Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Ya Wajar Saja Elpiji Nonsubsidi Kurang Laku, Nggak Ada Kelebihan yang Ditawarkan kayak Pertamax!

Muhammad Arif Prayoga oleh Muhammad Arif Prayoga
29 Juli 2023
A A
Dilema Agen Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut elpiji nonsubsidi regulator gas

Dilema Agen Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Elpiji nonsubsidi kurang laku ketimbang kawan seperjuangannya di divisi seberang, Pertamax, kenapa?

Sebagai perusahaan milik negara, Pertamina juga diberikan tugas khusus untuk menyalurkan bantuan dengan produk-produk yang lebih murah. Tujuannya, tentu agar membantu masyarakat yang tergolong “miskin” agar tetap bisa memenuhi kebutuhannya.

Subsidi dari pemerintah sebenarnya banyak sekali. Biasanya adalah kebutuhan pokok alias primer. Ingat, selain kendaraan listrik ya, nggak tahu itu primer apa bukan. Tapi, yang paling umum diketahui dan dimanfaatkan masyarakat adalah produk bensin dan gas elpiji yang disalurkan oleh Pertamina. 

Selain memproduksi bahan bakar yang harganya sudah disesuaikan dengan bahan mentah, Pertamina juga menyalurkan dua produk bersubsidi. Untuk bensin, untuk saat ini yang merupakan produk subsidi adalah Pertalite. Sedangkan elpiji yang bersubsidi adalah elpiji dengan tabung warna hijau isi 3 kg, masyarakat sering menyebutnya tabung melon.

Yang saya ingat, produk bensin bersubsidi lebih dahulu disalurkan dibandingkan produk elpiji. Kala itu, bensin terbagi menjadi dua macam, Premium dan Pertamax. Orang tua saya pada saat itu masih menggunakan tabung elpiji besar berwarna biru. 

Selang waktu kemudian, produk elpiji bersubsidi, alias tabung melon tersalurkan kepada masyarakat hingga sekarang. Orang tua saya yang sebelumnya menggunakan tabung besar warna biru, sejak saat itu hingga kini turut menikmati subsidi pemerintah ini. Dan sejak saat itu pula, produk elpiji nonsubsidi nggak laku di kalangan masyarakat.

Dari kacamata awam, saya melihat bahwa setidaknya ada lima alasan yang mendasari mengapa produk elpiji nonsubsidi nggak laku. Atau, paling nggak kalau dibandingkan dengan BBM bersubsidi, penjualannya kalah jauh. Ini alasannya menurut saya.

Elpiji subsidi lebih mudah ditemui

Setidaknya untuk saat ini, pembelian elpiji subsidi lebih mudah dibandingkan dengan membeli BBM bersubsidi. Sebenarnya juga baru akhir-akhir ini sih pembelian BBM bersubsidi dipersulit. Itu pun hanya kendaraan roda empat saja. Untuk sepeda motor, masih bisa menikmati sepuasnya.

Baca Juga:

Peristiwa Motor Brebet karena Bensin Plat Merah: Rakyat yang Kena Musibah, Rakyat Juga yang Diminta Repot Mencari Solusi

5 Alasan Saya Menyesal Tidak “Hijrah” Jadi Pelanggan SPBU Shell sejak Dahulu

Pembelian elpiji melon saat ini sangat mudah, dengan catatan nggak sedang langka lho, ya. Kalau langka sih, memang agak ribet. Untuk mendapatkannya, kita hanya perlu mendatangi warung-warung kelontong. Atau, kalau mau lebih murah, ya, datang ke pangkalan resmi. Di sana lah para pemilik warung membeli elpiji bersubsidi untuk dijual lagi.

Nggak semua warung menjual elpiji nonsubsidi. Pun, kalau jual, kita juga nggak tahu sejak kapan tabung itu disimpan. Jangan-jangan sudah sejak penyaluran pertama tabung melon? Yang aman sih, ya, beli di pangkalan resmi. Tapi, di mana? Kalau BBM kan jelas, produk subsidi dan nonsubsidi ada di satu tempat yang sama bernama SPBU. Ya nggak, sih?

Harga elpiji subsidi yang dianggap harga pasar

Sejak awal penyalurannya, harga elpiji bersubsidi yang lebih murah mengubah pikiran masyarakat. Dari yang awalnya memilih menggunakan elpiji nonsubsidi atau minyak tanah sebagai bahan bakar saat memasak, jadi menggunakan tabung melon ini. Sejak saat itu, tabung berwarna hijau itu menjadi favorit bagi semua kalangan.

Mendarah dagingnya elpiji bersubsidi di hati masyarakat membuat produk ini dianggap sebagai harga pasar, alias harga yang sebenar-benarnya. Produk serupa yang harganya di atas harga pasar akan dianggap harga yang nggak wajar, imbas kapitalisme. 

Padahal yang terjadi adalah sebaliknya, harga yang lebih tinggi lah yang merupakan harga pasar. Sedangkan yang murah ada campur tangan pemerintah. Kalau nggak ada sepeser pun bantuan dari pemerintah, ya, itu lah harga elpiji nonsubsidi. Alhasil, kalau subsidi dicabut atau diperketat, ya, masyarakat akan protes. Nah, kan, pusing kan jadi pemerintah? 

