sendiri, saya pun iseng mencari-cari jawaban di Twitter. Sengaja saya masukkan kata kunci “Kapal Api es”, hasilnya lumayan. Saya malah menemukan cara lain yang tak kalah apik, yakni membuat es kopi Kapal Api dengan cara disaring. Ini dilakukan untuk membuang ampas yang dianggap mengganggu.

Hasilnya sudah bisa ditebak, kopi tersebut jadi ala-ala Americano, bukan seperti kopi tubruk lagi. Hanya ini belum ditemukan di warung-warung biasa. Saya sih berharap para pedagang warung kopi pinggiran berinovasi seperti ini.

Seperti mi goreng pakai kuah, mi rebus tapi digoreng, sekte kopi Kapal Api dengan es juga mesti berkembang, diterima tanpa pandangan sinis lagi. Dan percayalah, Kapal Api dengan es adalah sebaik-baiknya menikmati kopi Kapal Api.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version