Derita Mahasiswa Manado Penghuni Kosan Tanpa AC di Tengah Panasnya Kota Jogja yang Menusuk Sampai Lapisan Kulit Paling Dalam

Derita Mahasiswa Manado yang Tersiksa Kuliah di Kota Jogja (Unsplash)

Derita Mahasiswa Manado yang Tersiksa Kuliah di Kota Jogja (Unsplash)

Iya, Kota Jogja terkenal dengan statusnya kota pendidikan. Sudah begitu, banyak yang memandang kota ini murah. Nah, selain itu, kamu juga harus tahu kalau cuaca di kota ini ternyata sangat panas di waktu-waktu tertentu. Bagi saya, mahasiswa yang berasal dari Manado dan dapat kos tanpa AC, panasnya itu menyusahkan.

Rasa-rasanya, kalau keluar dari kamar kos, bisa jadi ikan asin yang siap dimasak. Tinggal siapkan minyak goreng sama bumbu, jadilah ikan asin balado yang siap disantap dengan sepiring nasi panas. 

Oleh sebab itu, demi menangkal panasnya Kota Jogja, saya perlu memotong jatah dana skincare demi kipas angin. Ya gimana, kamar yang ada AC masih belum tersedia. Makanya, kipas angin adalah inventaris yang sebaiknya kamu miliki. Saya pikir, semua mahasiswa yang nggak bisa tahan panas sama kayak saya yang berasal dari Manado. Banyak yang pasti beli kipas angin begitu kuliah di kota ini.

Baca halaman selanjutnya: Panasnya Kota Jogja lebih panas dari kenyataan mantan udah dapat gebetan.

Kondisi dan situasi di kos saya 

Kos saya di Kota Jogja itu sebetulnya enak, terlepas dari panasnya kota ini. Bangunannya memang bangunan lama, tapi masih kokoh. Sudah begitu, ibu kosnya baik banget.

Lokasi kos saya sendiri terbilang strategis. Misalnya, dekat sama Bandara Adisucipto, Indomaret, ATM, beberapa kampus, dan lain-lain. Pokoknya kosa saya di Kota Jogja itu nyaman. Tapi sayangnya, kenyamanan itu kalah ketika satu kekurangan terjadi, yaitu nggak ada AC aja.

Yah, panas dan gerak memang udah jadi risiko dapat kamar nggak ada AC. untungnya nyaman aja bagi saya, mahasiswa dari Manado yang berusaha bertahan sama panasnya kota ini. 

Hujan, tapi gerahnya bikin mahasiswa Manado tersiksa

Saking gerahnya di Kota Jogja, saya sampai nggak tahu deh kudu mandi berapa kali. Bahkan masalahnya, udah mandi aja tetap nggak bisa menghilangkan gerah. Mungkin kalau mandinya pake es batu yang diambil langsung dari Antartika gerahnya baru akan hilang. 

Hujan kan melambangkan kesejukan. Tapi di Kota Jogja, meski hujan, rasa panasnya kayak berdiri di depan kompor sambil goreng ikan asin tadi. Bahkan ketika hujan dan terjadi di malam hari, rasanya tetap nggak nyaman. Kayak pacaran tapi kok nggak diajak main ke Titik Nol Jogja, lho.

Jadi, solusi paling mudah melawan kegerahan Kota Jogja adalah duduk di pinggiran kos sambil bawa camilan. Membayangkan mendapatkan angin segar atau sepucuk surat dari burung merpati yang diterbangkan dari Korea oleh Cha Eun Woo. Sudah begitu sambil bernyanyi dengan suara kayak Ariana Grande versi KW minus 11. Tapi kudu sabar banget nunggu angin segar karena panasnya kayak melihat mantan udah punya pacar baru. 

Begitulah curhatan pendek saya, mahasiswa Manado yang nggak nahan panasnya Kota Jogja. Jangan masukin ke hati ya curhatan yang masih banyak kurangnya ini. Masukin ke dompet aja siapa tau jadi duit hehehe.

Penulis: Ni Nyoman Putri Yulianti

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Nol Kilometer Jogja: Titik Terbaik bagi Wisatawan Mengenal Kacaunya Kota Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version