Pengaruh elpiji nonsubsidi terhadap harga pangan 

Murahnya elpiji bersubsidi ini memiliki pengaruh terhadap aneka ragam makanan yang dijual oleh UMKM. Bagaimana nggak berpengaruh, rata-rata UMKM saat ini menggunakan tabung melon sebagai bahan bakar kompor mereka. Hal ini sangat memengaruhi harga produk yang mereka jual.

Harga sebutir cilok misalnya, di daerah saya sekarang harga cilok ada di kisaran Rp500 untuk yang original, alias kecil, dan Rp1.500 untuk yang isian hati, keju, atau telur. Harga ini adalah hasil hitungan atas penggunaan tabung gas elpiji bersubsidi sebagai modal, selain bahan baku.

Kalau mereka dipaksa menggunakan tabung elpiji nonsubsidi, yang ada harga cilok akan naik berkali-kali lipat. Tentu hal ini akan berdampak terhadap penurunan angka konsumsi cilok nasional. Itu baru cilok, belum lauk pauk di warteg. Nasi sih nggak harus pakai kompor, bisa pakai magic jar, tapi masak iya ke warteg cuma makan nasi?

Nggak ada spesifikasi lebih yang ditawarkan dari elpiji nonsubsidi

Pada produk BBM, tentu sebagai pelanggan, kita memahami bahwa berbagai macam produk yang dijual di SPBU memiliki spesifikasinya masing-masing. Baik dari segi angka oktan, kadar timbal, pembersih mesin, dan lain sebagainya yang selalu menjadi klaim Pertamina bahwa produk nonsubsidi lebih baik.

Berbeda dengan produk elpiji. Sampai sekarang ini, entah karena kurangnya sosialisasi dari Pertamina, atau karena saya kurang cari-cari informasi, saya nggak tahu apa ada spesifikasi lebih yang ditawarkan elpiji nonsubsidi. Yang saya tahu, hanya berbeda warna dan besar kecilnya tabung. Itu saja. Selebihnya, saya nggak tahu.

Hal ini tentu menambah andil pemikiran masyarakat untuk enggan menggunakan produk nonsubsidi. Kalau saja ada kelebihannya, misal masakan menjadi lebih enak, lebih nggak cepat habis, atau api yang dihasilkan nggak menyebabkan pantat panci gosong, atau kelebihan berguna lainnya, pasti masyarakat akan berbondong-bondong membelinya, sekalipun harganya mahal.

Nggak ada angka kompresi pada kompor

Produk BBM digunakan untuk menghidupkan mesin pada kendaraan. Umumnya, kendaraan bermotor seiring berjalannya waktu semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan dunia permesinan ini membuat buku panduan yang menyertai pembelian kendaraan selalu berubah-ubah terkait bahan bakar apa yang ideal untuk digunakan. 

Acuan yang digunakan oleh buku panduan tersebut adalah angka kompresi mesin yang sangat dipengaruhi oleh angka oktan pada bensin. Beda kompresi mesin, beda pula angka oktan yang dibutuhkan. Oleh karena itu lah produk BBM nonsubsidi tetap laku, khususnya bagi pengguna-pengguna yang peduli dan sayang kepada kendaraan miliknya.

Berbeda dengan kompor yang dapat menjadi analogi kendaraan bagi produk elpiji. Mau pakai elpiji subsidi maupun nonsubsidi, nggak ada perbedaan sama sekali. Nggak ada pengaruhnya terhadap kesehatan kompor jangka panjang, yang ada malah membuat krisis stabilitas ekonomi yang berujung krisis kesejahteraan.

Elpiji nonsubsidi nggak bisa dimungkiri, kalah jauh ketimbang Pertamax. Pemerintah harus mikir keras perkara ini, karena subsidi nggak mungkin berlaku selamanya. Semoga bisa dapat solusi yang terbaik buat semuanya. 

Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dilema Pangkalan Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2023 oleh

Tags: elpiji melonelpiji nonsubsidipertamaxpertamina
Muhammad Arif Prayoga

Muhammad Arif Prayoga

Sarjana Komunikasi yang Gagap Berkomunikasi. Penulis di Copa-media.com. Bisa dihubungi via Instagram @arifprayogha_ dan Twitter @CopamediaID

ArtikelTerkait

Kasihan Motor Saya jika Pertalite Beneran Dihapus

Gagal Branding, Alasan Orang Kaya Nggak Malu Beli Pertalite

20 September 2022
Sesat Logika Pertamina: Subsidi BBM kok Indikatornya CC Mobil?

Sesat Logika Pertamina: Subsidi BBM kok Indikatornya CC Mobil?

19 Agustus 2022
Dosa SPBU Pertamina Lebih Dikit Ketimbang SPBU Shell (Unsplash)

SPBU Pertamina Memang Punya Dosa, tapi Masih Mendingan Dibanding SPBU Shell

7 Juli 2023
Sambatan Pelanggan Shell, SPBU Pelarian yang Ternyata Punya Masalah Juga Mojok.co

Sambatan Pelanggan Shell, SPBU Pelarian yang Ternyata Punya Masalah Juga

20 Mei 2025
5 Hal Soal Toilet SPBU yang Perlu Erick Thohir Tahu terminal mojok.co

5 Hal Soal Toilet SPBU yang Perlu Erick Thohir Tahu

24 November 2021
Sisi Gelap dari Pekerjaan Menjaga Pertashop Milik Bapak Sendiri (Foto milik penulis)

Sisi Gelap dari Pekerjaan Menjaga Pertashop Milik Bapak Sendiri

19 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.