Dear Gakpo, Plis Tidak Usah Ikut-ikutan Nunez

Dear Gakpo, Plis Tidak Usah Ikut-ikutan Nunez

Dear Gakpo, Plis Tidak Usah Ikut-ikutan Nunez (Pixabay.com(

Tenang, saya tidak akan menuntut MU menjadi ormas sebagaimana cuitan admin @utdfocusid jika mereka gagal mendatangkan Cody Gakpo. Toh, kebiasaan mereka sering membual lebih dulu sebelum nabi Fabrizio bersabda. Inget kasus De Jong? Kurang lebih seperti itu. Terbukti kan, di tikungan terakhir Manchester Merah harus gigit jari. Idaman Erik ten Hag itu sepakat berjabat tangan dengan rival mereka. Sementara itu, Liverpool harus merogoh kantong dan mengeluarkan kisaran 37 juta pound—itu belum termasuk uang ceperan.

Sudah, tidak baik membahas MU lama-lama. Alangkah menarik membahas rival mereka. Seketika saya teringat Darwin Nunez yang didatangkan dengan banderol yang jauh lebih mahal. Mas-mas ganteng Uruguay yang sedang di fase buta letak gawang. Di pertandingan melawan Aston Villa kemarin, Nunez sebelas dua belas dengan Martin Braithwaite. Bahkan, saya berani bertaruh, nama terakhir ini sedikit lebih bagus dibanding Nunez. Ingat, Braithwaite adalah nomor 9 Barca di masa kegelapan, sebelum akhirnya ditendang Robert Lewandowski.

Awal-awal Nunez mendarat di Anfield dari Benfica, ada satu joke setengah lucu. “Kenapa Dariwn Nunez pilih Liverpool dibanding Manchester United? Karena dia Darwin bukan Darlose” ini cuitan @The l_RedsIndo. Setengah tahun berselang mereka mungkin cocok dengan pepatah “apa pun makannya, minumnya tetap ludah sendiri”. Nunez tidak sebanding dengan harganya ketika ia didatangkan dari Benfica. Bandingkan dengan Erling Haaland yang kini menceploskan sebanyak 18 bola ke gawang lawan.

Saya tidak akan berdebat dengan siapa pun bahwa Nunez yang tiba-tiba cosplay menjadi kayu jati disebabkan tidak adanya gelandang yang setara Kevin De Bruyne di City. Pertanyaannya, apakah selama ini gelandang macam Thiago, Fabinho, hingga Henderson kurang dibanding De Bruyne seorang? Oh, mungkin kalian sedang merindukan Steven Gerrard. Tidak masalah. Namun, saya harus jujur, umpan-umpan manja adalah satu hal dan finishing adalah hal lain. Lihat, Lewandowski tetap bisa mengonversi kesempatan kecil untuk menjadi gol.

Eh, sepertinya terlalu jauh, padahal niat awalnya saya hendak membahas Gakpo. Anak muda yang baru unjuk gigi di pentas Piala Dunia Qatar 2022 lalu. Sudah menjadi tradisi selama 4 tahun sekali selalu ada nama-nama baru naik ke permukaan dan kemarin jatahnya Gakpo. Benar, tidak lama setelah pergelaran akbar kelar, gayung pun bersambut. Ia memang bukan satu-satunya yang didatangkan paska penampilan apiknya di Piala Dunia.

Sebelumnya, ada Keylor Navas yang bermain cemerlang dengan Kosta Rika pada 2014 dan James Rodriguez di tahun yang sama. Untuk nama yang terakhir, kita ingat tendangan volinya yang fenomenal ke gawang Uruguay. Keduanya akhirnya merapat ke Real Madrid dan berkali-kali mengangkat tropi si kuping besar, meskipun akhirnya harus angkat kaki. Bahkan, nama yang terakhir hari ini mencari peruntungannya ke Yunani. Bolehlah dua sampel tersebut dibilang sukses sebagai rekrutan setelah moncer di turnamen besar. Yang gagal? Ada!

Di beberapa kasus juga tidak jarang rekrutan pasca turnamen besar ini gagal. Sebut saja Ochoa yang Piala Dunia kemarin masih berada di bawah mistar Meksiko. Pada 2014 dia sudah bermain moncer dan membuat Malaga kepincut dan akhirnya meminangnya. Sayang, ia malah gagal mendapat tempat sebagai kiper utama. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa merekrut pemain setelah penampilan apiknya di turnamen besar bukan sebuah jaminan.

Masuk ke inti, alangkah baiknya tidak menaruh ekspektasi tinggi pada Gakpo terlebih dahulu. Maaf, sekadar mengingatkan, akhi Kops. Penampilannya di Piala Dunia kemarin hanya empat pertandingan. Memang, ia tampil mengesankan, bahkan di tiga pertandingan fase grup mampu mencetak gol berturut-turut.

Benar, Gakpo memang moncer di PSV. Dia talenta yang layak untuk dipuji. Namun, jangan buru-buru untuk ambil kesimpulan Gakpo bakal moncer di Liverpool. Sek, dengar-dengar dua merah sedang menjadi klub terdepan lagi untuk mendapat jasa pemain muda terbaik kemarin, Enzo Fernandez.

Tetapi itu tidak penting dan jangan sampai mengalihkan fokus kita. Hanya ada satu kata: kawal Gakpo! Disertai sedikit harap cemas, semoga tidak cosplay Nunez. Cukup ia saja yang cosplay gedebok pisang dan Gakpo tidak usah ikut-ikutan.

Penulis: Moh. Rofqil Bazikh
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bukan Ronaldo Atau Bale, Luka Modric Pemain Terbaik Real Madrid 3 Tahun Terakhir

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version