Banyak orang sepakat MR DIY adalah godaan yang sulit ditolak buat buang-buang uang. Sering saya masuk ke tokonya hanya karena iseng, tanpa ada urgensi. Celakanya, saat keluar dari toko, pasti ada saja barang yang ditenteng meski sebenarnya nggak butuh-butuh amat.
Namun, jangan salah. Di balik slogan “Always Low Prices” yang senantiasa didengungkan, ada sejumlah dosa fundamental MR DIY yang sulit saya lupakan. Ini adalah curhat jujur seorang pelanggan yang semoga bermanfaat bagi orang lain supaya lebih waspada kalau ke sana.
#1 Segel atau plastik barang sering terbuka, saya curiga barang sudah dicoba
Dosa MR DIY yang satu ini adalah biang keladi kenapa saya jadi berpikir dua kali kalau mau beli. Fenomena plastik segel yang terbuka sering saya jumpai di etalase mainan anak dan alat tulis. Niat awalnya mau beli kado yang harganya terjangkau.
Namun keinginan itu pupus karena plastik pembungkus barang yang saya mau sudah terlepas. Jelas, seketika saya urung belanja. Kan nggak lucu kalau kado yang saya kasih nanti dikira barang bekas pakai atau pernah dijajal. Ketimbang malu, mending saya melipir ke toko serupa meski harganya sedikit lebih mahal.
Baca halaman selanjutnya: Penataan toko semrawut…
#2 Penataan toko MR DIY kerap semrawut dan asal tumpuk seperti gudang barang sale yang nggak terurus
Masuk ke MR DIY kadang terasa seperti masuk ke gudang barang out season yang nggak terurus. Sering sekali saya menemukan barang yang jelas-jelas bukan di tempatnya. Misalnya saja, jepit rambut yang nyempil di antara gelas plastik untuk kumur.
Kekacauan yang paling disayangkan adalah di rak-rak yang memuat barang ringan, khususnya buku tulis dan paper bag. Penataannya terlihat asal-asalan, membuat ujung buku atau paper bag jadi terlipat. Ini bikin pelanggan jadi malas beli, meskipun sudah terlanjur cinta sama motifnya. Siapa juga yang mau beli barang baru tapi kondisinya sudah seperti barang cuci gudang, kan?
#3 Barang yang rusak tetap dijual, mentalitas asal laku yang bikin pembeli merasa tertipu
Dosa MR DIY yang satu ini benar-benar fatal dan sukses membuat saya merasa dikadali. Saya pernah punya pengalaman pahit saat membeli kotak makan yang dipajang persis di depan kasir. Waktu itu, kotak makannya memang dilabel harga diskon, tetapi terlihat meyakinkan karena masih terplastik rapi. Saya pikir, ini namanya rezeki.
Ternyata anggapan saya salah besar. Saat dibuka di rumah, ternyata salah satu bagian penyekat di dalam kotak makan itu sudah pecah! Di situ, saya merasa ditipu mentah-mentah. Rasanya seperti dibohongi secara halus. Diskonnya nggak seberapa, tapi barangnya zonk total. Sejak saat itu saya mulai paham, plastik pembukus bukan jaminan produk MR DIY dalam kualitas prima.
#4 Pencahayaan toko MR DIY agak redup yang membuat kurang nyaman berlama-lama
Penataan cahaya itu sejatinya masuk faktor penting dalam berbisnis retail. Toko yang cerdas biasanya memadukan cahaya cool white dan kuning supaya nuansa gerai terlihat lebih hangat dan mewah, tetapi tetap terang serta nyaman buat mata. Tujuannya jelas, agar pelanggan betah berlama-lama dan lapar mata sehingga penjualan toko naik.
Sayangnya, di MR DIY, elemen pencahayaan ini terasa kurang diperhatikan dan cenderung diabaikan. Cahayanya hanya didominasi satu warna putih yang terkesan suram. Akibatnya fatal. Toko terlihat kurang terawat, bahkan terkesan kotor. Selain itu, pencahayaan yang redup ini juga membuat barang-barang yang dijual terlihat lusuh dan nggak menarik.
#5 Kasir sering menghilang saat mau bayar
Meski saya paham bahwa situasi ini mungkin terjadi karena alasan efisiensi, tetap saja bikin jengkel. Pelanggan terpaksa harus celingak-celinguk dan mencari keberadaan staf di antara jajaran rak yang cukup padat. Sementara, kalau nekat meninggalkan antrean kasir sebentar untuk mencari staf, risiko yang dihadapi adalah diselip pembeli lain. Intinya, proses pembayaran di MR DIY adalah ujian mental yang bikin acara belanja bisa batal.
MR DIY harusnya ingat, harga murah nggak berarti kualitas presentasi harus ikut-ikutan turun. Jika hal-hal krusial semacam ini dikesampingkan, lama-lama pelanggan akan benar-benar jera dan pindah ke toko lain. Toh, mencari barang murah sekarang nggak sesulit mencari jodoh.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA MR DIY Tempat Belanja yang Perlu Diwaspadai: Ini Ada, Itu Ada, Tiba-tiba Duit Habis Tak Bersisa.
