Detail dalam Dorama Jepang yang Bikin Penonton Drama Korea Kaget

Detail dalam Dorama Jepang yang Bikin Penonton Drama Korea Kaget

Detail dalam Dorama Jepang yang Bikin Penonton Drama Korea Kaget (Unsplash.com)

Gara-gara keseringan nonton drama Korea, saya jadi mengalami “culture shock” waktu nonton dorama Jepang. Beda banget!

Selama tujuh tahun berturut-turut, saya hanya menonton serial yang berasal dari Korea Selatan. Kadang kala saya juga nonton serial Barat, tapi itu cuma sebagai selingan dan hanya dilakukan sekali dua kali. Pun yang saya tonton hanya serial yang memang sedang naik daun.

Satu-satunya alasan saya hanya nonton drama Korea selama kurun waktu itu karena sudah terbiasa. Saya sudah terbiasa dengan pola drakor yang umumnya punya 16-20 episode, nggak sampai bermusim-musim, dan minim adegan-adegan yang menjurus ke pornografi. Selain itu, dialog para tokohnya juga tetap bisa saya simak walaupun subtitle-nya ngaco atau timing-nya nggak pas berkat sedikit pemahaman bahasa Korea yang saya miliki.

Setelah tujuh tahun berselang, saya mulai merasa jenuh dengan drama Korea karena beberapa alasan. Akhirnya saya iseng mencoba serial dari negara tetangganya, Jepang. Iseng-iseng ini ternyata nggak sia-sia juga. Walaupun banyak orang yang bilang bahwa dorama Jepang itu freak dan aneh, untungnya drama yang saya tonton untuk mengalihkan perhatian dari drakor lumayan bisa diterima oleh akal.

Selama nonton dorama Jepang, di samping menikmati alurnya, saya juga menemukan beberapa detail yang berbeda dari drama Korea. Sejujurnya, detail-detail ini sempat membuat saya kaget dan mengalami culture shock. Berikut beberapa detail dalam dorama Jepang yang bikin penonton drama Korea kayak saya terkejut.

#1 Karakter dorama Jepang membungkuk 90 derajat

Di beberapa negara, khususnya negara-negara Asia Timur, membungkuk adalah salah satu budaya sekaligus tata krama. Membungkukkan badan kepada orang lain merupakan cara tradisional untuk menyapa, berterima kasih, memohon bantuan, atau meminta maaf.

Keterkejutan saya yang pertama berkenaan sama hal ini. Di dorama Jepang yang saya tonton, para karakternya selalu membungkuk hingga 90 derajat. Ketika mereka merasa bersalah atau sedang meminta bantuan, mereka akan membungkuk 90 derajat kepada orang lain, bahkan jika lawan bicaranya seumuran.

Berbeda dengan bagaimana drama Korea menggambarkan orang Korea yang lumayan jarang membungkuk hingga membentuk sudut siku-siku. Di drakor, orang Korea lebih sering cuma menundukkan kepala sedikit, nggak sampai sebadan-badan membungkuk kayak yang saya jumpai di dorama. Membungkuk 90 derajat di drakor hanya ada di kasus dan lingkungan tertentu, bukan pada kehidupan sehari-hari.

Baca halaman selanjutnya: Dorama menggambarkan orang Jepang dengan lebih realistis…

#2 Manusia memang nggak sempurna

Pada drama Korea, visual para aktor dan aktris (khususnya pemeran utama) adalah yang nomor satu. Kesempurnaan fisik berperan penting di drakor. Bahkan tokoh yang digambarkan miskin sampai harus utang sana-sini pun tetap bisa glowing dan bajunya bagus. Makanya nggak heran kalau orang di luar Korea Selatan mengira bahwa semua orang Korea itu cantik-cantik dan ganteng-ganteng.

Dari yang saya lihat, dorama Jepang menggambarkan orang Jepang dengan lebih realistis. Tokoh utamanya nggak harus tinggi, cakep, dan berotot. Mereka menggambarkan dunia yang beragam ini dengan lebih nyata. Bahkan di dorama yang saya lihat saja tokoh utama cowoknya punya bulu ketek dan kerempeng. Hal itu hampir mustahil ditemukan di drakor.

#3 Product placement nggak begitu masif

Strategi periklanan yang khas banget dari drama Korea adalah dengan menerapkan product placement. Suatu produk akan ditempatkan secara langsung di dalam drama, baik itu dalam bidikan kamera, disebut dalam percakapan, maupun digunakan untuk mengembangkan plot. Contohnya di drakor kita sering melihat satu negara mobilnya Hyundai dan HP-nya Samsung Z Flip semua. Lalu para tokohnya makan siang di Subway, minum beer Hite, dan pakai body care Scarlett.

Di dorama Jepang pun ada product placement. Bedanya, dorama Jepang main lebih “rapi” karena product placement-nya nggak sebanyak drakor. Di setiap episode dorama Jepang belum tentu ada satu product placement. Tapi di drakor, satu scene saja bisa langsung ada dua sampai tiga produk yang diiklankan.

Product placement memang tujuannya meningkatkan brand awareness ke penonton, sih. Tapi kalau kebanyakan ya bikin penonton risih.

#4 Episode dorama Jepang sedikit dan durasi pendek

Terakhir, saya cukup kaget waktu tahu ternyata dorama Jepang nggak begitu banyak jumlah episodenya. Sebagian besar dorama Jepang cuma menayangkan 10-12 drama. Durasinya pun hanya sekitaran 45 menit.

Mengingat durasinya yang pendek dan jumlah episodenya yang sedikit, hampir nggak ada porsi untuk side story di dorama Jepang. Cerita hanya berkutat di para pemeran utama dengan interaksi yang terbatas sama pemeran pendukung.

Hal ini berbeda dengan drama Korea yang ceritanya kerap kali sampai ke mana-mana. Supporting roles, seperti love line sahabat pemeran utama sampai trauma yang dialami kakak pemeran utama, juga diceritakan dalam drakor.

Begitulah kalau kelamaan nonton drama Korea, langsung culture shock waktu nonton serial produksi negara lain. Keterkejutan yang saya alami bukan berarti menunjukkan kalau drama Korea lebih buruk daripada dorama Jepang atau sebaliknya, ya. Keduanya punya plus-minus masing-masing dan tetap worth to watch.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 7 Drama Korea Terkenal yang Sebenarnya Adaptasi Dorama dan Manga Jepang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version