Gara-gara keseringan nonton drama Korea, saya jadi mengalami “culture shock” waktu nonton dorama Jepang. Beda banget!
Selama tujuh tahun berturut-turut, saya hanya menonton serial yang berasal dari Korea Selatan. Kadang kala saya juga nonton serial Barat, tapi itu cuma sebagai selingan dan hanya dilakukan sekali dua kali. Pun yang saya tonton hanya serial yang memang sedang naik daun.
Satu-satunya alasan saya hanya nonton drama Korea selama kurun waktu itu karena sudah terbiasa. Saya sudah terbiasa dengan pola drakor yang umumnya punya 16-20 episode, nggak sampai bermusim-musim, dan minim adegan-adegan yang menjurus ke pornografi. Selain itu, dialog para tokohnya juga tetap bisa saya simak walaupun subtitle-nya ngaco atau timing-nya nggak pas berkat sedikit pemahaman bahasa Korea yang saya miliki.
Setelah tujuh tahun berselang, saya mulai merasa jenuh dengan drama Korea karena beberapa alasan. Akhirnya saya iseng mencoba serial dari negara tetangganya, Jepang. Iseng-iseng ini ternyata nggak sia-sia juga. Walaupun banyak orang yang bilang bahwa dorama Jepang itu freak dan aneh, untungnya drama yang saya tonton untuk mengalihkan perhatian dari drakor lumayan bisa diterima oleh akal.
Selama nonton dorama Jepang, di samping menikmati alurnya, saya juga menemukan beberapa detail yang berbeda dari drama Korea. Sejujurnya, detail-detail ini sempat membuat saya kaget dan mengalami culture shock. Berikut beberapa detail dalam dorama Jepang yang bikin penonton drama Korea kayak saya terkejut.
#1 Karakter dorama Jepang membungkuk 90 derajat
Di beberapa negara, khususnya negara-negara Asia Timur, membungkuk adalah salah satu budaya sekaligus tata krama. Membungkukkan badan kepada orang lain merupakan cara tradisional untuk menyapa, berterima kasih, memohon bantuan, atau meminta maaf.
Keterkejutan saya yang pertama berkenaan sama hal ini. Di dorama Jepang yang saya tonton, para karakternya selalu membungkuk hingga 90 derajat. Ketika mereka merasa bersalah atau sedang meminta bantuan, mereka akan membungkuk 90 derajat kepada orang lain, bahkan jika lawan bicaranya seumuran.
Berbeda dengan bagaimana drama Korea menggambarkan orang Korea yang lumayan jarang membungkuk hingga membentuk sudut siku-siku. Di drakor, orang Korea lebih sering cuma menundukkan kepala sedikit, nggak sampai sebadan-badan membungkuk kayak yang saya jumpai di dorama. Membungkuk 90 derajat di drakor hanya ada di kasus dan lingkungan tertentu, bukan pada kehidupan sehari-hari.
Baca halaman selanjutnya: Dorama menggambarkan orang Jepang dengan lebih realistis…