Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

Akbar Mawlana oleh Akbar Mawlana
11 April 2023
A A
Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Berbicara tentang kuliner Surabaya, menjadi tidak afdal apabila tidak menyangkut pautkan orang Madura. Ibarat kata, kuliner di Surabaya dan orang Madura tidak bisa dipisahkan. Memang, meski tidak semua kuliner Surabaya dimiliki oleh orang Madura, cuman yang pasti adalah setiap kuliner di daerah Surabaya sudah tentu ada orang Madura.

Saya meyakini hal itu karena selama berkuliah di Surabaya kerap berburu kuliner. Hampir setiap kali berburu kuliner di beberapa daerah Surabaya, pasti ada orang Madura yang berjualan kuliner. Misalnya, di daerah Ketintang dan Jetis Kulon. Di Ketintang dan Jetis Kulon hampir rata-rata penjual tahu tek, lalapan, nasi goreng, dan sate berasal dari orang Madura.

Begitu juga saat saya mencari makanan di daerah Jagir, Sawahan, dan Wonokromo, sudah tentu pasti ada penjual kuliner dari orang Madura. Bahkan, di setiap pasar besar Surabaya, pasti ada orang Madura yang menjual kuliner, baik makanan ringan dan berat.

Pertanyaannya, bagaimana bisa banyak penduduk Pulau Garam berjualan kuliner di Surabaya? Bisa dikatakan bahwa sebenarnya sejak dari dulu orang Madura sudah mengepakkan sayapnya sebagai penjual kuliner di Surabaya.

Migrasi Madura ke Surabaya sejak dulu kala

Secara histori, Madura memang tidak bisa dipisahkan dengan Surabaya. Sejak masa pemerintahan kolonial, sudah banyak orang Madura bermigrasi ke Surabaya. Utamanya adalah orang Madura barat, yakni Bangkalan. Alasan mereka memilih pergi dari Madura karena tidak kuat melihat kondisi kekejaman kolonial dan pemerintah lokal yang bersikap brutal terhadap rakyat jelata..

Dan salah satu mata pencaharian orang Madura yang bermigrasi ke Surabaya pada zaman kolonial adalah berjualan, termasuk berjualan kuliner. Kajian sejarah dari Sitti Zulaihah memperlihatkan bahwa pada 1930, rata-rata mereka berjualan sate.

Sebab, tidak mungkin mereka bekerja di instansi pemerintahan pada zaman kolonial. Syarat bagi pribumi untuk bisa menjadi pegawai instansi pada masa kolonial harus mempunyai status sosial tinggi. Tentu sangat nihil bagi orang Madura yang bermigrasi ke Surabaya bisa bekerja di instansi pemerintahan, mengingat rata-rata mereka berasal dari golongan orang kene’ (orang kecil).

Memasuki era kemerdekaan hingga sekarang, eksistensi mereka di Surabaya masih tetap terjaga. Bahkan, cenderung semakin berkembang jumlahnya.

Baca Juga:

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Ikatan sosial jadi kunci

Saya tidak menemukan data tentang jumlah orang Madura yang berjualan kuliner di Surabaya hingga sekarang. Namun, saya mengetahui alasan semakin meningkat jumlahnya yang berjualan di Surabaya. Sebab, adanya ikatan sosial. Orang Madura punya ikatan sosial yang kuat. Dengan kuatnya ikatan sosial, maka ada proses interaksi berupa ajakan pada kerabat atau kawan untuk ikut bekerja sebagai penjual kuliner di Surabaya.

Saya teringat ketika berinteraksi dengan penjual tahu tek dan nasi goreng yang berasal dari Madura. Saya mengajukan pertanyaan pada penjualnya saat sedang memasak, “Kok bisa memilih Surabaya sebagai tempat berjualan?” Dan antara pedagang tahu tek dan nasi goreng punya jawaban sama, yakni diajak teman dan kerabatnya.

