Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
19 November 2023
A A
Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat

Elon Musk Memang Bajingan yang Berlindung di Balik Kebebasan Berpendapat (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak orang bilang bahwa Elon Musk adalah wujud nyata Tony Stark di dunia nyata. Saya (lumayan) setuju dengan hal itu. Elon genius, pekerja keras, kaya, dan eksentrik. Hanya saja, orang lupa kalau Tony Stark juga brengsek. Persis seperti Elon.

Keputusan Elon yang akan menangguhkan akun Twitter (tidak, saya tak akan sudi menyebutnya X) yang membuat cuitan “from river to the sea” karena promoting genocide bagi saya adalah titik terendah Elon Musk. Titik yang menegaskan bahwa dia sebenarnya bajingan, tak lebih dari itu.

Saya tak peduli sumbangsih Elon untuk dunia seperti apa. Yang jelas bagi saya dia tak lebih dari bajingan tengil yang kebetulan kaya. Dan tak ada kombinasi yang lebih mematikan ketimbang bajingan tengil yang kaya.

Jujur saja, saya heran dengan langkah Elon. Di saat platformnya sedang laku untuk promote, andai dia tidak sok melawan arus, dia bisa menunggangi trennya dengan mendukung pendukung perdamaian. Dia tidak perlu tulus dalam mendukung, karena ya hampir tak mungkin dia tulus. Yang penting tidak sok melawan arus saja.

Langkah yang ia lakukan justru mempertegas dirinya sebagai orang yang berusaha terlihat punya pendirian. Padahal ya, dia hanya butuh diakui. Itu lucu, mengingat orang sekaliber dia, harusnya tak butuh pengakuan. Orang sudah tahu dirinya siapa. Jadi melihat polah-polah Elon Musk, saya justru heran.

Ini hanya pikiran saya saja. Tapi kadang saya curiga, jauh di balik wajah yang dibikin sok nggatheli itu, dia sebenarnya kesepian. Tak ada yang mengapresiasi dirinya, dan dia merasa sendiri.

Elon Musk, si paling melawan arus

Tidak bisa dimungkiri, pencapaian Elon Musk (sebelum Twitter, tentu saja) sebenarnya luar biasa. Proyek roketnya saya akui harus diapresiasi. Tapi entah apa yang ia pikirkan, makin ke sini, dia malah melabeli dirinya sendiri sebagai orang brengsek. Dan entah kenapa, dia justru bangga dengan itu.

Polah Elon ini mirip dengan orang-orang yang bangga melawan arus dan berusaha terlalu keras melawan arus. Ujung-ujungnya, mereka bahkan mau menggadaikan akal sehat asal terlihat berbeda. Cek saja di Twitter, banyak kali orang kayak gini. Isunya apa, mereka jawabnya gimana.

Baca Juga:

Starlink Biasa Saja, yang Indah-indah Hanya Imajinasi Netizen Indonesia

Desas-desus Telco X, Kejutan Baru Elon Musk untuk Indonesia?

Dan orang-orang tersebut—Elon pun termasuk, berlindung pada satu hal: kebebasan berpendapat.

Walking Contradiction

Saya tahu, kebebasan berpendapat haruslah dijunjung setinggi-tingginya. Bahkan saya memegang kata-kata Evelyn Beatrice Hall dalam bukunya The Friends of Voltaire tentang kebebasan berpendapat. “I disapprove of what you have to say, but I will defend to the death your right to say it.” Begitulah bunyinya, dan saya memegangnya hingga mati nanti. Praktiknya mungkin berbeda, tapi saya berusaha memegangnya.

Masalahnya adalah, terkadang manusia lupa, kalau kebebasan berpendapat itu tak berarti bebas berpendapat bodoh serta memaksa orang menghormatinya. Jika ada yang berpendapat bahwa 2+2=5, apa pendapat tersebut harus dihormati? Ha ndasmu.

Dan inilah masalah Elon Musk. Kebebasan berpendapat yang dia terapkan justru bikin orang tak nyaman. Dia justru mematikan kebebasan berpendapat dengan mematikan pendapat orang lain.

Mulai mumet sama penjelasan saya? Ya lumrah, saya sendiri mumet melihat polah Elon.

Begini. Bayangkan ada orang yang memegang kebebasan berpendapat, tapi punya pendapat kalimat “from river to the sea” adalah “necessarily imply genocide”. Kalau pemegang kebijakannya saja sudah remuk pemahamannya, bagaimana dia bisa bikin kebijakan yang bagus? Berharap apa, cuk.

Makin hari saya makin yakin, Elon Musk tak lebih dari orang yang sok kontra dengan apa pun. Orang mengeluh parkir, dihina miskin karena berat ngeluarin dua ribu rupiah. Ada yang mengeluh upah murah, disuruh minggat. Orang ngeluh dengan perilaku pengendara yang merokok, disuruh nutup kaca helm.

Betul, Elon Musk mirip anggota ICJ. Bedanya hanya, Elon kayanya minta ampun.

Nyatanya, memang bajingan

Elon Musk memperlihatkan siapa dirinya sebenarnya. Seorang tengil yang merusak kesenangan orang lain, dan bahagia melihat orang menderita. Saya tak bisa lagi melihatnya sebagai manusia yang akan memberi dunia masa depan jauh lebih baik. Bualannya tentang free speech hanyalah omong kosong yang bikin perut mulas. Kebijakan terbaru Twitter adalah contoh sahih betapa bajingan dirinya, dan menegaskan tuduhan yang selama ini dilekatkan padanya: produk apartheid.

Elon Musk, nyatanya, memang bajingan.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Seperti Cristiano Ronaldo, Elon Musk Itu Megalomania Sinting! RIP Twitter!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2023 oleh

Tags: elon muskKebebasan berpendapatkontradiksimegalomania
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

Kebebasan berpendapat

Kebebasan Berpendapat di Media Sosial: Jangan Bedakan Antara Media Sosial dan Kehidupan Nyata

19 September 2019
kill the mesenger

Simpangsiur Info TKA dan Ditangkapnya yang Sebar Video Apa Termasuk Praktik Kill The Mesenger?

18 Maret 2020
Ketum PSSI dan Kutukan yang Menyertai, masa jabatan kepala desa elon musk

Ketum PSSI dan Kutukan yang Menyertai

25 Mei 2022
hidung minimalis, pakai masker

Orang yang Nggak Mau Pakai Masker dan Bilang Kalau itu Haknya, Masuk Akal Nggak sih?

18 Mei 2020
Dari Bima Yudho Saya Belajar dan Paham Kenapa Orang Memilih Diam dan Bungkam

Dari Bima Yudho Saya Belajar dan Paham Kenapa Orang Memilih Diam dan Bungkam

15 April 2023
Desas-desus Telco X, Kejutan Baru Elon Musk untuk Indonesia?

Desas-desus Telco X, Kejutan Baru Elon Musk untuk Indonesia?

10 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.