Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Di Kampung Saya, Anak Mudanya Terancam Dilarang Kuliah

La Ode Abdul Wahid oleh La Ode Abdul Wahid
26 Juli 2019
A A
dilarang kuliah

dilarang kuliah

Share on FacebookShare on Twitter

Kampung saya terletak di Pulau Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Dahulu tingkat pendidikan masyarakatnya masih terbilang rendah. Hanya beberapa orang saja yang mampu meraih gelar sarjana. Meski demikian, rata-rata yang menjadi sarjana tersebut diangkat jadi PNS oleh pemerintah. Bahkan, beberapa tamatan SMA di kampung saya, ada juga beberapa di antara mereka yang berhasil jadi PNS.

Banyak yang lolos PNS karena pendidikannya. Kondisi ini mendorong masyarakat kampung saya berduyun-duyun menguliahkan anak-anaknya. Namun sayang, harapan tak sesuai ekspektasi. Sekarang, sarjana terus menumpuk di kampung saya, sehingga persaingan jadi PNS semakin kompetitif pula.

Dahulu, sewaktu di jaman militerisme Pak Harto, nasib seorang sarjana kemungkinan besar, pintunya untuk menjadi seorang PNS sangat terbuka lebar. Seakan-akan seorang sarjana dicari untuk dijadikan PNS, yang penting mau mengurus kelengkapan berkas. Maklum, yang berpendidikan tinggi kan masih terhitung jari. Sekarang, jaman Pak Jokowi yang memerintah, dan kondisi pun telah berbeda. Akses pendidikan tinggi semakin mudah dijangkau meskipun pada praktiknya harus ditebus dengan uang kuliah yang terbilang mahal dan tanpa pandang bulu.

Hasilnya begitu hebat—tidak hanya di kampung saya, di kampung-kampung tetangga pun sarjana kian menjamur. Setiap tahun selalu terjadi tambahan belasan sarjana baru—hampir di setiap kampung di Pulau Muna. Semakin hebatnya pula, rata-rata mereka setelah lulus hanya jadi pengacara alias pengangguran banyak acara.

Pada Tes CPNS kemarin saja, hanya satu dua orang yang berhasil lolos. Sebab, seleksi masuk CPNS semakin dipersulit oleh pemerintah. Buntutnya, pada Piplres kemarin, suara Jokowi kalah telak dari Prabowo. Saya juga jadi bingung, kok banyak masyarakat yang menaruh dendam pada Jokowi, cuman karena hasil CPNS yang tidak meloloskan satu pun sarjana dari kampung saya. Mungkin, karena tumpuan cita-cita para sarjana di kampung saya adalah menjadi seorang pegawai negeri. Begitu pun harapan orang tua mereka.

Nasib yang cukup tragis dilami para sarjana pendidikan. Para sarjana pendidikan di kampung saya tidak memiliki tempat untuk mengaplikasikan ilmu kemampuan mengajarnya. Bukan karena tidak ada sekolah, sekolah cukup banyak jumlahnya, tetapi kelebihan kuota pengajar. Terlebih semenjak berlakunya program sertifikasi guru. Sekolah semakin membatasi diri terhadap hadirnya guru-guru honorer baru. Kesempatan jam mengajar sekolah terborong oleh guru-guru bersertifikasi. Sampai akhirnya salah satu kawan saya, terpaksa merumahkan diri. Gelar sarjana pendidikan yang dicapainya tidak bisa difungsikan.

Menjadi seorang sarjana memang menjadi sebuah kebanggaan keluarga. Strata sosial keluarga dalam masyarakat akan mulai terpandang. Namun, kebahagian menjadi seorang sarjana hanyalah sebatas di masa wisuda. Ketika pulang ke kampung halaman, gelar yang mempergagah di belakang nama tiadalah berarti. Seorang sarjana yang tidak bekerja senantiasa akan menjadi sasaran empuk pergunjingan bibir-bibir tetangga di dalam kampung saya.

“Sudah sekolah tinggi, pas pulang kampung cuman santai-santai di rumah. Rokok saja masih minta beli sama orang tua. Dasar tidak tahu diri,” begitulah gunjingan para tetangga yang gila urusan.

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

Hal ini terkadang cukup berhasil membuat malu seorang sarjana untuk keluar-keluar rumah. Begitulah pengakuan beberapa kawan saya yang sudah sarjana sekaligus korban cibiran tetangganya. Untung-untung, hingga kini kawan-kawan saya masih dikuatkan hatinya menahan hantaman rentetan cibiran. Belum ada satu pun, yang mengaku berniat mengakhiri hidupnya karena hal itu. Saya sangat respect pada mereka.

Banyaknya sarjana menganggur di kampung saya bisa disebabkan karena rendahnya kualitas pendidikan tinggi tempat mereka menimba ilmu. Bisa juga karena salah pemerintah, yang tidak mampu menciptakan banyak lapangan kerja, atau pun karena motivasi sarjana yang bersangkutan bermasalah—hanya menjadikan PNS sebagai tumpuan utama cita-cita mereka.

Namun, satu yang pasti kondisi ini sangat menghawatirkan. Sangat mengancam generasi muda di kampung saya. Bayang-bayang sarjana menganggur akan terus menghantui. Bisa jadi, di masa depan, anak-anak muda di kampung saya banyak yang terancam tidak lanjut kuliah. Baik karena pertimbangan mereka sendiri maupun karena larangan dari orang tua mereka.

“Untuk apa kuliah? Sudah kasih keluar biaya mahal-mahal, pas selesai hanya jadi beban keluarga. Mending berkebun saja di kampung. Setiap kali panen bisa dapat banyak uang.”

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: dilarang kuliahGenerasi MudaKritik SosialPendidikanproblem masyarakat
La Ode Abdul Wahid

La Ode Abdul Wahid

ArtikelTerkait

pelakor

Sudah Saatnya Berhenti Menggunakan Istilah Pelakor dan Pebinor

20 Juli 2019
milenials

Prasangka dan Generalisasi Terhadap Milenials

20 Juni 2019
instagram anak-anak

Bikinin Akun Instagram Pribadi Buat Anak-Anak: Apa Nggak Berlebihan?

28 Juli 2019
Apa Betul Sekolah Favorit Memang Begitu Menjanjikan?

Jangan Mudah Termakan Embel-embel Sekolah Favorit, Nanti Nyesel

22 Juli 2020
driver ojol

Komunikasi Antara Driver Ojol dan Penumpang: Soal Titik Penjemputan Baiknya Saling Memahami Saja

30 Agustus 2019
Katanya Sekolah Itu Mencerdaskan Manusia, tapi kok Cuma Mau Menerima Murid yang Pintar?

Katanya Sekolah Itu Mencerdaskan Manusia, tapi kok Cuma Mau Menerima Murid yang Pintar?

4 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.