Teman dan kerabatnya berkata kalau kerja di Surabaya, hasilnya lebih besar daripada di Madura. Dengan dalih pendapatan yang besar itu, maka penjual tahu tek dan nasi goreng tadi langsung memilih Surabaya sebagai tempat mencari sumber penghidupan.

Memang kalau hitung-hitungan ekonomi, pendapatan penjual kuliner di Surabaya lebih besar daripada di Madura. Secara harga jual, harga kuliner di Surabaya lebih tinggi daripada di Madura. Misalnya, seporsi nasi goreng di Surabaya bisa dibanderol sebesar dua belas sampai lima belas ribu, sedangkan di Madura rata-rata hanya sepuluh ribu. Kalau harga kuliner di Madura dibanderol dengan harga tinggi, konsekuensinya tidak akan laku.

Belum lagi secara jumlah pembeli, lebih banyak di Surabaya daripada di Madura. Melihat dari jumlah penduduk Surabaya lebih tinggi daripada di Madura. Di Surabaya banyak perantau, sedangkan di Madura banyak yang merantau keluar kota. Sehingga, secara akumulasi kuantitatif, memang pendapatannya lebih menguntungkan menjadi penjual kuliner di Surabaya.

Nggak perlu merasa tidak enak

Besarnya pemasukan orang Madura yang menjual kuliner di Surabaya juga bisa terjadi karena tidak kenal dengan orang-orang dekat, seperti kerabat dan teman. Oleh karena tidak kenal dengan orang dekat, mereka tidak harus memberikan potongan harga atau gratis.

Mengingat, di Madura masih menjaga budaya sengka. Sederhananya, budaya tidak enakan kalau tidak memberi sesuatu pada orang dekat. Tentu hal tersebut secara ekonomi akan merugikan pemasukan. Meskipun ada juga yang ikhlas memberikan sajian gratis pada orang terdekat dengan alasan ridha Allah.

Jadi jangan tanya, sampai kapan orang Madura akan berjualan kuliner di Surabaya. Sungguh pertanyaan yang tidak ada nilai gunanya. Jawabannya hanya satu, kalau kiamat sudah datang. Itu pun keknya tutup setengah hari. Kapan kiamat datang? Hanya Tuhan yang tahu. Bukankah tugas manusia hanya berikhtiar untuk mendapatkan hidup yang baik?

Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Tempat Makan di Surabaya dengan Porsi Jumbo, Dijamin Wareg!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 April 2023 oleh

Tags: kuliner surabayaorang maduraperantausejarah
Akbar Mawlana

Akbar Mawlana

Mahasiswa yang gemar gelisah dan menulis.

ArtikelTerkait

4 Rekomendasi Kuliner Bebek di Surabaya selain Bebek Sinjay dan Bebek Purnama

4 Rekomendasi Kuliner Bebek Enak di Surabaya selain Bebek Sinjay dan Bebek Purnama

21 Desember 2024
Stasiun Tanjung Priok di Mata Perantau Jogja: Stasiun Terminus Paling Megah di Jawa, tapi Jauh dari Mana-mana

Stasiun Tanjung Priok di Mata Perantau Jogja: Stasiun Terminus Paling Megah di Jawa, tapi Jauh dari Mana-mana

23 Juli 2024
Kisah Cinta Paling Tragis Bukan Drama Cintamu, Tapi Kisah Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin

Kisah Cinta Paling Tragis Bukan Drama Cintamu, Tapi Kisah Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin

21 November 2019
Kisah Cinta Tragis Lainnya: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Ala Tan Malaka

Kisah Cinta Tragis Ala Tan Malaka: Empat Kali Mencinta, Lima Kali Ditolak

25 November 2019
Sidoarjo Ramah untuk Pebisnis, tapi Tidak Ramah untuk Perantau

Sidoarjo Ramah untuk Pebisnis, tapi Tidak Ramah untuk Perantau

14 Maret 2023
Sebagai Orang Madura, Saya Sebenarnya Agak Segan Belanja di Warung Madura

Sebagai Orang Madura, Saya Sebenarnya Agak Segan Belanja di Warung Madura

29 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.