Sewaktu kecil, jika ditanya tentang cita-cita, maka saya dengan pedenya menjawab: Ingin menjadi seorang detektif. Pemahaman saya kala itu, menjadi detektif merupakan pekerjaan yang keren. Melakukan penyelidikan kasus-kasus rumit, memutar otak demi memecahkan trik-trik yang digunakan si pelaku untuk menutupi kejahatannya, dan menggunakan berbagai macam gadget canggih seperti jam tangan yang bisa berfungsi sebagai ponsel dan senjata bius, kacamata yang dilengkapi GPS dan skateboard bertenaga surya seperti Detektif Conan.
Yup! Saya pernah bercita-cita ingin menjadi seperti Detektif Conan yang handal menyelesaikan kasus-kasus berat kendati usianya masih terbilang sangat muda. Kita kesampingkan kondisi Shinichi Kudou, siswa SMA yang tubuhnya menyusut setelah dicekokin racun hasil penelitian keluarga Miyano, APTX 4869, oleh Organisasi Hitam.
Tubuh Shinichi kembali seperti bocah SD setelah minum racun APTX 4869. Di tengah kepanikannya, Shinichi akhirnya menggunakan nama samaran, Conan Edogawa, untuk menyembunyikan identitasnya dari Ran dan orang-orang di sekitarnya.
Serial Detektif Conan dan Cita-Cita Generasi 90-an
Generasi 90-an tentunya sangat familiar dengan cerita Detektif Conan yang ditayangkan secara reguler di salah satu stasiun TV lokal setiap minggu. Maha karya Aoyama Gosho ini sudah memiliki 1000 chapter manga, lebih dari 900 episode anime, dan 23 movie yang selalu rutin dirilis setiap tahunnya.
Bahkan movie terakhirnya, Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, berhasil menggeser film Avengers: End Game dari puncak box-office Jepang yang hanya bertahan satu minggu. Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire berhasil memuncaki box-office Jepang selama empat minggu dan mendapat predikat sebagai film terlaris di Jepang pada tahun 2019.
Serial Detektif Conan tak hanya memukau anak-anak untuk berangan-angan menjadi detektif hebat, tapi juga menggembungkan imajinasi generasi 90-an tentang profesi seorang detektif yang bisa dimulai sedari dini, bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah menengah. Dalam cerita, Shinichi Kudo merupakan ikon detektif SMA yang cukup populer dan telah membantu kepolisian Tokyo menangani banyak kasus rumit.
Tak hanya Shinichi, dalam serial Detektif Conan, kita pun mengenal beberapa detektif SMA seperti Heiji Hattori dari Osaka, Saguru Hakuba yang berasal dari Inggris, serta sang pencuri jenius, Kaitou Kid yang juga masih sebaya dengan Shinichi.
Alur ceritanya pun menjadi semakin berkembang dan makin rumit ketika beberapa badan intelijen internasional seperti FBI dan CIA turut terlibat menyelidiki sepak terjang Organisasi Hitam di dunia kriminal. Bahkan, Shinichi pun tak jarang menjadi partner dan informan penting bagi para agen FBI.
Pemahaman Serial Detektif Conan Saat Penikmatnya Beranjak Dewasa
Beranjak dewasa, saya jadi lebih memahami cerita Detektif Conan secara lebih mendalam. Nggak cuma plot yang kompleks dan menegangkan, latar belakang setiap karakter pun turut menjadi alasan mengapa serial manga yang pertama kali terbit pada tahun 1994 ini begitu digandrungi hingga sekarang.
Aoyama-sensei tak hanya memfokuskan cerita pada kemampuan deduksi Shinichi yang brilian dan kelihaiannya berkelit dari situasi berbahaya. Sang mangaka juga kerap menyelipkan pesan moral mengenai arti persahabatan, kerja sama, kepercayaan, loyalitas, dan dedikasi setiap karakter yang digambarkan sangat apik layaknya serial bergenre shounen (cerita difokuskan untuk remaja laki-laki yang umumnya berkisah tentang petualangan, perjuangan dan persahabatan, seperti One Piece).
