Diajarin Makan Pakai Sumpit Sama Papa Shinchan

Diajarin Makan Pakai Sumpit Sama Papa Shinchan terminal mojok.co

Diajarin Makan Pakai Sumpit Sama Papa Shinchan terminal mojok.co

Siapa orang di bumi ini yang nggak kenal sama Shinnosuke alias Shinchan? Iya, Shinchan. Bocah lima tahun yang suka kakak cantik dan Pahlawan Bertopenng. Kebangetan lu pada kalau nggak tau. Hidup di planet mana lu?

Malem minggu bukannya jalan keluar, nongki-nongki, having fun, aing malah terkurung di dalam kamar kos lagi batuk pilek, jidat kompresan cooling fever, ditambah review materi ujian buat besok. Hadeeeh mana lagi ditinggal pacar main sama temen-temen kontrakan juga. Paket komplit.

Yaudah, aing makan malem sambil nonton Crayon Shinchan seperti biasanya. Sebuah rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan. Makan kalau nggak sambil nonton Shinchan di Youtube tuh kek ada yang kuraaaaaaanggg gitu. Kalau dimasakan tuh kek kurang micin.

Kali ini yang aku tontong judulnya “Baru Tahu Cara Memakai Sumpit” yang dibuka oleh Shiro—anjing peliharaan Shinchan yang sengaja mematahkan pagar tanaman dan memegangnya layaknya memegang sumpit namun kesal karena gagal. Dilanjut oleh perbincangan seorang ibu dan anak, yakni Shinchan dan Misae—mamanya. Shinchan mengatakan pada mamanya bahwa orang Korea kalau makan pakai sendok kemudian mama Shinchan mengeluarkan antesis, “Tapi orang Jepang pakai sumpit, budaya kita itu sedari kecil anak-anak dibiasakan makan pakai sumpit.”

Shinchan yang memiliki karakter tidak mau ribet dan susah malah berlari ke dapur sambil membawa garpu, menolak memakai sumpit meskipun mamanya telah berkata tentang kepraktisan memakai sumpit. Ia berkata kepada mamanya ingin dianggap sebagai orang asing agar bisa makan pakai garpu, bahkan saking inginnya diakui, ia ingin dipanggil Cho. Part ini bikin ngakak. Sungguh karakter polos anak kecil jail yang sangat real.

Tidak berhenti di situ, Shinchan berperilaku sopan yakni makan menggunakan garpu, membereskan makanannya, dan mengajak Shiro jalan-jalan tidak seperti biasanya yang berguling-guling dan malas-malasan. Semua itu ia lakukan agar mamanya tidak mengomel.

Sepanjang jalan bersama Shiro, Shinchan mengeluh, mengatakan bahwa enak jadi anjing, tidak diomeli mama. Mendengar Shinchan ingin terlahir sebagai anjing, Shiro langsung membayangkannya. Ngeri sekali.

Sekilas aku jadi ingat story WhatsApp teman-temanku pada minggu UAS (Ujian Akhir Semester) kemarin. Sambil membagikan foto setumpukan buku, tugas, bahkan screenshoot room chat group kelas perkuliahan mereka, yang diboncengi dengan caption, “Jadi ayam enak ya”, “Jadi telur enak  kali ya.” Yang paling parah sih “Jadi kucing enak ya. Makan, tidur, poop, wik-wik.” Yaelah tong.

Kupikir sih itu sebuah bentuk pengekspresian atas kesambatan akibat lelah oleh tugas akhir dan bejalar. Fine-fine aja sih. Hanya saja aku tidak habis pikir, apa enaknya sih jadi hewan?

Tuh kan, jadi bias ke mana-ke mana nih aing.

Sebagai ibu rumah tangga, Misae memiliki tanggung jawab mendidik tata krama dan budaya pada anaknya. Tidak menyerah untuk memotivasi agar anaknya mau belajar makan pakai sumpit dengan membelikannya sumpit berkarakter Pahlawan Bertopeng. Duh bukan main senang si Shinnosuke ini. Sadar nggak sih, yang dilakukan Misae ini sudah tidak asing dilakukan para ibu. Membujuk anak untuk melakukan sesuatu dengan memberikan anak sesuatu yang disukai. Aku salut padamu, para ibu. Kalian luar biasa~

Tak hanya itu, Misae mengajak anaknya bermain mengumpulkan kacang menggunakan sumpit. Ini adalah trik Misae agar Shinchan mau berlatih menggunakan sumpit. Merupakan treatment kedua setelah membelikan Shinchan sumpit Pahlawan Bertopeng. Namun cara itu tidak berhasil bagi Shinchan suka seenaknya sendiri.

Ini nih part yang menjadi poin, ketika Hiroshi—papa Shinchan pulang bekerja. Mama meminta agar papa juga turut andil dalam mengajarkan cara makan yang baik dan tata krama yang lainnya pada Shinchan. Hiroshi mengiyakan.

Aku selalu suka dengan keluarga Nohara—marga keluarga Shinchan. Meskipun heboh dan selalu gagal dalam melakukan penghematan demi melunasi cicilan rumah yang akan lunas 36 tahun lagi, mereka tetap menyisipkan tata krama dan budaya. Terlebih, aku selalu kagum pada sosok Hiroshi selaku papa yang selalu ingin memberikan yang terbaik pada keluarga di samping ia memang takut istri. Hehehe.

Well, akhinya saat Hiroshi makan tahu sebagai makan malam, ia memberitahu Shinchan begitu istimewanya makan pakai sumpit. Menariknya, Hiroshi menceritakan sebuah kisah pada saat ia masih duduk di bangku kuliah. Pada saat makan bersama, di sana ada perempuan yang luar biasa cantik katanya. Hiroshi suka kepada perempuan itu. Ketika keduanya pulang bersama, si perempuan itu mengungkapkan kekagumannya pada Hiroshi yang memiliki cara makan yang baik.

Gara-gara itu, agar dapat dikagumi karena memiliki tata krama makan yang baik, Shinchan finally mau berlatih makan pakai sumpit. Mama Shinchan senang melihat Shinchan bersemangat.

Yaaa itulah secuil kisahku di malam minggu yang meskipun sendiri, sakit, dan sibuk review untuk ujian besok, bukan berarti malam mingguku kelabu~

Kalau kata Bung Fiersa dalam bukunya berjudul Catatan Juang yang aku pinjem dari pacarku, ia bilang, “Kau pantas bahagia. Dan kebahagiaan yang hakiki berasal dari diri sendiri, bukan orang lain.”

Tapi ya, seneng banget sih kalau ada yang ngajak keluar, jalan-jalan, naik bianglala, makan permen kapas, ngopi di kafe maupun di angkringan lesehan, atau ke pantai sambil ngamatin Molusca. Atau ya, ke mana ajalah asalkan menghabiskan waktu dengan orang terdekat~

BACA JUGA Mari Memulai Budaya Beberes Setelah Makan! atau tulisan Mita Berliana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version