Saya memang penggemar serial asal Malaysia Upin dan Ipin. Dilihat dari sisi grafik dan cerita, Upin dan Ipin memang menarik dan punya banyak pesan moral. Sungguh tidak membosankan mengikuti serial yang diproduksi oleh perusahaan animasi Les’ Copaque ini.
Di luar sana mungkin banyak juga orang yang seperti saya. Terlepas dari berapapun usianya, mereka tetap setia menonton tayangan yang sebenarnya menyasar pangsa pasar anak-anak ini. Bahkan, saking setianya menonton Upin dan Ipin, mereka mungkin punya episode-episode favorit dan nggak favorit. Persis seperti saya.
Secara garis besar, Upin dan Ipin memang tontonan yang seru, tapi ada beberapa episode yang saya membuat saya menyesal telah menontonnya. Alasannya beragam, mulai dari alur cerita tidak masuk akal, karakter yang terlalu dibuat-buat, hingga penggambaran yang kurang nyaman dipandang.
Kalau episode yang kurang saya sukai itu diputar berkali-kali di televisi, saya benar-benar tersiksa menontonnya. Sebenarnya bisa saja sih, saya langsung mengganti channel televisi. Namun, upin dan ipin kerap ditayangkan di “jam-jam kritis”. Artinya, channel televisi lain tidak menyajikan tontonan yang menarik. Ya mau nggak mau nonton episode mengecewakan itu lagi dan lagi.
#1 Upin dan Ipin episode nonton bioskop
Upin dan Ipin memiliki episode yangmenceritakan tentang pengalaman tokoh utama ketika menonton bioskop. Ada 2 episode yang menceritakan ini, pertama episode “Hari Bahagia Meimei” dan “Layar Tancap Kampung Durian Runtuh”. Keduanya punya cerita mirip. Pembedanya, satu episode Upin dan Ipin diajak oleh Kak Ros. Sementara episode lainnya, dua kembar itu yang merengek ikut kakaknya.
Lantas apakah endingnya mereka bisa nonton bioskop di salah satu episode tersebut? Tentu tidak, Ferguso! Di episode “Hari Bahagia Mei-mei”, alih-alih menonton bioskop mereka malah ikut acara ulang tahun Meimei. Wah, kalau saya sih mending ikut Kak Ros dan titip aja hadiah ultah saja lewat kawan-kawan lain. Toh, ketemu Meimei juga bisa setiap hari, sementara kesempatan nonton bioskop sangat jarang.
Lalu, di episode yang kedua, bukannya jadi nonton bioskop setelah Kak Ros sembuh dari sakit, si kembar malah nonton film sendiri pakai layar tancap milik Kak Ros. Terus, kapan mereka benar-benar bisa nonton bioskop? Kan saya penasaran ya dengan gambaran suasana bioskop di Negeri Jiran.
#2 Episode kartunis legenda
Episode ini mengenalkan penonton kepada komikus legenda asal Malaysia, Dato’ Lat. Cerita dibuka dengan Kak Ros yang kegirangan karena berhasil mendapatkan buku komik “Kampung Boy” lengkap dengan tanda tangan Dato’ Lat. Sesampainya di rumah, Kak Ros memamerkan koleksinya itu kepada adik-adiknya.
Timbul rasa tertarik di hati Upin dan Ipin untuk membaca komik itu bersama kawan-kawannya. Kak Ros awalnya enggan untuk meminjamkannya. Namun, Opah membujuknya. Kak Ros mengalah, dia meminjamkan buku itu dengan syarat jangan sampai buku itu dirusak.
Semua baik-baik saja hingga akhirnya duo kakak beradik itu menjatuhkan buku komik Kak Ros di kubangan lumpur. Duh, benar-benar ceroboh. Mereka berdua mendatangi Abang Iz untuk meminta pertolongan, tentu saja sambil menangis.
Beruntung Abang Iz punya buku komik yang sama. Sementara untuk tanda tangannya, entah mengapa sekonyong-konyong Dato’ Lat datang dan menyelamatkan mereka. Benar-benar terlalu kebetulan.
Masalahnya memang selesai sih, tapi saya kurang sreg saja. Tidak ada sepotong pun adegan Kak Ros memarahi adik-adiknya yang ceroboh itu. Benar-benar tidak mencerminkan karakter Kak Ros yang galak itu. Paling tidak mereka tetap dinasihati untuk menjaga baik-baik barang pinjaman. Apalagi barang yang dipinjam tidak sembarangan.
Baca halaman selanjutnya: Upin dan Ipin juara karaoke