Suporter Manchester City tentu akrab dengan ejekan “klub tanpa sejarah”. Mereka tidak punya masa lalu yang mendebarkan, layaknya Manchester United, Liverpool, atau Arsenal. Mereka juga tidak punya legenda besar seperti Steven Gerrard atau Sir Alex Ferguson. The Citizen kerap dianggap orang kaya baru yang songong karena telah mendapat suntikan dana dari Sheikh Mansour, taipan Uni Emirat Arab.
Namun, agaknya, mereka boleh menepis anggapan-anggapan itu. David Silva, boleh jadi akan menjadi nama yang akan diingat pendukung City sepanjang hayat. Gelandang berusia 34 tahun itu menutup karier panjangnya di Liga Inggris ketika City ketika bersua Norwich City pada 26 Juli kemarin.
David Silva pindah ke Manchester City pada musim 2010/2011 dari Valencia. Kala itu, Silva bersanding dengan Vincent Kompany, Jerome Boateng, dan Carlos Tevez. Silva dan kawan-kawan kemudian finis di peringkat tiga. Di musim yang sama pula, City mengakhiri puasa gelar mereka dengan menjuarai FA Cup.
David Silva bukan predator di depan gawang layaknya Balotelli atau Tevez. Namun perannya dalam menjaga ritme dan membuka peluang itulah yang memanjakan striker City. Bukan kebetulan juga bahwa Roberto Mancini, pelatih City musim 2010/2011, dulunya adalah pemain dengan tipikal yang sama seperti Silva: Classic Number 10, yang mampu melihat celah di antara kaki-kaki pemain bertahan.
Di era Manuel Pellegrini, pemain kidal ini juga menunjukkan peran vitalnya. Pellegrini yang lekat dengan permainan ofensifnya, dapat diterjemahkan dengan baik oleh David Silva. Mahkota Liga Inggris musim 2013/2014 pun disabet City.
Hingga di era Pep Guardiola, David Silva masih menjadi sosok penting di lini tengah The Citizen. Apalagi dengan sepak bola ala Pep yang membutuhkan lini tengah mumpuni, tak ayal, Silva menjadi figur menentukan di sana. Hasilnya, dua gelar Liga Inggris diboyong ke Etihad Stadium. Ditambah lagi gelar-gelar lainnya, seperti Community Shield dan Piala Liga.
Kalau Ronaldinho pernah bilang bahwa tidak ada klub yang bisa mengubah gaya permainannya, maka saya rasa Silva sebaliknya. Pemain dengan julukan El Mago–yang artinya adalah penyihir–ini justru bisa mengubah cara bermainnya menyesuaikan banyak gaya. Roberto Mancini yang pragmatis cum efisien, atau Pellegrini yang ofensif, bahkan hingga Pep yang atraktif.
David Silva sangat pandai. Mampu beradaptasi dengan peran baru di beberapa posisi. Ia bisa menjadi gelandang serang seperti Kaka, menjadi pemain sayap layaknya Ribery, atau menjadi false nine seperti Messi. Pelatih bisa menggunakan banyak formasi dengan Silva sebagai pusatnya. City pernah bermain dengan 4-2-3-1, pernah 3-5-2, lalu Pep datang dengan 4-3-3.
Pemain dengan nama lengkap David Josue Jimenez Silva ini juga memiliki kemampuan operan yang luar biasa mumpuni. Umpan terobosan dan umpan lambungnya kerap memanjakan striker, sayap, bahkan sepak pojok yang manis dari David Silva pernah menginisiasi sundulan apik Kompany.
Selain itu, David Silva juga memiliki kemampuan yang mumpuni dalam melihat peluang maupun mengeksekusinya. Musim ini, dari 27 penampilan, El Mago membukukan 6 gol dan 10 asis. Selain mumpuni dalam menyerang, Silva juga tidak jelek dalam bertahan. Untuk seorang gelandang serang, 26 tekel dengan keberhasilan mencapai 54% dalam satu musim adalah angka yang lumayan.
Sepanjang kariernya di Liga Inggris, ia menghasilkan 60 gol dan 93 asis. Tingkat kesuksesan tekelnya mencapai 71% dari 380 percobaan. Blunder yang membuat timnya kalah: nol. Kartu merah: nol. Pendek kata, Silva benar-benar penyihir. Bukan saja penyihir yang pandai menciptakan peluang, namun juga mampu menjaga tempo, bahkan bertahan.
Catatannya mungkin tidak mentereng, media juga agaknya tidak banyak menyorot. Namun di lapangan, tidak semua dapat direkam dengan angka-angka. Davis Silva juga bukan tipikal pemain yang kerap melakukan atraksi-atraksi menakjubkan. Namun pergerakannya, sentuhan pertamanya, operan jeniusnya, justru memastikan bahwa akan ada pertandingan yang menarik di depan mata.
Terima kasih David Silva. Tidak banyak apresiasi yang dialamatkan kepada pemain Spanyol ini. Namun, kita semua boleh sepakat, Silva adalah legenda Manchester City.
Sumber gambar: Wikimedia Commons.
BACA JUGA Bahkan Karl Marx (yang Katanya Kiri) Akan Tertawa Terpingkal Melihat Karya-Karyanya Disita dan tulisan Abiel Matthew Budiyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.