Setiap Lebaran saya mudik ke Dusun Reco Gresik dari Mojokerto. Dusun tersebut tepatnya terletak di Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom. Walau berbeda kabupaten, sebenarnya jarak rumah saya dan tujuan mudik tidak begitu jauh. Mengingat saya tinggal di Mojokerto yang berbatasan langsung dengan Gresik.
Mungkin beberapa orang bilang ritual mudik saya setiap tahun tidaklah valid karena tidak jauh dan tidak memakan waktu hingga berjam-jam. Namun, bagi saya, ritual itu tetap saya katakan mudik karena di momentum itulah saya bisa berjumpa dengan keluarga besar di Dusun Reco. Kebetulan di sana masih ada rumah simbah dan pakde saya.
Selain itu, walau berjarak tidak jauh, saya merasa ada perbedaan signifikan antara tempat tinggal saya di perbatasan Mojokerto dan Dusun Reco Gresik. Saya merasa daerah keluarga besar saya itu tidak diurus oleh pemerintah setempat. Padahal daerah itu cukup bersejarah lho. Ada banyak sekali peninggalan sejarah dari zaman Waliyullah hingga zaman Penjajahan Belanda.
Daftar Isi
Dusun Reco Gresik banyak ditemukan arca
Sebelum menulis artikel ini, saya sempat bertanya ke pakde saya mengenai asal-usul dusun yang dihuni oleh 154 KK ini. Katanya, dusun ini dinamai reco karena ditemukannya banyak arca alias patung di sana. Asal-usul ini juga diketahui pakde dari orang tua-orang tua dahulu.
Hanya saja ada banyak versi terkait lokasi ditemukan arca-arca itu. Ada yang mengatakan arca itu pernah ada di setiap pelataran rumah warga, tapi sudah dibawa penjajah Belanda ke museum Mojokerto. Ada juga yang mengatakan arca tersebut berada di ladang bukit Dusun Reco. Bahkan, ada sumber yang mengatakan, arca masih ada di rumah warga Dusun Reco Gresik. Hanya saja, kalau mau melihatnya, harus mengerjakan lelaku terlebih dahulu.
Terlepas keberadaan pasti arca-arca itu, warga setempat sudah percaya bahwa dusunnya memang tempat banyak arca disimpan untuk media pemujaan. Kepercayaan itu semakin diperkuat dengan sejarah makam salah satu keponakan Sunan Giri. Kok bisa?
Ada makam keponakan Sunan Giri, Ibrahim bin Kholiq
Ini masih berdasar cerita pakde saya. Katanya di dusun ini ada makam salah satu keponakan Sunan Giri yang bernama Ibrahim bin Kholiq. Konon, Ibrahim bin Kholiq mendapat perintah agar berdakwah dengan syarat harus membuka lahan terlebih dahulu. Itu mengapa dia membuka lahan di kawasan Dusun Reco Gresik yang diketahui sebagai tempat dengan banyak arca. Keberadaan arca-arca ini penanda bahwa kebanyakan warga belum mengenal ajaran Islam pada saat itu.
Cerita itu diperkuat dengan bukti makam berukuran cukup besar, panjangnya mencapai 2,5 meter. Makam-makam sepanjang itu biasanya merupakan makam Waliyullah. Apalagi makan itu dikelilingi oleh pagar memutar dan terdapat tulisan “keramat”. Keramat kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab adalah karomah. Artinya, sebutan untuk manusia yang punya kekuatan sangat luar biasa. Dalam tradisi agama Islam, manusia semacam itu disebut sebagai Waliyullah.
Dusun yang diterlantarkan Pemkab Gresik
Mirisnya, keberadaan Dusun Reco ini bisa dibilang dianaktirikan pemkab Gresik. Kenapa? Karena Dusun Reco tak pernah mendapat perhatian lebih dari pemerintah terkait. Dusun tetangga, Dusun Klagen masih cukup mendapat perhatian dengan dibangunnya jalan cor dan fasilitas lainnya. Hanya Dusun Reco yang sampai sekarang hanya mendapat pembangunan jalan makadam.
Jalan makadam adalah jalan yang terbentuk dari susunan batu. Menurut pakde saya, pembangunan jalan makadam dilakukan pada belasan tahun lalu, tepatnya tahun 2003. Tidak heran kalau jalan makadam itu kini sudah rusak. Banyak lubang di mana-mana. Nasib penerangan dusun ini tidak jauh berbeda alias tidak dapat perhatian pemerintah setempat. Kalau nggak ada inisiatif warga, dusun ini mungkin masih gelap gulita bak dusun mati.
Fasilitas pendidikan alakadarnya
Di atas baru soal fasilitas fisik di Dusun Reco Gresik, belum bicara soal sumber daya manusianya. Kenyataannya, anak-anak muda di dusun ini kesulitan terhadap akses pendidikan. Kalau mau sekolah mereka harus jauh-jauh ke Mojokerto atau ke pusat kota yang jaraknya lumayan jauh.
Pakde saya menjelaskan, rata-rata warga dusun ini hanya sekolah hingga lulus SD. Lulusan SMP sudah sangat langka, bahkan dianggap berbeda. Miris, tapi tidak mengherankan mengingat fasilitas gedung sekolah sangat susah.
Saya memang bukan warga asli Dusun Reco Gresik, tapi tetap saja saya peduli dengan daerah tersebut karena keluarga besar saya masih tinggal di sana. Sangat disayangkan daerah dengan nilai sejarah yang tinggi itu nggak diurus oleh pemerintah setempat sehingga begitu tertinggal. Entah dari sisi fasilitasnya maupun sumber daya manusianya.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Tulangan Sidoarjo: Daerah Perbatasan yang Nyaman, Cocok Jadi Tempat Pensiunan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.