Diingat oleh Penjaga Kantin, Sebenar-benarnya Kebanggaan Seorang Alumnus

Diingat oleh Penjaga Kantin, Sebenar-benarnya Kebanggaan Seorang Alumnus istirahat sekolah

Diingat oleh Penjaga Kantin, Sebenar-benarnya Kebanggaan Seorang Alumnus (Busraismail via Wikimedia Commons)

Diingat oleh penjaga kantin adalah sebenar-benarnya prestasi seorang alumnus

Tak banyak yang bisa saya torehkan dalam sejarah masa sekolah. Selain, tentu saja keseruan melanggar aturan sekolah. Jika harus membangga-banggakan almamater, saya cenderung akan mundur. Selain tak ada yang bisa dibilang sebagai prestasi, sejarah persekolahan masa kecil hingga remaja saya tak impresif sama sekali. Saya justru takut bikin malu almamater dengan kelakuan saya saat sekolah. Mungkin Anda juga bernasib sama seperti saya?

Beberapa orang akan sangat dianggap wajar bila berkisah soal almamaternya. Selain ia punya banyak prestasi semasa sekolah, barangkali ia sudah boleh disebut sebagai alumnus yang sukses dan kerap dijadikan suri teladan. Tak jarang, orang semacam ini akan diundang ke sekolah untuk memberikan semacam motivasi. Semua guru mengenalnya, setiap kawan seangkatan mengaku dekat dengannya, dan sebagainya. Tapi, jika itu dianggap kebanggaan menjadi seorang alumnus yang sejati, saya mungkin tak terlalu setuju. Apalagi rasa bangga ini sangat relatif bagi banyak orang.

Bahkan, untuk banyak orang, rasa bangga tak hanya muncul karena masih dikenal oleh banyak penghuni sekolah dari generasi ke generasi. Kadang, masih diingat oleh seorang penjaga kantin adalah kebanggan tersendiri untuk lebih banyak orang. Dan tak jarang itu lebih dari cukup. Hampir semua penjaga kantin selalu ingat dengan para alumnus, layaknya gajah yang tak pernah lupa. Entah hanya wajahnya, kadang juga namanya. Buat saya hal ini tetap membanggakan. Ada rasa senang yang sulit dijelaskan. Apalagi jika nama dan wajah kita masih dihafal, senangnya dobel-dobel.

Ada anak yang diingat karena populer, baik ke semua orang, pintar, ramah, rajin membantu ibu kantin saat pengunjung ramai, ikut menjaga anak ibu kantin yang dibawa kerja, hingga yang alim dan santun. Tentu ini alasan yang wajar dan bisa disebut positif. Begitu juga anak-anak medioker dan biasa saja, tetap tak luput dari memori sang penjaga kantin. Tapi, banyak juga yang diingat karena hal-hal negatif.

Meski tak semua alasan tertancapnya memori itu bersumber dari alasan yang baik, dikenali tetaplah sebuah prestasi. Ada beberapa orang yang mungkin masih dikenali karena prestasi-prestasi miringnya. Seorang penjaga kantin tak akan lupa wajah dan nama anak yang kerap melakukan ilmu ambil lima mengaku satu. Dalam semua universe kantin, tukang ngutil selalu ada (tolong dibayar jika sudah punya penghasilan). Begitu juga anak yang kerap utang, pacaran di kantin, tidur, membolos jam pelajaran dan hobi ngopi, hingga yang suka bikin rusuh. Dan anak-anak semacam itu akan selalu diingat, mau tidak mau.

Intinya, dilupakan oleh guru tak sesakit saat tak dikenali oleh penjaga kantin, karena kecil kemungkinan seorang penjaga kantin lupa dengan orang yang jajan di tempatnya. Dilupakan seisi sekolah bukan hal yang mengejutkan, utamanya bagi orang seperti saya. Namun, soal kantin adalah soal jiwa dan nyawa masa sekolah. Dilupakan oleh kantin dan seisinya akan membuat jiwa sedikit tergoncang. Apalagi bagi diri saya sendiri yang menganggap kantin sebagai tempat terbaik di sekolah.

Mau siswa berprestasi atau tidak, penjaga kantin akan selalu ingat dengan kita. Saat bertemu dengan mereka, segala kenakalan kita hanya akan menjadi tertawaan bersama. Hampir tak ada penghakiman, yang justru membuat kita tak takut untuk ngobrol banyak dengan mereka. Untuk banyak kaum medioker dan anak terlupakan, diingat oleh penjaga kantin adalah sebuah keistimewaan yang hakiki. Itu adalah salah satu prestasi yang harus diapresiasi.

Kadang dalam hidup kita tak perlu menjadi orang hebat, atau mengejar validasi dari banyak orang. Biasa-biasa saja juga tak apa. Diingat oleh penjaga kantin juga bukan prestasi yang buruk, justru sangat membanggakan. Bahkan, jika akhirnya kita dilupakan oleh penjaga kantin, itu juga tak mengapa. Walau sudah pasti agak nyesek. Los dol saja, lah.

Sumber gambar: Busraismail via Wikimedia Commons

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ironi Kantin Kejujuran yang Justru Jadi Ladang Ketidakjujuran

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version