Conan selalu dibantu oleh para sahabatnya setiap menangani sebuah kasus. Mereka bahu membahu menyelesaikan kasus sesegera mungkin dan mencegah agar orang-orang yang tak bersalah menjadi korban. Tak jarang, sang detektif pun rela mempertaruhkan nyawanya demi melindungi orang-orang yang dia sayangi (atau yang tidak bersalah). Begitu pula sebaliknya, saat teman-temannya pun tak ragu mengorbankan nyawa untuknya.
Di sisi lain, Gin, salah satu petinggi di Organisasi Hitam yang mencekoki Shinichi dengan APTX 4869. Ia digambarkan sangat loyal dan berdedikasi tinggi pada Organisasi Hitam. Kendati dia merupakan main antagonist yang sadis dan berdarah dingin.
Tak hanya kisah persahabatan yang berwarna dan kasus-kasus rumit yang menantang kita untuk turut berpikir memecahkannya. Aoyama-sensei juga membumbui ceritanya dengan humor yang cukup menghibur dan kisah romantis para tokohnya.
Romansa Cinta dalam Serial Detektif Conan
Sejak awal, cecap romansa memang sudah dimunculkan oleh Aoyama-sensei dan yang paling populer tentu saja kisah “cinta” antara Shinichi dan sahabatnya sejak kecil, Ran Mouri yang hingga kini masih stuck di situ-situ aja. Iyalah, secara Shinichi sekarang jadi Conan, dan ia nggak mungkin membeberkan rahasianya pada Ran. Nggak cuma Ran yang terjebak pusaran friendzone, hal serupa juga dialami Kazuha Toyama yang merupakan sahabat dekat Heiji Hattori.
Kisah cinta yang lebih tragis dialami oleh Shuichi Akai, agen FBI yang menyusup ke Organisasi Hitam dengan nama Dai Moroboshi. Demi mengorek informasi tentang para target dan modus operandi organisasi kriminal tersebut, Shuichi Akai berpura-pura pacaran dengan Akemi Miyano, kakak dari Shiho Miyano, salah satu ilmuwan yang melakukan penelitian racun APTX yang tubuhnya menyusut seperti Shinichi setelah meminum racun APTX 4869.
Pada akhirnya, Akai malah jatuh cinta beneran pada Akemi dan setelah Organisasi Hitam mengetahui identitas Akai sebagai anggota FBI. Mereka pun membunuh Akemi dan juga menargetkan Akai dalam daftar teratas orang-orang yang harus disingkirkan.
Tapi, Aoyama-sensei nggak cuma bikin cerita friendzone dan yang ngenes-ngenes aja, kok. Contohnya, Sonoko Suzuki, sahabat Ran yang nggak hanya beruntung karena berparas cantik dan terlahir dari keluarga kaya-raya, tapi juga beruntung dalam urusan cinta.
Gadis itu berpacaran dengan seorang atlet Karate, Makoto Kyogoku. Ia menjadi salah satu protagonis dalam movie terbaru Detektif Conan. Sungguh, bahkan dalam dunia fiksi sekalipun, keadilan perihal asmara tetap hanya berpihak pada yang cantik dan kaya. Hehehe.
Kerumitan Penyelesaian Kasus Adalah Daya Tarik Serial Ini
Daya tarik utama dari masterpiece Aoyama-sensei ini tentu saja adalah kasus-kasus rumit yang harus dihadapi Conan. Yang tanpa sadar selalu “mengajak” kita untuk ikut berpikir menyelesaikannya, menebak siapa penjahatnya, apa motif dan alibinya, dan bagaimana modus kejahatannya. Jalan berliku yang harus ditempuh oleh Conan untuk selalu memperjuangkan kebenaran di atas segalanya. Sebab, sesuai tagline dalam setiap opening-nya: shinjitsu wa itsumo hitotsu (kebenaran hanya ada satu).
That’s why, menurut hemat saya, serial Detektif Conan sangat amat teramat perlu ditayangkan kembali oleh TV lokal. Sebab, ia mampu menginspirasi anak-anak menjadi detektif hebat seperti Conan Edogawa yang gigih mengungkap kejahatan dan menghukum pelakunya. Ketimbang acara-acara TV nggak jelas yang gemar membongkar aib orang lain di ranah publik. Betul atau betul?
BACA JUGA Perempuan Bisa Lebih Jago daripada Detektif Conan Kalau Dia Mau atau tulisan Hiki lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.