Ibu saya termasuk yang mengikuti sinetron Ikatan Cinta bahkan dari sebelum ramai seperti sekarang. Saya pun hampir selalu ikutan nonton karena berada di ruangan yang ada TV-nya pada jam tayang sinetron itu.
Saya akui, Ikatan Cinta dari segi cerita masih lumayan, di atas rata-rata sinetron kebanyakan di televisi. Saya katakan lumayan karena saya nggak menemukan adegan ajaib seperti berada dalam perahu kecil yang terombang-ambing di tengah lautan bersama seekor harimau seperti yang pernah saya saksikan dalam sinetron Samudera Cinta. Mungkin saja penulisnya terinspirasi oleh novel dan film Life of Pi.
Sedangkan berdasarkan desas-desus yang saya dengar, penulis Ikatan Cinta lebih banyak terinspirasi oleh film dan serial asal Korea Selatan. Alur ceritanya dibuat cepat, satu masalah kecil diselesaikan segera, kecuali masalah besar yang menjadi konflik utamanya. Bisa jadi itu juga sebabnya karakter Al, tokoh utama prianya, mirip dengan karakter tokoh pria yang sering ditemukan dalam drama Korea. Modelan judes di luar, tetapi baik dan perhatian di dalam. Kalau di drama Jepang, karakter seperti Al ada istilahnya, yaitu tsundere. Tokoh seperti ini memang banyak disukai.
Tetapi, itu dulu. Makin ke sini makin nggak ada beda dengan sinetron kebanyakan yang jalan ceritanya bertele-tele dan serba kebetulan. Konflik yang dihadirkan “diada-adain” demi menyenangkan hati penonton supaya nggak berpaling. Tentunya, ini juga biar makin banyak porsi ngiklan yang menampilkan mbak-mbak dan mas-mas masak mi ijo, makan bubur instan, minum kopi saset, dan lain sebagainya. Saya sih nggak terganggu dengan itu. Justru yang mengganggu saya adalah karakter tokoh utama wanitanya yang diperankan oleh aktris Amanda Manopo, yaitu Andin.
Jenis manusia egois yang memperlakukan orang lain dengan cara yang dia sendiri nggak ingin diperlakukan bisa ditemukan pada Andin. Saat Al, suaminya, cemburu kepadanya, Andin malah menjadikannya lucu-lucuan. Hal sebaliknya saat Andin yang cemburu ke Al. Andin kesal setengah mati, ngambek, sampai menangis di tempat tidur seperti adegan di film jadul.
Keegoisan Andin lainnya adalah nggak mau mengakui kesalahan. Pernah adiknya Al dituduh terlibat kasus pelecehan. Andin percaya isu tersebut benar walaupun tanpa bukti, dengan asumsi adik iparnya itu terkenal playboy. Suaminya marah dan membentak Andin. Bukannya merasa nggak enak karena telah menuduh, Andin menangis dan (lagi-lagi) ngambek, nggak terima dimarahi. Malahan Al yang meminta maaf pada akhirnya.
Kelihatannya ngambek memang sudah jadi kebiasaannya, termasuk hal receh seperti meminta suaminya memakai baju couple-an waktu menemani cek kandungan ke dokter. Andin mengancam membatalkan konsultasi kehamilannya kalau si suami menolak memakai baju yang sudah ditentukan. Andin juga merajuk perkara telepon yang nggak diangkat oleh Al. Ternyata suami dan ibu mertuanya mengalami kecelakaan saat berkendara. Tetap saja Andin marah, seharusnya Al selalu memberi kabar, katanya. Andin mungkin mengira dunia hanya berputar di dirinya.
Untuk peristiwa yang seharusnya membahagiakan sekalipun, Andin juga bisa ngambek. Pernah suami dan keluarganya membuatkan pesta kejutan perayaan ulang tahun untuknya setelah seharian berpura-pura lupa memberi ucapan. Di hadapan tamu, sambil mewek Andin merengek, “Nggak mau, nggak mau!” persis seperti anak kecil yang diambil handphone-nya saat asyik nonton YouTube.
Batasan personal juga kurang dimengerti oleh tokoh yang ceritanya berprofesi sebagai dosen ini. Elsa, tokoh antagonis dalam Ikatan Cinta, menyuruh Andin untuk pergi saat tengah menjenguknya di penjara. Bukannya pergi, Andin malah terus memaksa ingin memeluk Elsa yang makin histeris.
Menurut saya, Andin sukses menjadi karakter termenyebalkan di Ikatan Cinta. Berkat kelakuannya, saya jadi melihat tokoh Elsa lebih menyenangkan dijadikan teman dibandingkan Andin yang egois, nggak mau tahu, dan nggak paham boundary.
Andin yang menjadi korban salah tangkap pernah menjalani kehidupan di penjara selama empat tahun, menyebabkan dirinya berpisah dengan anaknya yang baru dilahirkan. Ini masih ditambah diceraikan suami pertamanya setelah difitnah berselingkuh. Andin juga kesulitan mencari pekerjaan sehabis masa hukuman. Ia berakhir menjadi staf kebersihan, terlepas dari tingkat pendidikannya yang tinggi. Sejarah hidup yang keras ini anehnya melahirkan Andin yang manja, kekanakan, dan rewel jika yang terjadi nggak sesuai harapan.
Tapi saya yakin lebih banyak orang yang senyum-senyum gemas melihat tingkah laku Andin yang buat saya menyebalkan. Dan bisa jadi itu yang menjadi lem perekatnya. Sol Stein dalam buku Stein on Writing bilang kalau karakter yang berkesanlah yang membuat orang setia mengikuti alur sebuah cerita, bukan sebaliknya.
Kalau memang benar begitu, walaupun nggak bisa disamakan dengan Agatha Christie dengan Hercule Poirot-nya dan J.K. Rowling dengan Harry Potter-nya, sepertinya penulis Ikatan Cinta berhasil membangun karakter Andin yang disayang banyak orang, karena pada kenyataannya kelanjutan cerita Ikatan Cinta masih terus dinantikan.
Sumber Gambar: Akun Instagram Ikatan Cinta Media