Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dilemanya Naik Trans Jakarta: Berdiri Capek, Duduk Merasa Bersalah

Suci Fitrah Syari oleh Suci Fitrah Syari
16 Maret 2020
A A
Dilemanya Naik Trans Jakarta: Berdiri Capek, Duduk Merasa Bersalah
Share on FacebookShare on Twitter

Ini yang saya rasakan ketika menggunakan Bus Trans Jakarta (TJ). Merasa dilema antara memilih duduk saja atau berdiri. Sebuah anugerah yang luar biasa tentunya ketika bisa mendapati TJ dengan kursi kosong. Sebab, pemandangan seperti itu sangat jarang saya temukan di transportasi berwarna dominan biru ini. Apalagi kalau rutenya padat dan lama, berdiri berjam-jam tentu membuat kaki marasa pegal. Belum lagi kalau situasi dalam Trans Jakarta yang sering berdesak-desakan, saya harus tetap siap-siaga memperhatikan orang di samping, kanan, kiri, depan, dan belakang, agar tak bersentuhan ataupun menjaga hal-hal yang tak diinginkan.

Saya cukup insecure memang, kalau berada di transportasi umum. Pasalnya, saya sering membaca kasus pelecehan yang rawan terjadi di tempat padat seperti Trans Jakarta. Walaupun memang sudah ada pembagian wilayah laki-laki dan perempuan ataupun petugas yang berjaga, tetapi saya selalu percaya tidak ada orang yang lebih aware dengan diri kita, selain diri kita sendiri.

Nyatanya, memang tetap ada kejadian seperti ini terjadi. Bahkan saya sendiri pernah menemukannya saat naik Trans Jakarta. Saat itu memang begitu ramai orang, bahkan hingga membuat saya merasa mual berada di dalam. Dalam kondisi seperti itu, saya sangat berharap sebenarnya mendapatkan kursi, paling tidak dengan duduk, keamanan saya bisa lebih terjaga.

Namun, di beberapa momen saya menemukan kursi kosong di Trans Jakarta, entah kenapa membuat saya dilema memutuskan untuk duduk atau tidak. Ada beberapa alasan yang menghantui kepala saya ketika dihadapkan dengan kursi kosong Bus TJ.

Pertama, saya berpikir jika saya duduk, maka saya pasti akan berdiri lagi beberapa menit kemudian, entah di halte berikutnya atau beberapa halte lagi, karena ‘kelompok ibu-ibu’ atau ‘prioritas’ pasti akan datang. Sehingga jika saya duduk, lalu 5 menit kemudian berdiri lagi, rasanya seperti kebahagiaan sesaat yang buat saya takutnya nanti tak ingin beranjak.

Kedua, saat ada satu kursi kosong di hadapan saya, lalu ada ibu-ibu dan bocil-bocilnya di belakang sedang berdiri, membuat idealisme saya membara, “Bagaimana bisa Ci, kamu duduk, sedangkan ada seorang ibu bersama anak-anaknya yang masih kecil sedang kelelahan berdiri di belakang? Bayangkan jika itu adalah ibumu Ci. Bayangkan, bagaimana kamu bisa tega?!” #jengjengjeng~

Walaupun kadang kursi itu sudah ditawarkan ke si ibu sih, tapi ibunya memilih berdiri, mempersilahkan bocilnya yang duduk, tetapi si bocil juga memilih berdiri, ngikut si ibu. Jadilah kursi itu kosong melompong, sering menggoda saya untuk duduk, tapi gengsi untuk duduk rasanya begitu tinggi sambil berbisik, “You are young and strong girl!”

