Jadi teknisi itu enak. Kerjanya santai, bisa juga ngerasain refleksi lagi. Iya refleksi, tuh pas menyenggol kabel yang ada arus listriknya.
Saya dan teman seangkatan dulu, ketika mengenyam pendidikan di bangku SMK jika ditanya “lulus mau ngapain?” Tentu saja semua serempak menjawab untuk langsung kerja. Kerja apa pun. Sangat jarang yang menjawab ingin kuliah. Alasan paling mendasar nggak mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sering didasari oleh rasa wegah melihat tumpukan PR, wes wegah mikir.
Saya sedikit shock mendengar pernyataan teman-teman saya ini. Lha gimana ya, ketika masih hidup bukankah manusia akan terus berpikir? Bahkan ada hal-hal sulit yang mengharuskan untuk dipikirkan, yang mana lebih susah saat dibanding dengan sebuah PR, atau ujian-ujian serta mumetnya ngerjain skripsi. Rabi, misale. Selain alasan itu, alasan klasikal lain yaitu menyerempet soal biaya.
Ada permasalahan baru ketika bilang bahwa lulusan SMK yang memang disiapkan untuk langsung bekerja. Masalah lain itu adalah saking banyaknya lulusan SMK, lapangan pekerjaan jadi terasa sedikit. Tak ayal, saya dan teman-teman kesusahan untuk mencari pekerjaan yang sesuai jurusan. Contohnya saja teman saya yang jurusan permesinan. Dari namanya, pekerjaan yang harusnya dia emban adalah mengelas, bubut besi, milling, dan lain-lain. Tapi, fakta berkata lain, dia malah jadi perawat tanaman di suatu pabrik dengan iming-iming gaji UMK.
Saya dan teman-teman seangkatan dulu sepaham, pas lulus nanti paling tidak kudu menjalani pekerjaan yang sesuai jurusan. Berhubung dulu jurusan saya mengenai kelistrikan, tentu saja incaran utama setelah lulus dari SMK menjadi teknisi di salah satu pabrik. Dan biar nggak sia-sia juga belajar kesetrum selama di SMK. Atau paling tidak ya jadi tukang servis AC atau biro teknik listrik (BTL).
Gayung bersambut, saya dan teman seangkatan dulu berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai teknisi dan itu tersebar di beberapa pabrik. Tak jarang kami tetap kompak dan kadang sambat soal kerjaan. Terhitung sudah hampir lima tahun bekerja di pabrik dan menyandang gelar teknisi.
Gelar ini adalah gelar yang dianggap keren (setidaknya oleh saya) walaupun masih di kalangan pekerja pabrik atau pejuang UMK lainnya. Ada hal-hal menyenangkan ketika bisa menjadi teknisi khususnya listrik di suatu pabrik, setidaknya ini dan teman saya rasakan. Entah yang lain, mungkin beda.
Enaknya jadi teknisi listrik yang pertama adalah kerjanya santai. Namun, harus diingat juga, meski cenderung lebih santai, ada tanggung jawab yang nggak bisa dikerjakan sambil menye-menye. Iya, dibanding bagian lain teknisi cenderung mempunyai ritme kerja yang lebih santai.
Bahkan, ada hari-hari di mana teknisi hanya standby saja gitu. Paling cuman melakukan pengecekan karena nggak ada kerusakan yang terjadi pada hari itu. Pokoknya enak banget deh. Nggak jarang para teknisi disebut makan gaji buta. Astaga nggak ngotak yang ngomong begini.
Enaknya jadi teknisi listrik yang kedua adalah terlihat keren. Tingkat kekerenan bakal lebih bertambah jika seorang teknisi punya penampilan yang menarik. Pokoknya kami (merasa) lebih keren dibanding dan jika nggak kuat iman, para teknisi bisa saja jadi fucek boy mengalahkan pria-pria yang naik KLX. Untung saya kuat iman saat menjalani profesi teknisi ini. Terbukti sampai sekarang saya masih jomblo saja.
Kontradiktif ya? Ahhh iyain aja biar saya makin ngerasa keren.
Enaknya jadi teknisi listrik yang ketiga adalah bisa jadi orang kebal. Yup, menjadi teknisi perlahan menjadi seseorang itu malah kebal. Khususnya kebal kesetrum. Kesetrum listrik sudah menjadi suatu yang biasa, tak jarang teman-teman saya tak menganggapnya sebagai suatu hal yang ngeri. Namun, kekebalan itu tak membuat seorang teknisi terlalu takabur. Tetap saja saat menjalankan perbaikan memerhatikan dan menjalankan SOP yang sudah ada tetap dilakukan.
Meski terlihat cukup menyenangkan dan mudah, menjadi teknisi tak jarang dipandang sebelah mata. Bahkan yang lebih frontal muncul anggapan teknisi memakan gaji buta karena pekerjaannya yang cukup santai. Padahal jika melihat risiko kerja sangat besar, contoh simpelnya saja kesetrum. Bisa dibayangkan nggak enaknya badan jika kesetrum. Namun, masih ada saja orang yang menganggap enteng. Enteng ndasmu, pengin nyobain kesetrum pas lagi nyambung kabel apa?
BACA JUGA Untuk yang Suka Pakai Ban Cacing Semoga Cepat Sadar, Bahaya, Bos! dan tulisan Budi lainnya.