Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Di Kota, Saya Disebut Kampungan Hanya Karena Tidak Menggunakan Helm

Taufik oleh Taufik
24 Juni 2019
A A
Juara 1 Orang Paling Menyebalkan Adalah yang Pinjam Helm Tanpa Izin terminal mojok.co

Juara 1 Orang Paling Menyebalkan Adalah yang Pinjam Helm Tanpa Izin terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya ingat pertama kali berkendara di kota besar—Surabaya—dengan niat tidak menggunakan helm. Maka dengan nada antara meneriaki setengah kaget, teman-teman saya mempertanyakan apa yang saya lakukan ini. Terselip juga sebuah omongan, “jangan kampungan. Ini kota, Boy!”

Saya lantas mengiyakan apa yng menjadi keinginan mereka semua. Juga menjadi keinginan para polisi pengatur lalu lintas ini dengan bergegas menggunakan helm. Ya hal yang di kampung menjadi lumrah itu kini di kota seakan menjadi momok. Di kampung, untuk berkendara dalam jarak yang dekat sampai dengan lumayan jauh, kita tidak terlalu membutuhkan helm—dan memang selalu tidak menggunakannya.

Dalam aturan berlalu lintas, tidak menggunakan helm jelas sebuah pelanggaran—bahkan tertuang dalam Undang-Undang. Lebih jelasnya, cari sendiri lah ya? Yang jelas di sana juga tertuang segala bentuk pelanggaran tidak menggunakan penutup kepala ini bisa dipidana kurungan satu bulan atau akan didenda uang hingga 250 ribu rupiah. Ya setara harga kos sangat biasa sebulanlah ya?

Soal penggunaan penutup kepala ini sebenarnya bisa juga masuk dalam tradisi dan kebiasaan yang dibangun dari ketakutan. Walaupun semua juga berawal dari peraturan tertulis secara hukum. Bahwa setelah adanya aturan ini orang-orang kota lebih disiplin dalam penggunaan helm saat berkendara—saya yakin itu lebih besar kepada ketakutan kena tilang aja. Pada ngaku ajalah. Karena bahkan beberapa teman yang sering saya ajak berdiskusi soal penggunaan helm ini pun tidak menyangkal—karena saya pun juga begitu, shay~

Para pembangkang aturan ini berpikir secara logis atau justru terdoktrin omongan sang Presiden Jancukers, Sujiwo Tejo. Bahwasanya aturan penggunaan helm justru salah alamat ketika selanjutnya kepada yang melanggar diberi sanksi kurungan atau denda. Tentu saja—bahkan menurut saya sendiri—ini masuk akal.

Jika bisa menyimpulkan secara dangkal saja, kita bisa beranggapan bahwa ketika saya membahayakan diri saya sendiri, saya harus membayar kepada negara. Kan ya konyol, Ferguso~

Apakah dengan menggunakan helm—dalam hal ini saya tidak membahayakan diri sendiri—saya diberi kompensasi atau santunan berupa limpahan uang atau semacamnya dari negara?—kan ya ora to? Tetep kudu “qerja qeras bagai quda” juga kan?

Kebijakan penggunaan helm sebenarnya lebih kepada keterpaksaan. Alih alih sebagai bentuk kepatuhan, kebijakan ini mengantar kita pada sebuah titik ketika ketakutan sudah di luar batas kewajaran—bahkan logika bisa dibokongi. Dan kesempatan untuk berkendara tanpa menggunakan helm itu semacam keinginan besar yang sengaja dipendam karena ketakutan tersebut.

Baca Juga:

Lalu Lintas Medan Terlalu Barbar untuk Perantau Asal Surabaya seperti Saya

Fenomena Panggilan “Mbak” Berubah Jadi “Cece” Karena Terdengar Lebih Lucu, lebih Kota, dan Lebih Estetik

Lalu apa yang kita dapat? Mentok hanya sampai layanan keselamatan berkendara saja—sampai disitu saja? Hellauuwww~

Kecelakaan lalu lintas terjadi bukan hanya atau bahkan bisa jadi bukan karena tidak menggunakan helm. Bahwa banyaknya kecelakaan kendaraan terjadi di kota besar bahkan setiap harinya juga bukan akibat tidak menggunakan penutup kepala ini. Kebanyakan kecelakaan lalu lintas justru terjadi ketika orang-orang tidak memperhatikan aturan untuk keselamatan berkendara—ugal-ugalan di jalan, berkendara pada kecepatan di atas rerata, atau kendaraan dan pengendara yang tidak dalam kondisi yang fit untuk berkendara misalnya.

Kita bisa membayangkan semua orang tidak menggunakan helm saat berkendara namun tetap berada pada kecepatan yang aman atau semua orang dengan sangat disiplinnya—tentu saja dengan tidak menggunakan helm namun tidak saling zig zag saat memacu kendaraannya. Dan atau-atau yang lainnya yang membawa kita pada pemikiran logis macam Sujiwo Tejo tadi—bahwa berkendara dengan atau tanpa helm itu sebenarnya aman-aman saja.

Di hampir semua desa di seluruh pelosok Indonesia, penggunaan helm saat berkendara adalah sebuah hal yang tabu. Saya lantas tidak mendebat teman saya ketika disuruh menggunakan helm saat di kota dan dianggap kampungan karena memang seperti itu adanya. Di desa, orang-orang justru menjadi sangat disiplin berkendara tanpa harus menggunakan helm.

Mereka—entah sadar atau ngawur atau berusaha melogiskan pemikiran sendiri—berkendara dengan tidak menggunakan helm pada batas yang wajar-wajar saja. Kecepatan standar, tidak lebih dari 60 km/jam. Tidak zig zag saat berkendara—karena lebar jalannya emang tidak memungkinkan hal itu. hahaha

Dengan segala macam disiplin berkendara lain agar menggunakan atau tidak menggunakan helm, keselamatan mereka tetap terjaga. Kalo tidak selamat ya berarti emang lagi apes aja. Toh menggunakan helm atau tidak, jika sudah ajalnya untuk kecelakaan ya tetep aja tidak bisa dihindari.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: helmkampungankeselamatan berkendaralalu lintas
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

Polisi Tidur, Solusi Persoalan Lalu Lintas yang Malah Merepotkan Pengendara Mojok.co

Polisi Tidur, Solusi Persoalan Lalu Lintas yang Malah Merepotkan Pengendara

24 Oktober 2024
Jalan Bugisan Selatan Jogja, Penghubung Jogja-Bantul yang Menguras Kesabaran

Jalan Bugisan Selatan Jogja, Penghubung Jogja-Bantul yang Menguras Kesabaran

13 Desember 2023
Yth. Pengendara yang Lewat Kawasan Cinambo, Ada Dendam Apa sama Pejalan Kaki? terminal mojok bandung trotoar kecelakaan lalu lintas

Yth. Pengendara yang Lewat Kawasan Cinambo, Ada Dendam Apa sama Pejalan Kaki?

3 Oktober 2020
Penerapan Sistem One Way Ponorogo Cenderung Maksa dan Bikin Ruwet

Penerapan Sistem One Way Ponorogo Cenderung Maksa dan Bikin Ruwet

28 Februari 2024
5 Kelakuan Pengendara Indonesia yang Bikin Orang Jepang Geleng-geleng

5 Kelakuan Pengendara Indonesia yang Bikin Orang Jepang Geleng-geleng

5 Agustus 2022
Budaya Klakson di Lampu Merah Ternyata Ada Gunanya Meskipun Berisik terminal mojok.co

Budaya Klakson di Lampu Merah Ternyata Ada Gunanya Meskipun Berisik

4 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.