Pembahasan soal tukang parkir ilegal memang sudah lazim kita dengar. Temanya pun tentu saja mengarah pada citra negatif, nggak ada manis-manisnya kayak Le Minerale. Kasus yang kerap terjadi, saat si tukang parkir ilegal yang sedari awal nggak kita ketahui keberadaanya, secara tiba-tiba nongol, berdiri di samping kita, melakukan sedikit improvisasi penunjuk arah, lalu nagih uang parkir pas kita pengin cusss dari lokasi.
Makanya nggak jarang sebagian orang menganggap jika tukang parkir ilegal itu adalah profesi gaib. Sebab, kemampuannya menghilang dan muncul secara tiba-tiba. Peran semacam itulah yang bikin mangkel banyak orang.
Namun, kita luangkan waktu sejenak untuk berkontemplasi. Kita bisa menemukan sebuah hikmah di balik itu. Semacam pencerahan spiritual. Sebuah pencerahan yang menggambarkan jika, sebenarnya kekesalan-kekesalan semacam itu kadang muncul bukan karena kinerja tukang parkir ilegal ini yang jauh dari kata profesional, tetapi kita yang memang pada dasarnya nggak rela keluar duit buat bayar jasa mereka yang nggak ngapa-ngapain itu.
Coba kita ubah cara pikir dan menganggap setiap duit yang kita keluarkan adalah sebagai bentuk sedekah. Ceritanya sekalian bantu-bantu gitu. Pasti dampaknya akan jauh berbeda.
Saya yakin Anda nggak akan jengkel jika tukang parkir nagih uang, meskipun dia nggak ngapa-ngapain. Soalnya kita sudah meng-update niat kita naik satu derajat ke tingkat spiritual yang lebih baik. Jadi, sebenarnya ini adalah perkara ikhlas atau nggak ikhlasnya diri kita untuk berbagi sama orang lain.
Kita harus paham, ketika kita memberi duit kepada tukang parkir yang nggak jelas ini.Terlepas mereka bekerja atau nggak secara profesional, pemberian kita akan bernilai ibadah. Ingat, ibadah itu tergantung niatnya.
Sedangkan jika mereka menerima uang hasil dari kinerjanya sebagai tukang parkir yang nggak profesional itu. Pun duitnya terserah dia mau digunain buat apa, itu urusannya beda lagi. Itu perkara dia sama Tuhan. Bukan urusan kita untuk kepoin sampai sejauh itu.
Namun kenyataanya, kita dikuasai ketakutan kita sama tukang parkir semacam itu. Belum apa-apa, kita sudah menghindar saat ngelihat mereka nongkrong di lokasi yang pengin kita tuju. Kemudian sibuk muter-muter nyari tempat yang nggak ada tukang parkirnya. Alasan kita menghindar, jelas karena kita takut duit kita melayang cuma-cuma.
Kita juga kadang sudah suuzan duluan. Padahal bisa saja tukang parkir yang kita hindari ini betul-betul menanamkan sikap profesionalisme yang paripurna. Nutupi helm dengan kantong kresek pas hujan, nutupin dudukan motor dengan kardus pas lagi matahari murka, menata motor seestetik mungkin, membantu memasukkan dan mengeluarkan motor dari parkiran, serta tindakan-tindakan terpuji lainnya. Tetapi yah, kembali lagi karena memang pada dasarnya kita pelit.
Kekesalan-kekesalan kita sama tukang parkir nggak akan muncul jika kita belajar berbagi. Bahkan, sebenarnya tanpa kita sadari keberadaan tukang parkir ilegal ini sebagai martir untuk menguji keberimanan kita. Untuk menguji seberapa besar rasa tanggung jawab kita antarmanusia.
Memang harus kita akui, untuk sampai ke taraf itu sangatlah sulit. Namun, bukankah setiap pencapaian yang memuaskan mesti membutuhkan pengorbanan? Dan yang membedakan setiap pengorbanan itu hanyalah kadar usahanya. Semakin besar kadar usahanya, semakin tinggi tingkat kualitas kebahagiaan yang akan kita raih.
Perkara tukang parkir yang bikin mangkel itu sangat mudah kita atasi ketika kita bisa belajar ikhlas. Jika untuk perkara yang menyebalkan seperti tukang parkir liar ini saja, kita sudah ikhlas dan rela berbagi, bagaimana untuk hal-hal lain yang memang dari awal kita punya niatan untuk berbagi. Pasti kenikmatannya akan terasa lebih paripurna.
Saya yakin hidup kita akan lebih tenang dan nikmat. Sebab kita nggak lagi punya pikiran buruk sama si tukang parkir yang gaib ini. Selain itu, dengan ikhlas berbagi, maka akan mengaktifkan energi positif yang akan membuat kita merasa bahagia.
Pernyataan ini dipertegas oleh Jorge Moll di National Institute of Health. Blio pernah ngomong ketika seseorang memberikan derma, hal tersebut akan mengaktifkan bagian-bagian otak yang terhubung dengan kenikmatan, koneksi sosial, dan kepercayaan yang kesemuanya menciptakan efek pendar yang hangat.
Selain mengaktifkan energi positif, berbagi juga tentunya menambah tabungan pahala kita di akhirat. Sumber kebahagiaan dan ladang pahala itu banyak, tinggal kita yang pintar-pintar dan pengin memanfaatkan setiap momen yang ada.
Belajar berbagi itu bisa dimulai dari hal sederhana bahkan dari tukang parkir liar yang kerjanya nggak jelas ini. Jadi, berterima kasihlah pada mereka. Meskipun pekerjaannya kerap mendapatkan citra negatif, namun secara nggak langsung membantu kita. Tentu saja dalam hal mendapatkan kesempatan untuk menambah sumber kebahagiaan dan tabungan pahala di akhirat.