Ketiga, ini nih yang juga buat dilema. Ketika naik Trans Jakarta bareng teman-teman, lalu ketika ada beberapa kursi kosong, mereka pun duduk dan hanya tersisa dua orang yang belum duduk. Misalnya, saya dan seorang teman. Namun, ternyata hanya tinggal satu kursi lagi yang kosong. Seketika hati kecil saya berbunyi, “Ci, kamu nggak kasian sama temanmu? Kalau kamu duduk, dia berdiri dong? Dia itu temanmu Ci, masa ia kamu duduk manis dan nyaman, sedangkan dia menderita seorang diri? Hanya segitukah ukuran pertemananmu, Ci? Di mana aplikasi kalimat, ‘seneng bareng-bareng, sedih juga bareng-bareng’ Ci?” Lama saya berpikir dengan si hati yang melankolis, ternyata tempat duduk itu sudah terisi, oleh dia teman saya sendiri. Pergulatan hati ini pun usai.

Baca Juga:

Derita Pejalan Kaki di Surabaya: Sudah Dipanggang Matahari, Masih Tak Punya Ruang untuk Menapak Kaki

Trans Jatim Koridor 7, Seburuk-buruknya Transportasi Publik. Masih Perlu Banyak Belajar dan Berbenah

Emang sih yah, namanya hidup, selalu dihadapin dengan beragam pilihan. Dan terkadang beragam pilihan itu justru membuat kita dilema dalam mengambil keputusan. Sejak pagi aja kita udah diberi dilema: Mau sarapan nasi goreng yang mengenyangkan atau roti yang menyehatkan? Mau berangkat jam 6 pagi tapi masih ngantuk atau mau berangkat jam 8 tapi macet? Mau mandi biar harum atau nggak mandi tapi rabahan? Termasuk juga mau duduk atau nggak di Bus Trans Jakarta bisa buat otak dan hati ikut bekerja keras: berpikir mana yang terbaik. Serasa ini keputusan besar yang harus diputuskan untuk kemaslahatan umat.

Namun, dilema ini bukti bahwa otak dan hati saya paling nggak bekerja. Meskipun keputusan-keputusan yang diambil masih pada hal receh, hitung-hitung jadi latihan sebelum dihadapkan dengan pilihan-pilihan gede lainnya.

BACA JUGA Beberapa Sanksi Jitu yang Bisa Diterapkan Bagi Pengendara yang Suka Nyerobot Jalur Busway atau tulisan Suci Fitrah Syari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Maret 2020 oleh

Tags: berdiriduduktrans jakartatransportasi umum
Suci Fitrah Syari

Suci Fitrah Syari

ArtikelTerkait

Pemkot Surabaya Tak Serius Urus Transportasi Umum, Bukannya Makin Bagus, Malah Makin Remuk!

Pemkot Surabaya Tak Serius Urus Transportasi Umum, Bukannya Makin Bagus, Malah Makin Remuk!

12 Agustus 2024
Istilah Duduk dalam Bahasa Jawa yang Sering Bikin Bingung, Mulai dari Lungguh sampai Ongkang-ongkang

Istilah Duduk dalam Bahasa Jawa yang Sering Bikin Bingung, Mulai dari Lungguh sampai Ongkang-ongkang

3 Maret 2024
5 Alasan Punya Mobil Pribadi di Jakarta Itu Sekarang Sudah Nggak Worth It

5 Alasan Punya Mobil Pribadi di Jakarta Itu Sekarang Sudah Nggak Worth It

3 Mei 2025
4 Transportasi Umum di Regional Bekasi Tangerang yang Sebatas Angan

4 Transportasi Umum di Bekasi dan Tangerang yang Sebatas Angan

28 Maret 2023
Pelarangan Otoped di Jalan, Bukti Polisi Belum Berpihak ke Pengguna Transportasi Umum

Pelarangan Otoped di Jalan, Bukti Polisi Belum Berpihak ke Pengguna Transportasi Umum

27 November 2019
Jangan Pernah Coba Membandingkan Transportasi Umum di Surabaya dengan Jakarta, Surabaya Jelas Kalah 1000 Langkah!

Jangan Pernah Coba Membandingkan Transportasi Umum di Surabaya dengan Jakarta, Surabaya Jelas Kalah 1000 Langkah!

29 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.