Saat ini, IAIN Kediri tengah menghadapi beberapa masalah yang cukup pelik. Pertama, sampai saat ini, status kampus tak kunjung berubah menjadi UIN. Kedua, mereka sungguh tidak beruntung jika membahas soal tata letak kampus. Apalagi mereka hendak membangun gedung baru.
Masalahnya, daerah di sekeliling IAIN Kediri sudah sangat padat oleh rumah penduduk dan pasar grosir Kota Kediri. Oleh sebab itu, kalau membangun gedung baru, pasti harus menghadapi warga lokal Ngronggo, Pemerintah Kota Kediri, dan serba-serbi penjual.
Daftar Isi
Sengketa tanah yang “melibatkan” IAIN Kediri
Maret lalu, telah terjadi sebuah fenomena yang tidak menguntungkan untuk IAIN Kediri. Jadi, ada sengketa tanah dan berujung penggusuran beberapa rumah masyarakat Ngronggo. Celakanya, ada yang mencatut nama IAIN Kediri sebagai “tokoh utama”.
Singkat cerita, rektorat membantah klaim tersebut. Intinya, rektorat tidak terlibat atas penggusuran yang terjadi tepat di sebelah selatan kampus. Namun, beberapa minggu kemudian, terpampang aktivitas baru di tanah Ngronggo. Yang tak lain adalah pembangunan gedung baru IAIN Kediri, tepat di belakang tanah bekas penggusuran yang sebelumnya melahirkan masalah.
Fakta lapangan mengatakan, pembangunannya memang tidak di atas tanah penggusuran. Akan tetapi, akses menuju pembangunannya jelas melewati tanah penggusuran itu. Semua yang berkenaan dengan alat berat demi kepentingan pembangunan, pasti melewati tanah penggusuran.
Akibatnya, saya, sebagai mahasiswa IAIN Kediri ikut bingung dengan fenomena yang terjadi. Belum juga ditambah dengan bumbu percakapan warga sekitar, saya sebagai mahasiswa mati membeku ketika melintas di depan pembangunan tersebut.
Baca halaman selanjutnya
Kerepotan yang akan dihadapi kampus
Menurut saya, IAIN Kediri, yang punya hajat memperluas kampus akan menghadapi kerepotan. Masalahnya, lahan kosong di sekitar kampus itu praktis tidak ada. Misalnya sebelah selatan kampus sudah penuh rumah warga. Di utara, ada pasar grosir. Menengok ke barat, ada jalan besar. Timur? Aneka toko sudah memenuhi daerah itu.
Jadi, hanya ada 2 pilihan untuk kampus, yaitu membangun di sisi utara dan timur. Namun, 2 pilihan itu sama-sama bakal menghadirkan kerepotan yang kudu diperhatikan kampus.
Pertama, jika IAIN Kediri membangun gedungnya di pasar grosir, pasti akan menghadapi penolakan dari Pemkot. Pedagang di pasar grosir pasti akan kena gusur. Kedua, jika membangun di sisi timur, kampus harus membeli tanah dari pemilik toko secara sportif biar nggak jadi “dosa” di masa depan.
Membangun dengan cara benar
IAIN Kediri perlu memikirkan semua pilihan secara masak. Saya agak memahami bahwa pembangunan gedung ini penting untuk mengejar status UIN. Ya, kelayakan gedung memang menjadi keprihatinan.
Bila niat untuk membangun gedung sangat besar, kampus perlu membersamainya dengan cara benar. Jika cara pengerjaannya tidak benar atau kurang jeli, berpotensi melahirkan masalah yang bisa menjelma jadi catatan buruk untuk IAIN Kediri.
Jika terjadi “kesalahan”, saya dapat memastikan bahwa kampus akan kehilangan marwah di depan warga sekitar. Jadi, saya, sebagai mahasiswa, sangat berharap pembangunan gedung baru tidak berakhir dengan tercorengnya nama baik kampus.
Apalagi kalau akhirnya merugikan pihak-pihak tertentu alias masyarakat Ngronggo dan sekitarnya. Karena saya sebagai mahasiswa IAIN Kediri, merasa telah banyak terbantu oleh masyarakat Ngronggo. Misalnya dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti makan dan lain-lain. Yuk, IAIN Kediri, bisa yuk.
Penulis: Muhammad Izzat Qurtubi
Editor: Yamadipati Seno