Jika di sana ada “akibat”, pasti sebelumnya berdiri “akibat”. Keberhasilan Arsenal mendapatkan tanda tangan Declan Rice bukan hanya soal “berani bayar berapa”. Nilai transfer gelandang tengah itu memang besar. Namun, jika kita melihatnya dari sisi yang berbeda, The Gunners sudah mendapatkan pemain sesuai value yang mengikuti.
Sejak Mei 2023, saya sering mendapatkan pertanyaan begini: “Chef, transfer Declan Rice itu terlalu mahal nggak, sih?” Saking seringnya, saya sampai menyimpan draft jawaban di note hape dan laptop. Jadi, kalau ada menanyakan hal yang sama, saya tinggal copas jawaban dari draft ke kotak twit. Jawaban template saya seperti ini:
“Kalau ada yang memandang transfer Declan itu terlalu mahal, ya wajar. Itu hak manusia untuk melontarkan opini. Namun, kalau buat saya, nilai transfer tersebut juga wajar. Arsenal mendapatkan pemain di usia emas, salah satu gelandang terbaik di Inggris, pemain asli Inggris, dan The Gunners butuh. Jadi, wajar, apabila harga naik.”
Selain itu, sebaiknya kita semua mulai memahami bahwa nilai transfer di atas 100 juta euro (atau paun) sudah menjadi sesuatu yang wajar. Memang bukan hal yang menyenangkan, tetapi begitulah keadaan pasar pemain saat ini. Nilai pasar pemain bagus memang sudah mengalami inflasi gila-gilaan. Begitu.
Parade kabar baik untuk fans Arsenal
Soal harga, kita sudah sepakat, kan? Nah, kalau sudah menyepakati hal itu, mari bergeser ke hal-hal yang lebih substansial.
Transfer Declan Rice, dan Kai Havertz sebelumnya, terjadi bukan hanya karena masalah “perang harga”. Kedua pemain itu mau menerima tawaran Arsenal karena percaya dengan ide proyek yang dirancang Mikel Arteta. Banyak media menyebutnya sebagai “pulling power”.
Maksud saya begini. Seorang pemain profesional tidak mungkin tidak mempertimbangkan soal gaji. Mereka juga “buruh” yang layak mendapatkan kompensasi seperti kita semua. Nah, selain gaji, mereka membutuhkan lingkungan yang mendukung. Buat apa gaji tinggi jika lingkungan tempat mereka berkembang itu malah beracun? Pada akhirnya, adalah karier yang dipertaruhkan.
Oleh sebab itu, mendapatkan kejelasan soal lingkungan dan masa depan adalah daya gravitasi yang sangat besar. Kemampuan inilah yang membuat Declan Rice dan Kai Havertz menolak tawaran klub besar lainnya.
Mereka yang mengantre untuk mendapatkan kedua pemain di atas terbentang dari Manchester City, Manchester United, Barcelona, Real Madrid, PSG, hingga Bayern Munchen. Klub-klub tersebut adalah rival yang biasanya mengalahkan Arsenal dengan mudah di pasar transfer karena kekuatan finansial dan pulling power tadi.
Inilah yang saya maksud dengan kabar baik. Ketika Arsenal mampu “terlihat lebih menarik” ketimbang rival. Baik dari sisi finansial maupun kepastian soal karier. Semoga, dari meja perundingan, kabar baik tersebut menular ke atas lapangan hijau. Pada akhirnya, semua hal baik akan dipertaruhkan di sana.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Fakta yang Seharusnya Membuat Fans Arsenal Tetap Bahagia Meski Gagal Juara Liga Inggris
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.